Gemuruh Suporter Yogyakarta yang Bikin Merinding
Fanatisme suporter bola basket tampak dalam seri keenam IBL 2023 di Yogyakarta. Gemuruh dukungan mereka membuat tim peserta merinding.
Fanatisme suporter bola basket tampak dalam tiga hari awal seri keenam Liga Basket Indonesia atau IBL 2023 di GOR Amongraga, Yogyakarta. Mereka menyempatkan diri untuk nonton ke arena walau laga tidak berlangsung pada akhir pekan. Tak sedikit yang datang dari provinsi lain untuk mengejar laga-laga yang digemari.
Aura panas menonton sepak bola hadir saat tim tuan rumah Bima Perkasa Jogja yang menempati urutan keempat klasemen sementara IBL 2023 menghadapi tim elite Prawira Harum Bandung yang berada di peringkat kedua, Jumat (26/5). Suporter yang nyaris memenuhi GOR Amongraga yang berkapasitas 5.000 tempat duduk itu tak henti-henti berteriak mendukung tim kesayangannya dan meneror tim lawan.
Salah satu momen epik terjadi saat pemain asing Prawira Brandone Francis tampak seperti menginjak paha small guard Bima Perkasa Ikram Fadhil dalam kedudukan Bima Perkasa memimpin 60-55 tepat 5 menit 6 detik sebelum kuarter keempat berakhir. Sontak emosi suporter tersulut untuk terus mengintimidasi Francis.
Akan tetapi, mental small forward asal Republik Dominika dan rekan-rekannya sekuat baja. Mereka tidak terpancing provokasi pendukung tuan rumah dan bisa membalik keadaan untuk membawa Prawira menang 71-68. ”Kami bangga dengan dukungan suporter hari ini, mereka membuat kami merinding,” ujar pelatih Bima Perkasa Efri Meldi.
Antusias masyarakat
Terlepas dari momen itu, masyarakat Yogyakarta tergolong sangat antusias menyaksikan langsung laga basket. Setidaknya, dalam tiga hari awal dari delapan hari seri keenam IBL 2023 yang dimulai pada Rabu (24/5/2023), mereka nyaris selalu hadir dan memadati GOR Amongraga meski tidak ada pertandingan tim tuan rumah. Bahkan, ada yang sudah datang sejak laga pertama dari empat pertandingan per hari yang dimulai pukul 11.30. Mereka mau menyisikan waktu di tengah aktivitas sehari-hari di tengah pekan (weekday).
Salah satu ditunjukkan oleh suporter Bima Perkasa, Riki Yuki Saputra (25). Saat dapat waktu senggang di tempat kerja, dia langsung tancap gas dari Kebumen, Jawa Tengah ke Yogyakarta yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan darat demi menonton langsung Bima Perkasa dan pemain yang diidolainya, small guard sekaligus kapten Bima Perkasa Nuke Tri Saputra. ”Kemarin (dua hari awal), tidak sempat ke sini karena masih kerja,” ujar Riki yang ditemui, Jumat.
Riki mengaku mulai menggemari basket sejak usia sekolah dasar. Kegemaran itu memuncak ketika dirinya kuliah di Yogyakarta medio 2018-2021. Dia bergabung dengan klub basket Koreri dan sempat ikut sejumlah turnamen. ”Basket sangat berkembang di Yogya mungkin karena status kota pendidikan. Di sini, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang ada tim basket, dan persaingan gengsinya tinggi,” katanya.
Sejak itu, Riki mulai mengikuti perkembangan IBL. ”Namun, tidak setiap saat juga saya nonton langsung IBL. Pas ada rezeki dan waktu, baru saya datang,” tutur Riki yang bersama rekannya membeli tiket courtside pass atau VIP seharga Rp 150.000 per orang tersebut.
Baca juga : Ketenangan Brandone Francis Bawa Prawira Tundukkan Tuan Rumah
Kami bangga dengan dukungan suporter hari ini, mereka membuat kami merinding.
Lintas batas
Yang memukau dari basket, penonton tidak hanya didominasi oleh penggemar salah satu tim dan tidak pula salah satu gender. Setiap laga pada seri keenam, penontonnya berasal dari sejumlah daerah tidak cuma dari Yogyakarta dan sekitarnya. Laki-laki, perempuan, orang dewasa, dan anak-anak, semuanya membaur tanpa gesekan untuk mendukung tim kesayangan masing-masing.
Itu tercermin dari kehadiran dua penonton dari Bandung, Jawa Barat, Erma (28) dan Silvi Anggraini (23) untuk mendukung Prawira. Bahkan, itu bukan kali pertama mereka mengejar Prawira bermain. Sebelumnya, mereka menonton langsung Prawira dalam turnamen pramusim Piala Indonesia IBL 2022 di Solo, Jawa Tengah, November lalu dan pada seri kelima IBL 2023 di Semarang, Jawa Tengah, Maret lalu.
”Saya suka basket dari diajak teman nonton Prawira tahun lalu. Sejak itu, saya terus mengikuti perkembangan Prawira dan menyempatkan waktu untuk nonton langsung mereka di beberapa kota. Hitung-hitung nonton Prawira sekalian jalan-jalan,” ujar Erma, karyawan perusahaan swasta.
