Ilusi Tertinggi Jokic dan Urgensi Asistensi Murray di Final NBA
Pesulap terhebat, seperti David Copperfield, bahkan butuh asisten. Begitu juga dengan bintang Nuggets, Nikola Jokic, yang membutuhkan sosok Jamal Murray untuk memuluskan ilusinya di lapangan dalam final NBA.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MIAMI, KAMIS — Tiga gim awal seri final NBA 2023 cukup membuktikan center Denver Nuggets, Nikola Jokic, adalah pebasket terhebat saat ini. Namun, dia juga memperlihatkan dirinya tidaklah bisa menang sendirian. Saat rekannya, Jamal Murray, ikut tampil apik, semua menjadi lebih baik baginya.
Jokic masih menjadi enigma yang belum bisa dipecahkan Miami Heat dalam gim ketiga final NBA 2023 di Kaseya Center, Miami, Kamis (8/6/2023) WIB. Pemain asal Serbia itu menciptakan triple double berupa 32 poin, 21 rebound, dan 10 asis, untuk mengantar Nuggets menang telak, 109-94.
”Si Joker”, julukannya, bagaikan ilusionis yang penuh tipu daya. Ketika pemain bertahan Heat fokus menutup akses ke keranjang, dia mengumpan. Begitu juga sebaliknya. Heat pun bak hanya mengejar bayangannya. Ilusi itulah yang dirasakan Jimmy Butler dan rekan-rekannya dalam tiga gim terakhir.
Dominasi itu juga ditunjukkan Jokic pada gim kedua final. Ia menyumbang 41 poin dan 11 rebound. Namun, saat itu, Nuggets justru kalah di kandang. Pada gim ketiga, Murray menjadi pembeda. Guard Kanada itu menyumbang 34 poin, 10 rebound, dan 10 asis, setelah hanya mencetak 18 poin di gim kedua.
Nyaris tak mungkin sebuah tim akan kalah jika dua pemain andalannya mencatat angka fenomenal seperti itu. Menurut ESPN, Jokic dan Murray adalah pasangan pertama dalam sejarah yang bisa menghasilkan 30 poin triple double di laga NBA. Istimewanya, rekor itu diciptakan di partai puncak.
”Semua itu tentang kepercayaan dan perasaan yang sama. Kami hanya membaca situasi di lapangan dan percaya satu sama lainnya untuk menghasilkan pola yang tepat. Jika dia mengumpan ke saya, dia sudah tahu apa yang diharapkan. Kami tidak pernah memaksakan sesuatu,” kata Murray.
Pelatih Heat Erik Spoelstra tidak menampik duet Jokic dan Murray sebagai penyebab utama kekalahan timnya di kandang sendiri. ”Mereka duo yang hebat. Permainan mereka saling melengkapi. Mereka adalah talenta elite,” ujarnya.
Ketika Murray tampil kurang maksimal, Jokic tetap berbahaya. Namun, Si Joker akan kehilangan salah satu trik terbaiknya sebagai pengumpan. Dia juga akan menanggung beban sebagai mesin skor tim seorang diri. Selain dirinya lebih lelah, tugas pertahanan tim lawan pun menjadi lebih enteng.
Pada gim kedua final, Jokic harus menembak 28 kali, jauh lebih banyak dari gim pertama (12 kali) dan gim ketiga (21 kali). Pada saat bersamaan, dia lebih banyak kehilangan bola atau turnover (lima kali) ketimbang asis (empat kali). Baginya, defisit turnover dan asis itu baru sekali terjadi di playoff.
Jokic, pengatur serangan utama tim, lebih nyaman di gim ketiga final. Murray, yang ”wangi” sejak awal gim itu, membuat fokus pertahanan Heat terpecah. Duo Nuggets itu memanfaatkannya. Mereka sering menciptakan skema serangan dua pemain atau pick and roll agar lawan semakin kebingungan.
Jokic dan Murray ibarat bertelepati. Mereka bisa mengerti satu sama lain tanpa perlu berbicara. (Michael Malone)
Dalam skema itu, Murray memanfaatkan tubuh besar Jokic untuk menghalangi lawan. Murray pun mendapatkan jalur khusus menembak ke keranjang lawan. Pemain lawan pun jadi bingung harus mengikutinya atau menjaga Jokic. Saat fokus beralih ke dirinya, Murray memberikan bola ke Jokic.
”Ilusi” tersebut menghantui Heat sepanjang laga. Adapun Jokic dan Murray melakukan 32 kali pick and roll dalam gim itu. Menurut Second Spectrum, penggunaan skema itu adalah yang terbanyak bagi mereka pada musim ini. Saking bingungnya, Heat sampai membiarkan Nuggets menciptakan 60 poin dari point in paint atau area berwarna.
Pelatih Nuggets Michael Malone berkata, Jokic dan Murray ibarat bertelepati. Mereka bisa mengerti satu sama lain tanpa perlu berbicara. Tidak banyak tim yang punya duo kompak seperti itu. ”Mereka bermain untuk satu sama lain. Karena itu, mereka bisa saling membaca dengan baik,” ungkapnya.
Duo dinamis Nuggets itu sempat dijaga nyaris sepanjang laga oleh dua pemain Heat yang ahli dalam bertahan, yaitu Butler dan Bam Adebayo. Butler dan Adebayo adalah langganan masuk All-Defensive Team NBA. Butler sudah lima kali masuk, adapun Adebayo terpilih empat musim beruntun.
Minim ego
Guard veteran Heat, Kyle Lowry, telah mengantisipasi Jokic dan Murray sebelum seri final dimulai. Menurut dia, duet itu seperti tandem San Antonio Spurs yang masuk Hall of Fame NBA, yaitu Tim Duncan dan Tony Parker. Mereka minim ego dan saling melengkapi satu sama lainnya. Duncan dan Parker telah menghasilkan lima cincin juara NBA untuk Spurs.
Jokic dan Murray akan kembali menjadi penentu dalam gim keempat final yang akan kembali digelar di Miami, Sabtu pagi. Heat, yang tertinggal 1-2, tidak bisa membiarkan kedua pemain itu tampil maksimal bersamaan. Mereka setidaknya harus bisa membatasi pergerakan Murray, jika ingin menang.
Duet yang hanya terpaut satu tahun dalam draft itu, Jokic (2015) dan Murray (2016), sudah saling mengenal sejak 2014. Ketika itu mereka bermain bersama dalam acara Nike Hoops Summit di Portland.
Tidak ada yang memprediksi Jokic dan Murray bisa menjadi bintang besar. Sembilan tahun berselang, duo bintang Nuggets itu berada di puncak dunia. (AP/REUTERS)