Roland Garros Tanpa “Raja Lapangan Tanah Liat”
Untuk pertama kali sejak menjalani debut dan menjadi juara Perancis Terbuka 2005, Rafael Nadal akan absen di Grand Slam lapangan tanah liat itu. Persaingan menjadi juara tunggal putra di Roland Garros pun lebih terbuka.
Bukan tanpa alasan bahwa melawan Rafael Nadal di Roland Garros, Perancis, menjadi salah satu tantangan terberat dalam persaingan olahraga. Nadal, bahkan, dibuatkan patung dirinya yang berdiri di luar Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Perancis. Maka, Grand Slam Perancis Terbuka 2023 tanpa Nadal akan terasa berbeda.
Sejak menjalani debut di Roland Garros dalam usia 19 tahun pada 2005 dan akhirnya menjadi juara, baru pada tahun ini Nadal tak akan tampil. Petenis Spanyol itu hanya akan menonton turnamen yang berlangsung 28 Mei-11 Juni tersebut dari kediamannya di Manacor, Mallorca, Spanyol.
Setelah mengumumkan absen dari turnamen tanah liat ATP Masters 1000 Monte Carlo, Madrid, dan Roma, serta ATP 500 Barcelona setiap kali menjelang turnamen berlangsung, Nadal akhirnya memberi kabar bahwa dia pun tak bisa bertanding di Perancis Terbuka.
Pada jurnalis yang meliput konferensi pers di Akademi Tenis Rafa Nadal dan pada publik melalui akun YouTube akademi tenis miliknya itu, Nadal bercerita tentang alasannya tak bisa berpatisipasi pada Grand Slam yang 14 kali dijuarainya itu. Cedera pinggul yang dialami sejak tampil di arena Grand Slam Australia Terbuka, Januari, membuatnya tak akan bisa tampil kompetitif di Roland Garros.
Dalam masa pemulihan saat tidak bertanding sejak Januari, Nadal beberapa kali mengunggah latihan di lapangan tanah liat di akademinya. Beberapa hari sebelum mengumumkan akan absen di Perancis Terbuka, video di media sosial memperlihatkan bahwa petenis berusia 36 tahun itu masih kesakitan akibat cederanya.
Setelah latihan, dia membungkukkan tubuh bagian atas sambil meringis. Sejak saat itu pula, muncul keraguan pada kesiapan Nadal bertanding di Perancis Terbuka, bahkan, dalam kelanjutan kariernya. Ternyata, Nadal telah berencana untuk mengakhiri karier tenis profesionalnya pada 2024.
Padahal, Perancis Terbuka adalah turnamen yang penuh makna baginya. Ini adalah Grand Slam pertama yang dijuarai. Dalam 14 final di Roland Garros, dia tak pernah kalah dan menjadi petenis dengan gelar juara terbanyak dalam satu turnamen. Dari 115 pertandingan, hanya tiga kali Nadal kalah!
Maka, seperti diakui mantan petenis dan petenis aktif, Perancis Terbuka identik dengan pemilik 22 gelar Grand Slam itu. “Rafa dan Roland Garros memiliki hubungan yang spesial. Saya membuat kesalahan karena meragukannya pada 2022. Ternyata dia juara dan menang straight sets di final,” komentar petenis putri Cori Gauff.
Baca juga : Jelang Perancis Terbuka, Nadal Masih Absen
Rafa dan Roland Garros memiliki hubungan yang spesial.
Keraguan pada Nadal, juga, pernah muncul saat Perancis Terbuka digelar 27 September-11 Oktober 2020, mundur dari Mei karena pandemi Covid-19. Tak seperti Perancis Terbuka yang digelar dalam cuaca panas pada Mei, turnamen pada 2020 itu berlangsung dengan suhu lebih dingin.
Faktor cuaca yang membuat pantulan bola menjadi lebih rendah ini menguntungkan petenis non spesialis tanah liat. Namun, Nadal bisa mengatasi semua tantangan dan menjadi juara tanpa kehilangan satu set pun.
“Rafa selalu menjadi favorit juara setiap kali tampil di Roland Garros,” kata Casper Ruud yang dikalahkan Nadal dalam final Perancis Terbuka 2022 dengan skor 3-6, 3-6, 0-6. Ruud adalah petenis kedelapan yang dikalahkan Nadal di final Perancis Terbuka.
Tak hanya Ruud, dua petenis lain pernah diberi angka 0 oleh Nadal dalam final di Roland Garros. Mereka adalah dua rival beratnya, Roger Federer dan Novak Djokovic.
Federer tak berkutik ketika kalah 1-6, 3-6, 0-6 pada final 2008. Itu menjadi kekalahan ketiga dalam tiga final beruntun melawan Nadal di Roland Garros. Sementara, Djokovic tak dapat memenangi satu gim pun pada salah satu set ketika berhadapan dengan Nadal pada final 2020. Dia kalah 0-6, 2-6, 5-7.
