Franco Morbidelli membuka teka-teki baru dengan melempar pertanyaan retoris untuk menjawab pertanyaan terkait perpanjangan kontraknya di tim pabrikan Yamaha MotoGP. Di tim mana dia musim depan pun masih menjadi misteri.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
SCARPERIA E SAN PIERO, MINGGU — Masa depan Franco Morbidelli di tim pabrikan Yamaha MotoGP sudah menjadi topik hangat sejak awal musim 2023 menyusul musim sulit pebalap Italia itu pada 2022. Posisinya sempat diyakini terancam oleh pebalap Superbike Yamaha, Toprak Razgatlioglu, serta pebalap MotoGP Prima Pramac Racing, Jorge Martin. Kini, justru Morbidelli sendiri yang mengindikasikan dirinya kurang berminat melanjutkan balapan MotoGP bersama Yamaha musim depan.
Morbidelli sempat meraih momentum krusial pada musim 2020 saat dia finis sebagai runner-up dalam klasemen akhir. Performa pebalap Italia itu melampaui Fabio Quartararo, rekannya di tim satelit Yamaha RNF waktu itu. Namun, performa itu meredup pada musim 2021 karena dia harus menjalani operasi lutut kiri setelah seri keenam di Jerman. Dia pun absen lima balapan, dan baru kembali balapan di Misano. Morbidelli mengakhiri musim 2021 di posisi ke-17, sedangkan Quartararo menjadi juara dunia.
Sejak saat itu, pebalap lulusan Akademi VR46 itu kesulitan menemukan performanya. Pada musim 2022, dia mengakhiri kejuaraan di posisi ke-19, sedangkan Quartararo di posisi kedua. Musim ini, Morbidelli dan Quartararo sama-sama kesulitan mengekstrak potensi YZR-M1 yang menggunakan mesin baru yang lebih bertenaga, tetapi sulit berbelok.
Kondisi sulit yang terus belanjut ini menempatkan Morbidelli dalam sorotan. Posisinya sempat diyakini berpeluang digusur oleh Razgatlioglu, sebelum pebalap asal Turki itu memutuskan bertahan di Superbike tetapi pindah tim, dari Yamaha ke BMW mulai musim 2024.
Pebalap lain yang juga berpeluang menggusur Morbidelli adalah Jorge Martin. Pebalap tim Prima Pramac Racing itu dikabarkan didekati Yamaha untuk musim depan. Namun, peluang Martin membela Yamaha meredup karena YZR-M1 musim ini belum kompetitif untuk melawan Ducati Desmosedici GP. Kondisi itu menjadi kurang rasional bagi Martin untuk meninggalkan motor juara ke tim dengan motor yang performanya redup.
Hal ini dikuatkan Direktur Olahraga Ducati Corse Paolo Ciabatti seusai balapan di Mugello akhir pekan lalu. ”Saya tidak berpikir seorang pebalap yang ingin menjadi juara dunia, dan kini dengan motor juara dunia, ingin pindah ke tempat lain. Jorge memiliki kontrak untuk tahun depan, dia nyaris mendapat tawaran di tim pabrikan, kami bisa mewujudkan itu atau melepas dia, sesederhana itu. Saya tidak berpikir dia berencana melakukan itu karena dia semakin menikmati, serta targetnya adalah menjadi juara dunia. Dengan Ducati dia bisa melakukan itu,” ujar Ciabatti.
Yamaha memang dalam posisi tawar lemah karena tidak memiliki motor yang bisa bersaing meraih kemenangan, bahkan berada di podium. Pebalap terbaik mereka, Quartararo, pun kesulitan untuk mengekstrak potensi M1, khususnya dalam persaingan meraih posisi start di baris depan. Kondisi itu membuat juara MotoGP 2021 itu kesulitan bersaing masuk tiga besar meskipun memiliki pace yang kompetitif.
Dalam kondisi seperti ini, Yamaha akan sulit menarik minat pebalap papan atas untuk bergabung. Kondisi ini menempatkan Yamaha untuk mempertahankan formasi pebalap saat ini, Quartararo dan Morbidelli. Quartararo terikat kontrak hingga 2024, sedangkan Morbidelli hingga akhir musim 2023 ini.
Managing Director Yamaha Lin Jarvis menegaskan, pilihan utama mereka untuk musim depan adalah Morbidelli karena dia pebalap yang sudah sangat mengenal M1. Apalagi, musim depan Yamaha belum akan memiliki tim satelit, yang artinya perlu pebalap berpengalaman untuk mengembangkan M1. Kini, Yamaha hanya bergantung pada kedua pebalapnya, serta pebalap penguji Cal Crutchlow untuk mengumpulkan data guna memperbaiki performa M1.
Jika Morbidelli tidak dipertahankan, pebalap baru yang mengisi posisinya tidak akan bisa memberikan masukan untuk mengakselerasi pengembangan M1 karena masih beradaptasi dengan motor barunya. Di kalangan pebalap MotoGP, tahun pertama merupakan proses adaptasi dengan motor baru, dan tahun kedua adalah pemantapan untuk kompetitif.
