Persaingan Puncak di Semifinal Perancis Terbuka
Pertemuan dua petenis putra yang dinanti sejak dua pekan lalu akan terjadi pada semifinal Perancis Terbuka. Petenis muda, Carlos Alcaraz, akan berhadapan dengan Novak Djokovic yang memiliki 22 gelar Grand Slam.
”Jika ingin menjadi yang terbaik, Anda harus mengalahkan yang terbaik”.
Kalimat itu diucapkan Carlos Alcaraz dan Novak Djokovic menjelang pertemuan mereka di lapangan tanah liat Roland Garros, Jumat (9/6/2023). Persaingan yang akan terjadi pada semifinal itu telah dinanti penggemar tenis sejak undian Grand Slam Perancis Terbuka dirilis, dua pekan lalu.
”Sejak undian, banyak orang menantikan pertandingan itu, termasuk saya. Saya sangat antusias menjalani laga itu karena jika ingin menjadi yang terbaik, Anda harus mengalahkan petenis terbaik,” komentar Alcaraz setelah mengalahkan Stefanos Tsitsipas pada perempat final.
Baca juga : Bekal Aldila untuk Panggung Besar Lain
Suara yang sama disampaikan Djokovic yang menang atas Karen Khachanov pada babak delapan besar. Djokovic bahkan menilai bahwa laga melawan Alcaraz menjadi tantangan terbesarnya pada Perancis Terbuka 2023.
Saya harus mengalahkan petenis terbaik untuk menjadi yang terbaik dan Alcaraz adalah petenis terbaik di sini. Saya menantikan pertandingan itu.
”Saya harus mengalahkan petenis terbaik untuk menjadi yang terbaik dan Alcaraz adalah petenis terbaik di sini. Saya menantikan pertandingan itu,” kata Djokovic.
Sebelum bertemu di Roland Garros, pertemuan keduanya baru terjadi sekali, yaitu pada semifinal ATP Masters 1000 Madrid 2022. Alcaraz mengalahkan Djokovic dengan skor 6-7 (5), 7-5, 7-6 (5), setelah sehari sebelumnya menyingkirkan seniornya asal Spanyol, Rafael Nadal. Alcaraz akhirnya menjuarai turnamen tersebut dengan mengalahkan Alexander Zverev di final.
Meski belum melahirkan rivalitas seperti Djokovic dan Rafael Nadal, pertemuan Alcaraz dan Djokovic di Perancis Terbuka bisa menjadi persaingan keduanya yang paling dinanti pada tahun ini. Undian membuka peluang itu dan keduanya piawai bermain di lapangan tanah liat.
Baca juga : Alcaraz Dikagumi Calon Lawannya
Persaingan itu juga menjadi persaingan petenis berbeda generasi. Alcaraz, yang berusia 20 tahun, adalah bintang tenis masa depan. Sementara Djokovic yang 16 tahun lebih tua telah bertahan sebagai petenis elite dunia selama 15 tahun. Ketika rival utamanya dalam ”Big Three”, Roger Federer pensiun dan Nadal hampir memasuki fase yang sama, Djokovic bertahan di antara petenis muda.
Menjadi petenis tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak menjadi motivasi Djokovic untuk bertahan. Setelah menjuarai Australia Terbuka 2023 dan menyamai Nadal dengan 22 gelar Grand Slam, Djokovic tinggal membutuhkan tambahan satu gelar untuk menjadi tunggal putra terbaik.
Sama seperti Federer dan Nadal, Djokovic adalah master dalam ajang Grand Slam. Dia bisa mengatur tenaga, pola pikir, dan terutama memiliki motivasi besar untuk tampil konsisten dalam tujuh pertandingan selama dua pekan. Saat juara di Melbourne Park pada awal tahun, Djokovic bertahan dalam kondisi cedera paha.
Dalam persaingan di level elite, pengalaman menghadapi tekanan dalam ajang besar bisa menjadi faktor kunci. Namun, faktor itu bisa pula dipatahkan oleh hal lain, yaitu kekuatan dan daya tahan fisik.
Baca juga : Cuaca Panas Membantu Stefanos Tsitsipas
Alcaraz, yang memiliki kecepatan dalam bergerak dan pukulan yang eksplosif dengan usia mudanya, akan menghadapi Djokovic dengan kelebihan itu. Sebelum tiba di Roland Garros, Alcaraz memenangi 30 pertandingan dan hanya tiga kali kalah. Statistik itu menghasilkan empat gelar juara dari lima final, di antaranya dengan menjuarai ATP 500 Barcelona dan Madrid Masters yang merupakan turnamen pemanasan Perancis Terbuka.