Baca juga : Nadal Absen Lagi Di Barcelona
Persaingan terbuka
Maka, ketidakhadiran Nadal pada tahun ini membuat persaingan tunggal putra akan berbeda. Jika biasanya Nadal selalu menjadi yang paling favorit juara, calon juara sulit ditebak pada tahun ini.
“Rafa sangat dominan di Roland Garros. Novak punya jumlah gelar Grand Slam yang sama, tetapi Novak tak bisa disejajarkan dengan Rafa di Roland Garros. Atas dasar itu, persaingan tahun ini akan lebih terbuka,” ujar mantan petenis nomor satu dunia, John McEnroe pada Eurosport.
Hal serupa dikatakan juara tunggal putra Perancis Terbuka 1991 dan 1992, Jim Courier, serta petenis Norwegia peringkat keenam dunia, Holger Rune. “Saya melihat, persaingan akan lebih terbuka pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini menarik, mari kita lihat apa yang akan terjadi,” ujar Rune.
Pada persaingan yang terbuka itu, dua nama menjadi paling favorit, yaitu Djokovic dan petenis nomor satu dunia, Carlos Alcaraz. Djokovic menjadi satu-satunya petenis yang dua kali mengalahkan Nadal di Roland Garros, yaitu pada perempat final 2015 dan semifinal 2021.
Baca juga : Monte Carlo Masters Tanpa ”Sang Raja”
Petenis Serbia itu berada di sekitar generasi baru yang berupaya menggantikan namanya, Nadal, dan Roger Federer (yang telah pensiun) dalam daftar juara Grand Slam. Di Perancis Terbuka, sejak Nadal ikut serta pada 2005, hanya ada 11 petenis yang bisa menembus final tunggal putra. Di antara mereka, gelar juara hanya pernah dirasakan oleh Nadal, Federer, Djokovic, dan Stan Wawrika.
Ini berbeda dengan persaingan tunggal putri. Pada periode yang sama, 23 petenis lolos ke final dengan 13 petenis menjadi juara. Sejak Justine Henin menjadi juara pada 2005-2007, peraih trofi juara tunggal putri, bahkan, selalu berganti.
Djokovic berada pada level teratas favorit juara karena menjadi petenis yang paling berpengalaman tampil di Roland Garros. Dia dua kali menjadi juara dari enam final. Namun, persiapan untuk Perancis Tebuka tahun ini terganggu cedera siku kanan hingga tak bisa melewati perempat final pada tiga turnamen tanah liat.
Meski demikian, mental juara menjadikan Djokovic sebagai petenis yang tetap berbahaya meski dalam kondisi cedera. Awal 2023 misalnya, dia menahan cedera paha untuk menjadi juara Australia Terbuka. Di Roland Garros, Djokovic memiliki motivasi melampaui Nadal sebagai tunggal putra dengan gelar juara Grand Slam terbanyak.
Baca juga : Alcaraz Dekati Gelar Ganda
Nama Alcaraz berada sejajar dengan Djokovic. Petenis berusia 20 tahun itu menjadi yang terbaik pada tahun ini dengan menjuarai empat dari lima turnamen.
Setelah menjuarai turnamen tanah liat ATP 500 Barcelona dan Madrid Masters, Alcaraz memang tersingkir pada babak ketiga Roma Masters, tetapi itu bisa menjadi keuntungan karena persiapannya untuk Perancis Terbuka tak terlalu pendek.
Dengan penambahan durasi turnamen WTA/ATP Masters 1000 Madrid dan Roma, dari sepekan menjadi dua pekan, pada tahun ini, jeda antara turnamen di Roma dan Perancis Terbuka hanya sepekan. Padahal, petenis biasanya memiliki waktu dua pekan tanpa turnamen besar sebelum tampil di Roland Garros.
Selain Alcaraz dan Djokovic, nama lain tak dapat dikesampingkan. Apalagi, tiga turnamen Masters 1000 tanah liat 2023 dijuarai petenis berbeda. Monte Carlo Masters dijuarai Andrey Rublev, lalu Alcaraz di Madrid Masters, dan Daniil Medvedev di Roma Masters.
Baca juga : Senja Kala Nadal
Gelar di Roma menjadi gebrakan bagi persaingan tenis putra karena Medvedev menunjukkan diri bahwa dia pun kompetitif bermain di tanah liat. Gelar itu menjadi yang pertama bagi Medvedev di lapangan tanah liat.
“Generasi baru telah lahir. Itu bagus untuk tenis karena olahraga apapun membutuhkan wajah baru. Saya sendiri masih berusaha bertahan di antara mereka. Saya tetap memiliki motivasi untuk bersaing,” tutur Djokovic.
Jadi, siapa petenis yang akan mengambil keuntungan dari absennya Nadal?