Persinggungan Tak Berbalas Lionel Messi di Asia Tenggara
Messi memang ditakdirkan tak berjodoh dengan Asia Tenggara. Dalam empat kali agenda pertandingan, hanya satu yang pernah ditepati Messi. Thailand jadi satu-satunya negara Asia Tenggara di mana Messi sempat bermain.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·6 menit baca
Momen kedatangan seorang pesepak bola terhebat sepanjang masa ke Indonesia adalah hal langka yang mungkin hanya bisa terjadi sekali dalam seumur hidup. Maka, kabar batalnya Lionel Messi begitu menguras emosi sekaligus kesedihan para pecinta sepak bola nasional. Messi tercatat pernah empat kali bersinggungan dengan Asia Tenggara. Dari empat momentum persinggungan itu, hanya satu yang akhirnya pernah berbalas.
Messi, peraih penghargaan Ballon d’Or tujuh kali, dipastikan tidak turut serta bersama rombongan timnas Argentina yang akan tampil mengadapi Indonesia dalam agenda FIFA Match Day pada 19 Juni 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Keadaan ini memperpanjang dahaga para penggemarnya di Asia Tenggara yang ingin menyaksikan langsung aksi Messi di atas lapangan hijau.
Thailand bisa dibilang beruntung karena menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang pernah menyaksikan langsung aksi olah bola Messi. Saat itu Messi hadir di Stadion Nasional, Bangkok, bersama Barcelona dalam laga rangkaian tur pramusim pada 2013. Dalam laga itu, Barcelona menggulung Thailand XI dengan skor telak 7-1. Messi tampil cemerlang dengan mengemas dua gol di laga tersebut.
Sampai sekarang, itulah laga pertama dan terakhir Messi di Asia Tenggara. Setelah bermain di Bangkok, Messi memang masih ikut dalam rombongan tim Barca ke Malaysia. Namun, di ”Negeri Jiran” Messi urung tampil. Pihak Barca mengklaim Messi batal bertanding karena mengalami cedera.
”Messi akan melewatkan pertandingan melawan Malaysia XI karena cedera paha kiri,” demikian keterangan dari manajemen Barca kala itu. Tanpa diperkuat Messi, Barca tetap bisa menang 3-1.
Isu batalnya Messi bermain di Malaysia ramai diperbincangkan. Sejumlah teori lain yang mencoba menjelaskan mengapa Messi urung bermain bermunculan. Salah satu rumor yang dipercaya kebenarannya datang dari pemilik klub elite Malaysia, Johor Darul Takzim, Tunku Ismail Sultan Ibrahim. Ia menyebut, Messi tidak bersedia tampil karena menilai kualitas lapangan Stadion Shah Alam di bawah standar.
Persinggungan ketiga Messi dengan Asia Tenggara terjadi pada 2017. Pada waktu itu, Messi yang memperkuat Argentina dijadwalkan bertanding melawan timnas Singapura di Stadion Nasional dalam laga persahabatan.
Kabar buruk bagi penggemar Messi muncul sangat mendadak, yaitu tiga hari jelang sepak mula. Panitia tiba-tiba mengumumkan Messi batal tampil karena alasan pribadi.Padahal, Messi bersama timnya sudah mendarat di Singapura. Beberapa jam usai mendarat, Messi dilaporkan kembali ke Bandara Changi dan terbang ke Barcelona.
Alasan Messi kembali ke Barcelona baru diketahui beberapa saat setelahnya. Pemain berjuluk ”La Pulga” atau ”Si Kutu” itu batal tampil di Singapura karena harus mempersiapkan pernikahannya dengan Antonela Roccuzzo.
Maka, untuk kedua kalinya Messi membuat penggemarnya di Asia Tenggara harus gigit jari. Apa yang lebih menyesakkan bagi mereka adalah, tiket yang sudah telanjur dibeli tidak bisa dikembalikan. Pihak promotor, Unicess, bersikeras tidak menyediakan opsi pengembalian tiket lantaran absennya Messi dalam laga melawan Singapura bukanlah kesengajaan Unicess. Selain itu, tanpa Messi pun Argentina masih diperkuat sejumlah pemain bintang seperti Angel di Maria, Paulo Dybala, dan Joaquin Correa.
”Tidak ada bentuk refund tiket. Argentina sudah memiliki skuad dengan banyak pemain bintang. Kami tidak sabar melihat pertandingan menarik,” kata Unicess dalam pernyataannya.
Laga pun tetap digelar meski tanpa Messi. Argentina masih terlalu tangguh untuk Singapura. Hingga akhir laga, Singapura takluk enam gol tanpa balas.
Dengan dua kali pembatalan Messi bermain di Asia Tenggara, tidak heran bila rencana kedatangannya ke Jakarta kali ini teramat dinanti sekaligus dirindukan para penggemar fanatiknya. Tidak kurang dari 60.000 tiket yang disediakan panitia ludes terjual kurang dari sehari.
