Duo Debutan Jokic – Murray Berdansa Dalam Tekanan
NBA pernah punya duet "guard" dan "center" ikonik, seperti Stockton–Malone dan Bryant-O’Neal. Sekarang saatnya Murray-Jokic mengambil alih.
DENVER, JUMAT – Euforia duo dinamis Denver Nuggets, guard Jamal Murray dan center Nikola Jokic, sukses mengalahkan ketegangan mereka tampil debut di final NBA perdana. Tampil bagai veteran bercincin juara, duo bintang itu memastikan kemenangan pertama Nuggets dalam sejarah final.
Nuggets menang mudah dalam gim 1 versus Miami Heat 104-93 di markas sendiri, Ball Arena, pada Jumat (2/6/2023) WIB. Unggul sejak kuarter pertama, tim tuan rumah tidak terkejar hingga bel panjang berbunyi. Mereka bahkan nyaris selalu unggul dua digit angka.
Lihat juga : Denver Nugget Unggul 104-93 Atas Miami Heat di Laga Pertama Final NBA 2023
Kemenangan dipersembahkan oleh Murray dan Jokic yang baru pertama kali mencicipi atmosfer final. Tancap gas lebih dulu di paruh pertama, Murray mengakhiri laga dengan 26 poin, 6 rebound, dan 10 asis. Jokic mengambil alih di paruh kedua, menyumbang tripel dobel 27 poin, 10 rebound, dan 14 asis.
Jokic dan Murray, menurut ESPN, menjadi pasangan kedua dalam sejarah final yang mampu mencatatkan setidaknya 25 poin dan 10 asis. Rekor tersebut tidak pernah tersentuh sejak diciptakan duo Los Angeles Lakers, Magic Johnson dan James Worthy pada 1987.
Saya pikir itulah keindahan paling mencolok dari tim ini. Kami punya begitu banyak senjata untuk menciptakan sangat banyak ruang. Jadi, Anda mesti menjaga kami semua. (Tembakan) kami sangat mengalir, menyenangkan rasanya.
“Saya pikir itulah keindahan paling mencolok dari tim ini. Kami punya begitu banyak senjata untuk menciptakan sangat banyak ruang. Jadi, Anda mesti menjaga kami semua. (Tembakan) kami sangat mengalir, menyenangkan rasanya,” kata Murray yang menepi sepanjang musim lalu akibat cedera lutut.
Menariknya, Jokic menciptakan 27 poin hanya dari 12 kali tembakan. Dia memasukkan 8 kali di antaranya. Sisa poinnya berasal dari tembakan bebas. Jokic tidak banyak menembak, terutama pada paruh pertama. Dia menyalakan mode pelayan, demi memfasilitasi Murray yang sedang “panas”.
Baca juga : Ilusi Final Ideal Heat dan Nuggets
Kelengkapan dan kepintaran Jokic tampak terlalu kompleks untuk pertahanan Heat. Tim tamu menerapkan berbagai skema, zona hingga satu lawan satu. Namun, semua percuma. Peraih dua gelar Most Valuable Player NBA itu bisa menjadi fasilitator atau mesin skor sesuka hati. Tidak bisa ditebak.
Bagi Jokic, hal terpenting adalah kemenangan. Dia tidak peduli peran apa yang muncul di laga itu, selama bisa membantu tim. “Saya mencoba menang dengan segala cara. Saya tidak perlu menembak untuk bisa berpengaruh terhadap permainan,” kata pemain asal Serbia yang sudah menyumbang 10 asis pada paruh pertama itu.
Heat yang hanya beristirahat tiga hari setelah gim 7 final wilayah versus Boston Celtics, bermain di bawah standar. Tembakan Jimmy Butler dan rekan-rekan sedang “bau”. Akurasi tembakan mereka hanya 40,6 persen, cukup jauh dibandingkan Nuggets (50,6 persen).
Center Heat Bam Adebayo menjadi penampil paling impresif dengan catatan 26 poin dan 13 rebound. Butler yang merupakan tulang punggung tim sepanjang playoff, hanya menyumbang 13 poin. Adapun para penembak jitu Heat, Max Strus, Caleb Martin, dan Duncan Robinson hanya mencatat total 6 poin.
Baca juga: Ternyata, ”King” James Juga Bisa Menua
Trio penembak jitu itu menembak sebanyak 23 kali. Namun, hanya 2 kali tembakan yang masuk, masing-masing dari Robinson dan Martin. Adapun mereka merupakan kunci kemenangan Heat di final wilayah. Pelatih Heat Erik Spoelstra sampai harus mengandalkan pemain pelapis yang jarang mendapat menit, Haywood Highsmith (18 poin).
“Saya belum melihat detail skor, tetapi sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa masalahnya ada di penempatan posisi yang kurang tepat. Kami lebih baik di paruh kedua, tetapi itu tidak cukup. Anda harus bermain konsisten satu gim penuh untuk mengalahkan mereka,” kata Spoesltra.
Momentum sempat berbalik ke arah Heat pada penghujung laga. Mereka bangkit dari ketinggalan 19 poin di awal kuarter keempat. Tembakan beruntun dari Highsmith menipiskan jarak jadi 87-96 pada 3 menit terakhir. Namun, semua sudah terlambat. Keunggulan Heat dalam pengalaman tampil di final tidak terlihat. Adapun Butler dan Adebayo merupakan fondasi tim saat berlaga di final 2020.
Kemenangan pertama
Publik Denver pun berpesta setelah tim kesayangannya unggul 1-0 dalam final berformat terbaik dalam tujuh gim itu. Kemenangan itu sangat berarti karena merupakan yang pertama kali dalam sejarah klub di final. Adapun Nuggets baru lolos ke final pada musim ini setelah keikutsertaan sejak 1977.
Baca juga: Penebusan Janji Jimmy Butler Setahun Kemudian
Pelatih Nuggets Michael Malone sudah berpesan kepada anak asuhnya sebelum laga. Mereka tidak boleh lengah, meskipun belum pernah kalah di kandang sepanjang playoff. Adapun sebanyak 70 persen tim yang berhasil menang di gim 1, akan berujung jadi juara.
Apalagi, Heat yang berstatus “kuda hitam” selalu mampu mengejutkan tim tuan rumah di gim 1. Heat mencatat tiga kemenangan beruntun di gim pertama pada playoff ini, masing-masing dari Milwaukee Bucks, New York Knicks, dan Boston Celtics. Hal itu merupakan kunci mereka menumbangkan para unggulan.
Baca juga: Kulminasi Tipuan Jokic ”Si Joker”
“Itu adalah salah satu pesan terakhir saya kepada tim sebelum pertandingan. Saya mengingatkan, jika mereka tidak tahu, bahwa Miami pergi ke Milwaukee, Boston, dan New York, lalu memenangi gim 1. Jadi, kami tidak ingin mereka datang ke sini untuk mengambil kendali seri ini di lapangan kami sendiri,” jelas Malone. (AP/REUTERS)