Pebalap tim Gasgas Jorge Prado yang kini sedang memburu gelar juara MXGP pertamanya, sangat menikmati dua balapan di Indonesia. Dia pun berharap ke depan lebih banyak balapan di luar Eropa.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Dua balapan Kejuaraan Dunia Motokros atau MXGP di Indonesia, yang berlangsung di Sumbawa dan Lombok, sangat dinikmati oleh pebalap tim pabrikan Gasgas, Jorge Prado. Pebalap berusia 22 tahun itu merasa beruntung mendapati dua trek yang unik dengan karakter berbeda dengan trek-trek di Eropa. Dia pun bisa beradaptasi cepat dengan karakter trek serta kondisi cuaca tropis yang menantang.
Prado sangat konsisten musim ini, dan memuncaki klasemen sementara MXGP dengan 515 poin, hingga balapan kualifikasi MXGP seri Lombok, Sabtu (1/7/2023). Dia mendapat tambahan 10 poin dengan finis terdepan dalam sesi balapan kualifikasi itu, mengungguli pebalap HRC Ruben Fernandez dan pebalap Kawasaki Romain Febvre, yang masing-masing meraih posisi start kedua dan ketiga.
Konsistensi Prado dalam balapan di Eropa, tetap terjaga saat balapan berlangsung di Indonesia yang cuacanya panas dan karakter tanahnya berbeda. Dia memenangi balapan pertama, dan finis di posisi ketiga dalam balapan kedua di Sirkuit Samota, Sumbawa, akhir pekan lalu. Kini, dia mencari hasil sempurna dengan memenangi dua balapan di Lombok, Minggu (2/7), setelah terdepan dalam balapan kualifikasi.
Bagi saya, senang bisa datang ke Indonesia menjalani balapan MXGP, dan menurut saya kami seharusnya keliling dunia, bukan hanya balapan di Eropa. Jadi, menyenangkan bisa datang ke negara-negara yang berbeda dan ini pengalaman yang bagus.
"Bagi saya, senang bisa datang ke Indonesia menjalani balapan MXGP, dan menurut saya kami seharusnya keliling dunia, bukan hanya balapan di Eropa. Jadi, menyenangkan bisa datang ke negara-negara yang berbeda dan ini pengalaman yang bagus," ungkap Prado seusai memenangi balapan kualifikasi di Sirkuit Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat.
"Kami beruntung di Samota kami mendapati trek yang bagus, sangat besar. Di sini juga bagus, hanya berbeda, lebih kecil, datar, tanpa naik turun, dan banyak lompatan. Jadi, menurut saya, keduanya trek yang bagus untuk kejuaraan dunia, dan menurut saya menyenangkan. Penting bagi semua pebalap untuk datang ke sini dan menjalani balapan di trek yang bagus, itu menyenangkan," lanjut pebalap asal Spanyol itu.
Sirkuit MXGP Lombok yang dibangun di atas eks bandara Selaparang di desain oleh master track kelas dunia Greg Atkins asal Selandia Baru yang bekerja sama dengan Gabi Villada, mantan pebalap motokros gaya bebas asal Spanyol. Mereka mengadopsi krakter pump track BMX untuk menyiasati lahan yang berbentuk persegi panjang serta datar. Trek ini sangat tehnikal dengan jarak antarrintangan rapat, relatif sempit, banyak lompatan serta tikungan berbalik arah.
Untuk mendapatkan kecepatan di trek unik itu, para pebalap dituntut menyesuaikan gaya membalap mereka, karena tidak bisa tancap gas seperti di trek Samota. Pebalap perlu mengatur ritme bukaan gas, karena jika terlalu kencang justru akan kehilangan momentum untuk memasuki tikungan maupun melompati rintangan.
"Kedua trek itu sangat berbeda. Yang ini lebih banyak lompatan dan lebih sempit, tetapi di Samota lompatannya lebih besar dan lebih mengalir, lebih cepat. Samota lebih mirip trek motokros, dan di sini karakternya lebih mirip trek superkros. Tetapi, menurut saya, kedua trek itu menyenangkan, dan saya menikmati balapan di kedua trek itu, hanya keduanya berbeda," tegas Prado.
Video balapan kedua MXGP di Sirkuit Samota, Sumbawa.