Menanti Karya Kolosal ”Murid” Guardiola di Liga Inggris Musim Baru
Empat ”murid” Pep Guardiola, di antaranya Vincent Kompany dan Erik ten Hag, akan menyemarakkan persaingan Liga Inggris musim ini. Mereka berjuang mendominasi di Inggris dengan bekal sepak bola menyerang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Liga Inggris sudah kian jauh dari pakem identitas gaya sepak bola negeri ”Tiga Singa” yang disebut kick and rush. Kini, sebagian klub-klub Inggris lebih gemar berlama-lama menguasai bola dan menyajikan pertunjukkan seni menyerang di atas lapangan hijau. Itu adalah hasil revolusi dari Pep Guardiola.
Musim 2023-2024 akan membuat Liga Inggris kian kental dengan gaya sepak bola proaktif ala Guardiola. Kehadiran Vincent Kompany, yang akan menjalani debut sebagai manajer Burnley, menambah daftar murid Guardiola di liga terbaik dunia itu. Kompany membantu Burnley promosi pada kesempatan perdananya di Divisi Championship Inggris.
”The Clarets”, julukan Burnley, mencetak rekor sebagai tim paling dini meraih tiket promosi dalam sejarah Championship. Mereka merebut tiket promosi ketika musim masih menyisakan tujuh laga. Selain itu, mereka juga konsisten menampilkan sepak bola menyerang dan menghibur.
Koleksi 87 gol membuat Burnley rerata nyaris membuat dua gol per laga. Mereka juga amat dominan mengontrol lawan-lawannya berkat catatan rata-rata 64 persen penguasaan bola per laga.
Permainan menyerang dengan garis pertahanan tinggi juga menjadi kunci Burnley kembali tampil di Liga Primer Inggris, yaitu musim 2023-2024. The Clarets mencatatkan 23 persen sentuhan bola di sepertiga akhir zona pertahanan lawan, persentase tertinggi bagi klub Divisi Championship edisi lalu itu.
Permainan penuh kontrol Burnley akan langsung mendapat ujian dari tim asuhan Guardiola, Manchester City. Maka, Kompany bakal menemui jalan terjal dalam laga debutnya di Liga Primer Inggris. Apalagi, pada pertemuan di perempat final Piala FA 2022-2023, Burnley dilibas ”The Citizens”, 0-6.
Kompany mengakui Guardiola adalah sosok yang amat menginspirasinya untuk melanjut kiprah sebagai juru taktik setelah gantung sepatu. Guardiola ibarat kitab suci berjalan tentang manajer sepak bola bagi Kompany. Kesan itu dirasakannya ketika bermitra dengan Guardiola di City pada musim 2016-2017.
”Empat bulan pertama bersama Pep (Guardiola) menjadi momen saya tahu jalan selanjutnya untuk menjadi pelatih. Saya menyaksikan apa yang ia lakukan dan mendengar setiap kata-katanya, lalu mengingat setiap catatan mental atas segalanya. Saya meminum banyak informasi dari Pep,” kata Kompany (37) dikutip FourFourTwo edisi Agustus 2023.
Kompany hanya ditargetkan mampu mempertahankan Burnley di Liga Primer musim ini. Meski begitu, ia memiliki ambisi untuk mampu membawa The Clarets bersaing di posisi 10 besar.
Arteta dan Ten Hag
Jika Kompany menyerap ilmu dari Guardiola ketika menjadi kapten City, tiga manajer lain di Liga Inggris musim ini memiliki jalan berbeda untuk menyerap inspirasi dari Guardiola (52). Mereka adalah Mikel Arteta (Arsenal), Erik ten Hag (Manchester United), dan Roberto De Zerbi (Brighton & Hove Albion).
Arteta menjadikan Guardiola sebagai mentornya di bidang manajemen tim sepak bola. Banyak ilmu didapatkan Arteta selama 3,5 tahun mendampingi Guardiola di City.