Perjuangan penggemar agar bisa menyaksikan Messi berlaga dari dekat pun tidak main-main. Salah seorang penggemar Messi, Surya Wijaya Ang (31), rela menempuh perjalanan selama 12 jam dari Pulau Banda Neira, Maluku, ke Jakarta. Surya mengaku penggemar fanatik Messi. Ia mengoleksi sekitar 200 kostum Messi sejak bermain untuk Barcelona hingga Paris Saint-Germain.
Messi adalah ikon dan bisa dibilang 90 persen tiket terjual karena dia. Ini adalah strategi pemasaran untuk mereka (panitia).
Sebagaimana kejadian di Singapura, fans Messi pun sempat menumpahkan kekecewaannya karena sang megabintang batal hadir. ”Messi adalah ikon dan bisa dibilang 90 persen tiket terjual karena dia. Ini adalah strategi pemasaran untuk mereka (panitia),” kata Surya.
Kekecewaan sekaligus pengorbanan para fans demi menyaksikan Messi secara langsung memang sangat bisa dimengerti. Kedatangan salah satu pemain terbaik sepanjang sejarah itu begitu langka. Momen Messi ke Indonesia barangkali hanya bisa terjadi seumur hidup. Sebagaimana legenda-legenda sepak bola lainnya, meyakinkan mereka untuk bersedia datang ke Asia Tenggara yang relatif tidak memiliki prestasi sepak bola yang kuat amatlah berat.
Indonesia pernah berkesempatan dikunjungi legenda Argentina, Diego Maradona, pada 2013. Kunjungan ke Jakarta dan Surabaya itu menjadi yang pertama dan terakhir kalinya bagi Maradona yang meninggal pada 2020. Pengalaman inilah yang mempertebal keyakinan fans bahwa kesempatan bertemu idola yang sudah di depan mata harus dimaksimalkan, bagaimanapun caranya.
Diselimuti rahasia
Selain Messi, Di Maria dan Nicolas Otamendi turut batal hadir di Jakarta. Meski tiga pemain bintang itu tidak datang, penjagaan terhadap timnas Argentina tetap sesuai prosedur awal yang teramat ketat. Pihak media bahkan sejumlah pejabat di PSSI juga tidak mengetahui lokasi tempat menginap timnas Argentina. Informasi itu hanya diketahui ring satu atau hanya lingkaran dekat Ketua Umum PSSI Erick Thohir.
Keselamatan dan kenyamanan timnas Argentina adalah hal utama. Penjagaan seperti ini pun bahkan melebihi ketika Presiden Amerika Serikat Barack Obama berkunjung ke Jakarta pada 2017. Saat itu, informasi tempat Obama menginap bisa diketahui khalayak. Ini menandakan isu keselamatan begitu menjadi perhatian serius bagi PSSI dan Federasi Sepak Bola Argentina (AFA) sehingga harus sedemikian merahasiakan lokasi menginap mereka.
Isu keamanan turut menjadi salah satu yang dibahas seiring penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 awal tahun ini. Saat muncul penolakan terhadap kedatangan timnas Israel jelang agenda pengundian grup, ada ancaman ledakan bom yang berkembang di Bali. Isu keamanan ini yang menjadi alasan Gubernur Bali Wayan Koster untuk menolak pengundian grup dilaksanakan di wilayahnya. FIFA pun tidak ingin mengambil risiko dengan membatalkan status tuan rumah Piala Dunia U-20 Indonesia dan mengalihkannya ke Argentina.
Selain itu, Indonesia pernah punya pengalaman buruk saat insiden bom meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada 2009. Peristiwa ledakan bom itu berdekatan dengan rencana kunjungan Manchester United ke Indonesia. Masalah keamanan itu pula yang membuat tim berjuluk ”Setan Merah” itu membatalkan agenda kunjungannya ke Indonesia. Dua pengalaman kelam itu menunjukkan betapa insan sepak bola internasional begitu sensitif terhadap isu-isu keamanan.
Alasan Pelatih Argentina Lionel Scaloni yang memberikan izin kepada Messi, Di Maria, dan Otamendi untuk tidak ikut serta dalam agenda ke Indonesia cukup janggal. Bila memang Scaloni berniat untuk memberikan waktu liburan kepada mereka bertiga, seharusnya itu dilakukan sejak awal. Artinya, Scaloni tidak perlu membawa ketiganya jauh-jauh ke Asia untuk menghadapi Australia di China sebelum ke Indonesia.
Apa pun alasannya, nasi telah menjadi bubur. Messi kini sudah berusia 35 tahun dan angan para fans-nya di Asia Tenggara untuk menyaksikan langsung aksinya barangkali hanya akan menjadi gagasan utopis sepanjang hayat. (AP)