Hanya beberapa jam seusai kabar hadirnya Messi, euforia publik kota Miami dirusak oleh Jokic yang membenamkan tim bola basket kebanggaan mereka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MIAMI, KAMIS —Center andalan Denver Nuggets, Nikola Jokic, lebih aktif sebagai fasilitator di laga pertama final NBA lalu berubah menjadi eksekutor di laga kedua. Dua versi itu bergabung di laga ketiga, menghasilkan sosok sempurna ”Si Joker” yang berujung catatan bersejarah dan kemenangan Nuggets atas Miami Heat.
Wartawan ESPN, Ramona Shelburne, sempat bertanya ke Pelatih Heat Erik Spoelstra seusai laga kedua, ”Apakah membiarkan Jokic jadi eksekutor akan lebih baik dibandingkan sebagai fasilitator? Sebagai konteks, Heat menang di laga itu saat Jokic menyumbang 41 poin, tetapi hanya menghasilkan 4 asis.
Spoelstra yang dikenal kalem tampak kesal. Dia memotong saat pertanyaan belum selesai. Dia berkata, kesimpulan seperti itu hanya bisa dikatakan oleh seseorang dengan mata yang tidak terlatih. Menurut sang pelatih, tidak semudah itu mengontrol Jokic untuk menjadi eksekutor atau fasilitator.
Ketakutan Spoelstra terbukti pada laga ketiga di markas Heat, Kaseya Center, pada Kamis (8/6/2023) pagi WIB. Jokic tampil sempurna dengan sumbangan 32 poin, 21 rebound, dan 10 asis untuk mengantar Nuggets menang telak 109-94 di kandang lawan. Dia bermain nyaris sepanjang laga, selama 44 menit.
Jokic sukses menciptakan sejarah baru di final. Dia adalah pemain pertama membukukan tripel dobel dengan minimal 30 poin, 20 rebound, dan 10 asis. Peraih dua kali gelar ”Most Valuable Player” NBA itu mencatat 21 tembakan dengan akurasi 57,1 persen. Jumlah itu lebih banyak ketimbang laga pertama (12 kali) dan lebih sedikit dari laga kedua (28 kali).
”Mengenai Nikola, tidak ada yang dia lakukan yang mengejutkan saya. Dia telah menunjukkan berkali-kali bahwa dia dibangun untuk momen-momen ini. Dia tumbuh subur di momen-momen seperti ini, panggung terbesar. Dia melakukannya sekali lagi hari ini,” kata Pelatih Nuggets Michael Malone.
Publik Miami pun menjadi korbannya. Mereka seperti masih bermimpi saat datang ke Kaseya Center. Beberapa jam sebelumnya, megabintang sepak bola Lionel Messi baru dipastikan akan bergabung ke Inter Miami di liga MLS. Sampai ada penonton yang datang dengan jersei Inter bernama Messi di punggungnya.
Alih-alih menyempurnakan euforia itu, Heat justru tersandung di depan publik sendiri. Jimmy Butler dan rekan-rekan saat ini tertinggal 1-2. Mereka kembali kehilangan keuntungan kandang. Perampokan di markas Nuggets pada laga kedua pun berujung percuma.
”Kami tidak menampilkan permainan terbaik hari ini. Semestinya kami bisa keluar dengan energi dan usaha yang lebih besar dari ini. (Untungnya) Itu sesuatu yang bisa dikoreksi. Semua tergantung kami sebagai kesatuan grup,” jelas Butler.
Jokic bisa sempurna berkat bantuan rekan-rekannya. Peran eksekutor Jokic di laga kedua dibagi ke guard Jamal Murray. Tampil agresif sejak awal laga, Murray mencatat 32 poin, 10 rebound, dan 10 asis. Sementara itu, guard rookie Christian Braun juga menginspirasi dari bangku cadangan lewat sumbangan 15 poin dengan akurasi tembakan 87,5 persen.
Mengenai Nikola, tidak ada yang dia lakukan yang mengejutkan saya. Dia telah menunjukkan berkali-kali bahwa dia dibangun untuk momen-momen ini.
Malone menginstruksikan para pemainnya untuk menyerang ke area dalam. Mereka ingin mengeksploitasi keunggulan Jokic. Tidak hanya mencetak poin di dekat keranjang, Jokic juga bisa menarik lawan sekaligus memfasilitasi rekan-rekannya di area dalam.
Strategi Malone sukses. Pertahanan Heat tidak mampu meredam. Nuggets unggul jauh dalam poin dari area berwarna atau point in paint, 60-34. Adapun mereka hanya menembak tiga angka sebanyak 18 kali, jauh lebih rendah ketimbang laga pertama (28 kali) dan laga kedua (27 kali).
”Mereka menghajar kami di area dalam. Mereka mencetak setidaknya lebih dari 65 persen tembakan di dekat keranjang. Dengan (akurasi) itu, mereka tidak perlu menciptakan ruang lebih (untuk mencetak poin). Kami kalah segalanya hari ini,” ujar Spoelstra.
Di sisi lain, Heat tidak mampu mengulang parade hujan tembakan tiga angka di gim sebelumnya. Mereka hanya memasukkan 11 kali dari 35 kali percobaan tiga angka (31,4 persen). Alhasil, akurasi tembakan keseluruhan mereka kalah jauh dari Nuggets, 37 persen berbanding 51,2 persen.
Nuggets pun selalu unggul sejak pengujung kuarter kedua. Tim tamu memperlebar jarak di kuarter ketiga dengan unggul 29-20. Mereka memulai kuarter keempat dengan lebih tenang karena keunggulan dua digit, 82-68. Heat tidak mampu bangkit lagi.
Duo bintang Heat, center Bam Adebayo (22 poin) dan forward Jimmy Butler (28 poin), menjadi penampil terbaik tim tuan rumah. Namun, sumbangan tersebut belum cukup. Terbukti sepanjang playoff, mereka selalu membutuhkan dukungan dari para pemain pelengkap.
Guard Heat, Gabe Vincent, yang paling konsisten di dua laga awal dengan rerata sumbangan 21 poin, tidak mampu menemukan ritme di laga ketiga. Dia hanya menghasilkan 7 poin dengan akurasi tembakan 20 persen. Vincent terpaksa ditarik berkali-kali di paruh pertama karena foul trouble. (AP/REUTERS)