Warga Semarang yang mendukung Bali United Basketball Club di Yogyakarta, Kiki Muliana (27) mengatakan, kalau sudah ditahap fanatik, menonton langsung adalah kewajiban dan jalan-jalannya adaalh sampingan. ”Saya sebisa mungkin untuk nonton langsung karena auranya lebih terasa ketimbang nonton dari televisi atau streaming,” kata Kiki yang mengikuti basket nasional sejak Denny Sumargo masih aktif sebagai pebasket pada awal 2000-an.
Baca juga : Pisau Bermata Dua dari Jeda Panjang
Bukan jaminan
Sayangnya, geliat penggemar basket di Yogyakarta tidak menjamin bisa tertular untuk memenuhi setiap laga Piala Dunia Basket 2023 di Indonesia Arena, Jakarta. Tidak sedikit penonton yang pikir-pikir untuk menyaksikan langsung momen langkah Piala Dunia di Indonesia karena mahalnya harga tiket dan absennya tim ”Merah-Putih”.
Bahkan, ada yang terang-terangan tidak berniat menonton Piala Dunia Basket 2023 walau sejumlah tim elite dunia yang diperkuat pemain-pemain Liga Basket Amerika Serikat (NBA) akan berlaga di Tanah Air, seperti juara bertahan Spanyol di Grup G, serta Perancis dan Kanada di Grup H. ”Tiketnya mahal banget yah, kalau lebih murah mungkin bisa dipertimbangkan. Lagi pula, saya tidak terlalu paham dengan basket luar negeri,” terang Erma.
Keluhan soal mahalnya harga tiket juga diungkapkan oleh sejumlah pemain dan pelatih IBL 2023. Pelatih Tangerang Hawks Basketball Club Antonius Joko Endratmo menuturkan, secara promosi, gaung Piala Dunia Basket 2023 di Indonesia cukup baik sejauh ini.
Hanya saja, harga tiket yang tinggi untuk masyarakat umum akan menjadi kendala panitia lokal yang berniat memenuhi Indonesia Arena yang berkapasitas 16.500 tempat duduk, tergolong sangat besar untuk basket nasional. ”Saran saya, panitia harus memberikan diskon khusus atau subsidi harga tiket untuk menarik animo masyarakat,” tutur Joko.
Menurut pelatih RJ Amartha Hangtuah Jakarta Antonius Ferry Rinaldo, Piala Dunia Basket belum tentu ada lagi di Indonesia dalam waktu dekat. Maka itu, minimal, panitia mengupayakan agar para pelaku basket nasional bisa menonton langsung. ”Melihat langsung tim elite dunia bermain adalah bahan pembelajaran penting untuk pemain, pelatih, dan pengelola klub di Indonesia. Kita bisa melihat bagaimana cara pemain dan sistem pelatih mengelola pertandingan. Belum lagi, ada euforia yang tidak bisa kita dapat dari nonton televisi atau streaming,” jelasnya.
Baca juga : Kebangkitan RANS PIK Tenggelamkan West Bandits dalam Keterpurukan
Tetap optimistis
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Piala Dunia Basket 2023 di Indonesia Junas Miradiarsyah optimistis masyarakat akan memenuhi setiap laga ajang yang diselenggarakan bersama dengan Filipina dan Jepang tersebut. Selain gencar promosi dan ada animo besar dari penonton IBL 2023, Junas yang turut menjabat sebagai Direktur IBL itu menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan strategi penjualan tiket yang bersahabat untuk warga.
Sejak Maret, panitia sudah resmi menjual tiga kategori tiket, yakni venue pass, weekend pass, dan follow my team passes dengan harga mulai dari Rp 450.000 hingga Rp 23,6 juta. Bahkan, dari situs resmi FIBA, tiket venue pass seharga Rp 8,1 juta-23,6 juta untuk menonton 12 laga babak penyisihan grup selama 25-30 Agustus telah habis terjual. Weekend pass seharga Rp 450.000-Rp 8,1 juta untuk empat laga di akhir pekan dan follow my team seharga Rp 1,17 juta-Rp 9,9 juta untuk tiga laga penyisihan grup suatu tim, masih dijual.
Selain itu, ada tiket day pass yang mulai dijual 30 Mei dengan harga yang lebih terjangkau, sekitar Rp 150.000 per laga di tribune paling atas. ”Dari diskusi dengan FIBA, kami memang berusaha menjual tiket-tiket yang paling mahal lebih dahulu. Tujuannya, agar tribune bahwa terisi penuh lebih dahulu. Jangan sampai tribune atas penuh, tetapi yang di bawah kosong. Nanti, tidak bagus terlihat dalam siaran,” ujar Junas.
Di sisi lain, Junas akan menjalin kerjasama dengan kedutaan besar maupun perusahaan asal negara-negara peserta yang main di Indonesia. ”Selebihnya, kami pasti ikut memikirkan bagaimana caranya keluarga besar basket Indonesia bisa nonton langsung di arena, terutama untuk pemain, pelatih, dan manajemen klub IBL,” ungkapnya.
Piala Dunia Basket 2023 memang ajang prestisius untuk basket dunia. Tetapi, panitia perlu menyadari bahwa kultur basket Indonesia belum selevel dengan negara-negara kiblat basket. Oleh karenanya, panitia jangan terlena dengan nama besar Spanyol, Perancis, dan Kanada di dunia basket guna memikat daya tarik warga.