”Yang satu punya pengalaman, yang lain memiliki kekuatan. Satu petenis bisa memukul dengan sangat keras, sedangkan yang lain bisa mengontrol permainan dengan presisi pukulan hingga membuat lawan selalu bergerak,” tutur Stefanos Tsitsipas saat memberi pendapat tentang pertemuan Alcaraz dan Djokovic.
Tsitsipas, yang menjadi finalis Perancis Terbuka 2021, dua kali mengalahkan Djokovic dari 13 pertemuan. Namun, tak sekali pun dia bisa menghadang Alcaraz dalam lima pertemuan. Terakhir, Tsitsipas kalah 2-6, 1-6, 6-7 (5) pada perempat final, Rabu.
Meski demikian, saat diminta menilai siapa yang akan memenangi semifinal di antara dua generasi tersebut, Tsitsipas memilih Alcaraz. ”Saya memilih yang lebih muda,” katanya.
Dengan rekam jejak dan kelebihan dari keduanya itulah, laga Alcaraz melawan Djokovic bisa dinilai layak menjadi final tunggal putra Perancis Terbuka tahun ini. Namun, petenis yang akan bersaing dalam semifinal lain, Alexander Zverev dan Casper Ruud, tak bisa dikesampingkan. Keduanya memiliki misi menuntaskan tugas yang tertunda pada 2022.
Baca juga : Djokovic yang Merindukan Nadal
Zverev tampil dengan kemampuan terbaik di Roland Garros tahun lalu, termasuk ketika berhadapan dengan Nadal pada semifinal. Namun, semangat dan performa baiknya dihentikan cedera engkel kanan menjelang tiebreak set kedua hingga tak bisa menyelesaikan pertandingan. Zverev akhirnya harus menjalani operasi karena tiga ligamennya robek.
”Perancis Terbuka adalah turnamen yang saya tandai pada tahun ini. Saya senang dengan cara saya bermain, tetapi turnamen belum selesai. Ada kemungkinan saya harus menjalani sisa dua pertandingan yang sulit,” ujar Zverev yang telah melupakan cederanya pada tahun lalu.
Di seberang lapangan yang akan ditempati Zverev, Ruud ingin mendapat hasil lebih baik setelah dikalahkan Nadal pada final Perancis Terbuka 2022. Final pertamanya di arena Grand Slam itu menjadi pengalaman yang akan dibawanya saat melawan Zverev.
Baca juga : Antusiasme Swiatek Hadapi Tantangan Baru
Sementara itu, persaingan memperebutkan tiket final tunggal putri berlangsung Kamis malam hingga Jumat dini hari waktu Indonesia. Juara bertahan yang juga petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, berhadapan dengan Beatriz Haddad Maia yang baru pertama kali menembus semifinal Grand Slam. Pada pertandingan lain, Aryna Sabalenka ditantang Karolina Muchova.
Miyu Kato juara
Setelah mengalami momen pahit pada ganda putri, Miyu Kato menjuarai ganda campuran bersama partnernya, Tim Puetz. Pasangan petenis Jepang dan Jerman itu mengalahkan Bianca Andreescu/Michael Venus (Kanada/Selandia Baru) dengan skor 4-6, 6-4, 10-6 pada final yang berlangsung Kamis. Ini menjadi gelar pertama Kato dalam ajang Grand Slam.
Gelar tersebut menjadi obat luka bagi Kato setelah didiskualifikasi pada babak ketiga ganda putri bersama petenis Indonesia, Aldila Sutjiadi. Aldila juga bermain di ganda campuran bersama Matwe Middlekoop (Belanda) dan dikalahkan Kato/Puetz pada semifinal.
Baca juga : Aldila/Kato Menuntut Keadilan
”Saya menghadapi tantangan mental yang cukup berat dalam beberapa hari terakhir. Terima kasih pada semua petenis dan penonton yang telah mendukung, saya menggunakan dukungan itu sebagai energi positif untuk pertandingan hari ini. Saat ini, saya menanti hasil positif dari pengajuan banding agar saya bisa mendapatkan kembali poin, hadiah, dan reputasi saya,” tutur Kato.
Aldila/Kato didiskualifikasi karena Kato dinilai melakukan pelanggaran. Saat memberikan bola pada salah satu ball kids, dengan cara dipukul menggunakan raket, bola itu justru mengenai leher ball kids tersebut. Keputusan diskualifikasi diiringi dengan sanksi lain, yaitu penghapusan poin peringkat dan hadiah (khusus untuk Kato) yang seharusnya berhak diterima dari partisipasi dalam nomor ganda putri.
Asosiasi Pemain Tenis Profesional (PTPA) akan membantu Kato untuk menemui WTA agar petenis berusia 28 tahun tersebut bisa tetap menerima haknya meski hasil diskualifikasi tak akan bisa diubah. (AFP/REUTERS)