Ten Hag mengakui inspirasi Guardiola untuknya di Bayern. Hasil didikan Guardiola itu dibawa Ten Hag saat memimpin Ajax Amsterdam lewat gaya sepak bola atraktif, seimbang, dan umpan-umpan pendek cepat.
Musim lalu, pola permainan utama Arsenal pun terasa City-esque alias menyerupai gaya City. ”Si Meriam” tidak sekadar memainkan sepak bola menyerang dengan penguasaan bola dominan, tetapi juga meniru penempatan gelandang bertahan ekstra dari bek sayap kiri. Untuk peran itu, Arteta memakai Oleksandr Zinchenko yang direkrut dari City.
Namun, upaya Arteta itu belum mampu menyejajarkan Arsenal dengan City. Mereka menderita tiga kekalahan dalam tiga duel selama 2022-2023 dan ditumbangkan pula oleh Guardiola pada perebutan gelar juara liga.
Adapun Ten Hag berada langsung di bawah bimbingan Guardiola ketika menangani Bayern Muenchen II selama musim 2013-2014 dan 2014-2015. Ketika itu, Guardiola memimpin skuad utama Bayern Muenchen.
Bersama Ten Hag, MU menjuarai Piala Liga Inggris. Ia juga mengembalikan MU ke posisi tiga besar liga pada musim perdananya berkarier di Inggris. Permainan MU pun juga menuju perbaikan. Koleksi gol dan penguasaan bola MU sedikit meningkat. Pertahanan MU juga kian membaik karena kemasukan 48 gol. Adapun pada dua musim silam, yang disebut perjalanan terburuk MU di era Liga Primer, mereka kebobolan 57 gol.
Dalam buku biografinya pada 2022, Ten Hag mengakui inspirasi Guardiola untuknya di Bayern. Hasil didikan Guardiola itu dibawa Ten Hag saat memimpin Ajax Amsterdam lewat gaya sepak bola atraktif, seimbang, dan umpan-umpan pendek cepat.
”Saya tidak ingin membandingkan diri dengan Guardiola, daftar prestasinya tidak bisa ditandingi. Guardiola selalu mementingkan kemenangan dengan sepak bola indah. Saya mengadopsi beberapa hal darinya, tetapi saya mengimplementasikan dengan cara dan visi saya,” kata Ten Hag.
De Zerbi otodidak
Sementara De Zerbi lebih banyak menghabiskan waktu mempelajari Guardiola secara otodidak lewat rekaman laga tim-tim asuhan pelatih asal Catalan, Spanyol, itu. De Zerbi beruntung memiliki sahabat kecil, Enzo Maresca, yang memperkenalkannya kepada Guardiola.
Perkenalan itu terjadi ketika Guardiola masih melatih Bayern, sedangkan De Zerbi baru memulai kariernya sebagai pelatih di Foggia, tim Serie C Italia, pada 2014. Melalui Maresca, De Zerbi sempat diundang Guardiola makan malam di Muenchen. Ketika mendapat tawaran dari Brighton, September 2022, De Zerbi juga sempat meminta informasi dari Maresca mengenai Liga Inggris.
”Sepak bola ala Guardiola, menurut saya, sulit dijangkau. Sementara permainan tim saya sangat jelas, ingin sepak bola menyerang yang berinisiatif mengendalikan laga. Ketika kehilangan bola, pemain harus merebut bola secepat mungkin,” ujar De Zerbi kepada The Telegraph.
Tak pelak, bagi Guardiola, Brighton era De Zerbi adalah tim favoritnya saat ini. Pujian Guardiola itu berbanding lurus dengan prestasi De Zerbi yang mengantarkan Brighton merebut tiket ke kompetisi antarklub Eropa untuk pertama kali pada musim lalu.
Pada musim baru, Guardiola dan empat muridnya berpeluang tetap mendominasi Liga Inggris. Mereka membuat Liga Primer kian kompetitif dan menarik disaksikan.