Fabio Quartararo resah karena kehilangan 0,788 detik dari lap tercepatnya di Mugello pada 2021 meskipun akhir pekan lalu memiliki kecepatan puncak lebih baik. Dia berharap kompetitif akhir pekan ini di Sachsenring.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
SACHSENRING, KAMIS — Fabio Quartararo kembali mengalami momen sulit di Mugello karena kehilangan 0,788 detik dari waktu putaran tercepatnya saat memenangi balapan MotoGP seri Italia pada 2021. Padahal, akhir pekan lalu, kecepatan puncak pebalap tim Monster Energy Yamaha itu 12,5 kilometer per jam lebih tinggi dibandingkan 2021. Namun, faktor pilihan ban serta posisi start dari belakang membuat Quartararo kesulitan mendahului dan finis di posisi ke-11. Dia berharap, akhir pekan ini di Sachsenring, Jerman, performanya bisa lebih baik.
Quartararo yang start dari posisi ke-14 di Mugello akhir pekan lalu, tidak bisa mengulang waktu putaran seperti dua musim lalu. Waktu lap terbaiknya justru 0,788 detik lebih lambat dari catatan dua musim lalu, di mana dia mencetak 1 menit 46,836 detik. Jika dibandingkan dengan lap terbaiknya pada 2022 saat finis kedua di Mugello, catatan lap Quartararo akhir pekan lalu tertinggal 0,756 detik.
Ritme pace dalam balapan utama juga lebih lambat, dengan 1 menit 47 detik besar, dan dalam 10 lap akhir menjadi 48 detik besar. Padahal, dia bisa mencetak top speed lebih baik dengan 356,4 kilometer per jam, dibandingkan pada 2021 hanya 343,9 kilometer per jam.
Sebenarnya yang terjadi adalah waktu putaran yang saya buat pada 2021 jauh lebih baik dibandingkan tahun ini. Jadi, jika saya melakukan dengan lebih baik, saya tidak tahu, tetapi waktu putaran yang dihitung, dan hasil.
”Sebenarnya yang terjadi adalah, waktu putaran yang saya buat pada 2021 jauh lebih baik dibandingkan tahun ini. Jadi, jika saya melakukan dengan lebih baik, saya tidak tahu, tetapi waktu putaran yang dihitung, dan hasil,” ungkap Quartararo dikutip Crash.
”Tentu saja itu waktu yang sepenuhnya berbeda, karena pada 2021 saya bisa mencetak 1 menit 46 detik dalam balapan dan bisa sangat cepat. Hari ini, saya tidak melakukan satu pun 1 menit 47 detik kecil. Jadi ini sulit,” ungkap pebalap asal Perancis itu.
Kecepatan puncak yang dimiliki M1 musim ini ternyata tidak banyak membantu karena pabrikan lain juga melakukan peningkatan. Kondisi ini menempatkan motor Yamaha masih di bawah Ducati dan KTM dalam top speed. Kondisi ini juga diakui oleh rekan setim Quartararo, Franco Morbidelli yang finis di posisi ke-10.
”Sayangnya, semua orang jauh lebih baik dibandingkan kami. Jadi, kami menginginkan top speed lebih tinggi. Kami memiliki top speed lebih baik, tetapi sayangnya kami kehilangan kemudahan pengendalian selama ini, dan itu membunuh kami," ungkap Morbidelli.
Meningkatkan kecepatan puncak M1 merupakan permintaan Quartararo sejak musim 2020 supaya bisa bersaing dengan para pebalap yang memacu motor V4, terutama Ducati. Namun, peningkatan tenaga dan top speed pada musim 2023 ini membuat motor berubah. M1 menjadi sulit menikung, padahal itu kekuatan M1 di masa lalu, serta setelan motor untuk menaikkan daya cengkeram ban semakin sulit.
Kesulitan mendapatkan setelan motor yang solid itu, bahkan tidak teratasi dengan paket perbaikan performa yang selama ini diuji. Bahkan, setelah tes di Jerez, Quartararo dan Yamaha memutuskan tidak menggunakan komponen baru terutama sasis, aerodinamika, dan knalpot. Dia kembali ke setelan dasar 2021 saat meraih gelar juara MotoGP. Namun, setelan yang solid pada 2021 itu tidak sepenuhnya bisa bagus di motor 2023.
”Meskipun kami menggunakan setelan yang sama, motornya berbeda. Jadi, kami tidak bisa membandingkan dengan 2021, dan bahkan dengan 2022,” ujar Quartararo.
”Sejak awal tahun, kami berusaha untuk lebih baik, tetapi melakukan satu langkah maju, satu langkah mundur, kami tidak pernah benar-benar menemukan sebuah solusi, jadi kami memutuskan untuk menggunakan setelan yang kami tahu,” lanjut Quartararo.
”Sulit untuk mengharapkan sesuatu ketika Anda menjalani balapan seperti ini (di Mugello). Kami kehilangan kemampuan berbelok, itu sesuatu yang, terutama di tikungan terakhir saya sangat kesulitan, dan Sachsenring merupakan trek di mana Anda harus sering berbelok. Jadi, semoga kami bisa benar-benar menemukan sesuatu di Jerman,” ujar Quartararo berharap.
Quartararo juga menegaskan pentingnya analisis performa ban untuk mendapatkan hasil maksimal dari paket motor mereka. Di Mugello, dia merasa nyaman dengan ban belakang kompon lunak. Namun, data menunjukkan ban kompon lunak tidak akan bertahan hingga akhir balapan 23 putaran itu. Dia kemudian menggunakan ban belakang kompon medium, meskipun di sepanjang sesi latihan ban itu tidak memberi feeling yang bagus.
”Sangat sulit. Saya merasa jauh lebih baik dengan ban lunak,tetapi kami berbicara dengan tim. bahwa ban lunak tidak akan bisa mengatasi balapan ini. Saya merasa sangat bagus (dengan ban lunak), tetapi kami memiliki ban medium yang menurut saya bukan keputusan terbaik. Tetapi kami mengambil itu, dan itu sulit. Saya berada di belakang Enea (Bastianini) di sepanjang balapan dan saya tidak pernah bisa untuk mencoba mendahului,” ujar pebalap berjuluk ”El Diablo” itu.
Peluang Quartararo menang di Sachsenring akhir pekan ini memang tidak terlalu besar meskipun dia memiliki catatan bagus di trek berkebalikan arah itu. Pada musim 2021, dia finis di posisi ketiga, sedangkan pada 2022 dia finis terdepan. Dalam dua musim itu, YZR-M1 masih memiliki keunggulan dalam menikung sehingga bisa menutupi kekurangan dalam akselerasi dan top speed. Sementara saat ini, Quartararo nyaris tidak memiliki senjata andalan untuk memperbaiki waktu putaran, terutama dalam perebutan posisi start.