Gelar Liga Champions musim ini adalah pembuka jalan bagi ambisi Manchester City menularkan dominasi mereka di Inggris ke kancah Eropa. "The Citizens" berpeluang meraih "sixtuple" di awal musim depan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, MINGGU – Gelar Liga Champions yang diraih Manchester City di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Turki, merupakan titik awal bagi dominasi “The Citizens” bersama Pep Guardiola di kompetisi antarklub terbaik di Eropa itu. City telah menemukan ramuan terbaik guna meruntuhkan nasib buruk yang selama ini menjadi penghambat mereka berjaya di ajang kontinental.
Kemenangan, 1-0, atas Inter, Minggu (11/6/2023) dini hari WIB, membuat semua pemain City menangis di atas lapangan, tak terkecuali Guardiola. Mereka menitikkan air mata kebahagiaan setelah bisa menyempurnakan predikat tim dengan permainan terbaik dalam beberapa tahun terakhir dengan hadiah terakbar, trofi “Si Kuping Besar”.
Gelar Liga Champions musim ini ibarat pemecah kebuntuan bagi City yang telah lama menantikan gelar Liga Inggris sejak diakuisisi Sheikh Mansour pada Agustus 2008. Guardiola dan skuad City akhirnya paham cara untuk menaklukkan Eropa.
Hal serupa pernah mereka alami ketika meraih gelar Liga Inggris perdana bersama Guardiola pada musim 2017-2018. City adalah tim yang tidak anti menjalani proses bersama Guardiola. Mereka memberikan dukungan penuh kepada Guardiola meskipun menutup musim perdana pada edisi 2016-2017 tanpa satu pun trofi.
Namun, setelah bisa menjadi tim terbaik Inggris, City semakin sulit dibendung. The Citizens menjadi kekuatan dominasi baru Liga Inggris setelah Manchester United di era Sir Alex Ferguson. Itu ditandai dengan lima gelar liga dalam enam musim terakhir, termasuk trofi beruntun dalam tiga musim terakhir.
Guardiola pun telah mengirimkan sinyal kepada para pesaing City di Eropa musim depan. Ia tidak hanya ingin diingat sebagai manajer pertama yang membantu “Manchester Biru” mengangkat trofi Si Kuping Besar di Istanbul.
Kami sangat lega akhirnya bisa memiliki trofi (Liga Champions) ini. Tetapi, ada tim-tim yang memenangi gelar ini, kemudian menghilang. Kami akan menghindari menjadi tim seperti itu.
“Kami sangat lega akhirnya bisa memiliki trofi (Liga Champions) ini. Tetapi, ada tim-tim yang memenangi gelar ini, kemudian menghilang. Kami akan menghindari menjadi tim seperti itu,” ujar Guardiola pada konferensi pers seusai laga.
City pun menjadi tim Inggris kedua yang meraih “treble winner” setelah Manchester United pada 1999. Di Eropa, City menyejajarkan diri dengan klub-klub fantastis, seperti Glasgow Celtic (1967), Ajax Amsterdam (1972), PSV Eindhoven (1988), Barcelona (2009 dan 2015), Inter (2010), serta Bayern Muenchen (2013 dan 2020).
Setelah meraih tiga gelar di akhir musim ini, Guardiola berpeluang membantu City meraih sixtuple atau enam gelar pada paruh pertama kompetisi edisi 2023-2024. The Citizens berpeluang mengangkat trofi tambahan dari Community Shield, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.
Kecanduan kampiun
Rio Ferdinand, legenda tim nasional Inggris, menilai, City memiliki kualitas untuk menularkan dominasi mutlak mereka di Inggris dalam beberapa musim terakhir di Eropa. Kata Ferdinand, Guardiola dan skuad City telah memahami hal yang perlu mereka lakukan untuk menjuarai Liga Champions.
“Hal yang paling menakutkan bagi tim-tim Eropa lainnya adalah nafsu tanpa henti City untuk terus memenangi kompetisi ini. Anda akan melihat mereka kecanduan menjadi kampiun,” ucap Ferdinand kepada BT Sport.
Ia menambahkan, “Saya tidak akan terkejut jika mereka (City) berada di final lagi tahun depan”.
Ferdinand berkaca dari dominasi City di Inggris. Sebelum Guardiola datang, City hanya mengoleksi empat gelar liga.
Bersama Guardiola, mereka telah menjadi tim di peringkat keempat dengan trofi Liga Inggris terbanyak berkat raihan sembilan gelar. City hanya kalah dari Manchester United (20 trofi), Liverpool (19), dan Arsenal (13).
Adapun jika hanya menghitung gelar di era Liga Primer, City sudah berada di urutan kedua koleksi trofi terbanyak dengan tujuh gelar. Mereka hanya kalah dari MU dengan 13 trofi. Sejak ditangani Guardiola, The Citizens telah menyalip Chelsea dan Arsenal, duo London, yang masing-masing mengoleksi lima dan tiga trofi di era Liga Primer.
Prediksi Ferdinand itu dikonfirmasi oleh pernyataan penyerang City, Erling Haaland. Pemain asal Norwegia itu akan menikmati masa libur kompetisi untuk mengistirahatkan mental dan fisiknya. Tetapi setelah liburan usai, Haaland bertekad untuk meningkatkan diri dan mempertahankan semua trofi yang diraih City musim ini.
“Kami harus meraih kembali semua trofi ini musim depan. Itu cara kami bekerja karena dalam satu atau dua bulan mendatang segalanya akan dilupakan dan kami akan mulai menyerang lagi,” tutur Haaland yang mencetak 52 gol dari 53 gim di musim perdana bersama City.
Apabila City berpotensi menjadi kekuatan dominan baru di Eropa, kekalahan Inter di Istanbul adalah kegagalan yang pahit bagi Liga Italia. “I Nerazzurri” gagal menyelamatkan wajah Italia yang telah menelan hasil negatif di dua final kompetisi antarklub Eropa lainnya di musim 2022-2023.
Nasib buruk Italia dimulai dari kekalahan AS Roma dari Sevilla di Liga Europa melalui drama adu penalti. Kemudian, Kamis (8/6/2023) WIB, giliran Fiorentina yang ditumbangkan tim Inggris, West Ham United, berkat gol di menit akhir pada partai puncak Liga Konferensi Eropa.
Bagi Inter kekalahan dari City adalah kegagalan ketiga mereka di final Liga Champions. Sebelumnya, I Nerazzurri tumbang dari Glasgow Celtic pada 1967, lalu dikalahkan Ajax Amsterdam pada 1972.
Meski gagal membawa pulang trofi ke Milan, sekitar 20.000 pendukung Inter mengapresiasi perjuangan pemain mereka dengan memberikan tepuk tangan gemuruh setelah pertandingan. Interisti, sebutan fans Inter, mengangkat topi atas permainan tim kesayangan mereka yang bisa mengimbangi City. Inter bahkan mengoleksi tembakan lebih banyak dengan 14 kreasi peluang berbanding tujuh milik City.
“Kami pantas bangga dengan permainan kami. Saya memeluk pemain satu per satu untuk menyemangati mereka karena mereka pantas mendapat hasil akhir lebih baik, begitu pun suporter yang terus mendukung kami,” ujar Pelatih Inter Simone Inzaghi kepada Sport Mediaset.
Inzaghi bertekad untuk membawa Inter membalas kekalahan di Istanbul. “Kami menunjukkan kepada dunia bisa menyulitkan City. Kami akan kembali ke final Liga Champions," katanya. (AFP)