”Saat ini, untuk memiliki tim satelit pada 2024 terlihat sangat sulit. Kami ingin memiliki empat spesifikasi motor di garis start secepat mungkin, tetapi menurut saya itu sangat sulit untuk 2024,” ungkap Jarvis pada pertengahan April lalu.
”Pasti kami memiliki tim pabrikan (pada 2024) dan kami memiliki Franky (Franco Morbidelli) yang kontraknya sampai akhir musim 2023. Jadi skenario paling ideal bagi kami adalah Franky terus menunjukkan kecepatannya dalam balapan terakhir. Jika dia bisa terus tampil dengan performa yang sangat baik, hal itu akan otomatis menjamin dia terus (di tim),” ujar Jarvis.
Jarvis menekankan, pilihan utama timnya adalah adalah terus bersama Morbidelli. ”Jika itu bukan Franky, kami akan mencari kandidat pebalap lain. Karena itu, juga kami tertarik melihat Toprak, karena dalam balap motor jalan raya Yamaha, jelas dia adalah salah satu kandidat terbaik jika ingin pindah. Jika tidak, kami akan melihat di paddock MotoGP. Tetapi, saya berharap, bagi kebaikan kami dan dia, Franky bisa melanjutkan kecepatan dan kepercayaan dirinya yang baru dia temukan,” ujar Jarvis.
Pasti kami memiliki tim pabrikan dan kami memiliki Franky yang kontraknya sampai akhir musim 2023.
Namun, posisi Yamaha itu akhir pekan lalu berubah menjadi tanda tanya seiring pernyataan Morbidelli setelah finis di posisi ke-10 di Mugello. Dia mengungguli Quartararo yang finis di posisi ke-11. Saat ditanya oleh MotoGP apakah dua kali finis di posisi ke-10 dalam balapan di Le Mans dan Mugello akan mengamankan posisinya di Yamaha musim depan, Morbidelli justru menjawab dengan pernyataan retorika.
”Saya tidak peduli, saya tidak peduli. Saya perlu fokus untuk menjadi profesional terbaik yang saya bisa, pebalap terbaik yang saya bisa. Saya tidak membalap tergantung pada masa depan saya, berdasarkan kontrak saya. Saya balapan berdasarkan pada minat saya,” ujar Morbidelli, Minggu (11/6/2023).
Terkait dengan masa depan dia di Yamaha, dia menjawab singkat. ”Bicaralah dengan Lin,” ujar Morbidelli.
Saat ditanya apakah finis di posisi ke-10 akan membantu mengamankan posisi musim depan, Morbidelli mulai memainkan retorika. ”Untuk melakukan apa?” jawab Morbidelli.
”Membantu mengamankan satu tahun lagi bersama Yamaha,” jawab Jack Appleyard, reporter MotoGP.
”Apakah saya ingin mengamankan satu tahun lagi bersama Yamaha?” jawab Morbidelli.
”Apakah anda menginginkan itu?” sambut Appleyard.
”Bicaralah dengan Lin,” jawab Morbidelli diiringi senyum.
Posisi Morbidelli untuk musim depan memang masih menjadi misteri. Namun, dia kini hanya fokus pada perjuangan meraih hasil lebih baik lagi. Apalagi, dalam dua seri terakhir dia bisa finis di posisi ke-10, serta di Argentina dia finis di posisi keempat dalam sprint dan balapan utama. Hasil di Le Mans dan Mugello memang belum maksimal, tetapi dia merasa ada potensi untuk semakin baik lagi. Dia akan berjuang melanjutkan momentum itu di Sachsenring dan Assen sebelum jeda musim panas.
”Ini akhir pekan yang cukup baik. Kami bekerja dengan maksimal. Kami melakukan pilihan tepat, modifikasi yang tepat pada motor akhir pekan ini. Tim bekerja sangat keras hingga maksimal yang kami miliki. Akhirnya posisi sepuluh besar ini tiba. Kami belum berada di posisi yang kami inginkan, itu pasti. Kami tahu, kami harus terus bekerja, dan semua orang melakukan yang sama. Dan, kami tahu bahwa saat menjalani balapan, kami perlu memaksimalkan yang kami miliki dan mengerahkan 200 persen untuk memiliki pertarungan yang bagus di depan,” ujar Morbidelli.
Adapun Quartararo yang finis di posisi ke-11 di Mugello mengakui dirinya tidak memiliki feeling bagus pada motor sejak awal. Dia pun kesulitan dalam kualifikasi dan balapan. Quartararo menggunakan setelan dasar M1 musim 2021 karena sasis, komponen aerodinamika, dan kenalpot yang baru tidak berfungsi sesuai harapan.
”Kami tidak bisa menciptakan balapan yang bagus hari ini. Saya sudah mengetahui sejak pagi ini bahwa saya tidak merasa terlalu bagus dengan motor. Pilihan ban juga tidak bekerja dengan baik. Kami seharusnya menggunakan ban belakang kompon lunak, bukan medium, untuk balapan. Kami memiliki momen yang sangat sulit. Kita lihat saja apa yang bisa kami lakukan di Sachsenring,” ujar Quartararo, yang kini di posisi delapan klasemen dengan 54 poin, tertinggal 77 poin dari Francesco Bagnaia di puncak klasemen.