Liverpool tidak hanya kehilangan tiket Liga Champions. Proyek merevolusi skuad pada musim depan juga bisa berjalan tidak semulus rencana.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT – Bagi Liverpool, Liga Champions sudah terasa seperti rumah yang melambangkan kenyamanan dan kebanggaan. Sungguh miris, mereka gagal lolos ke ajang prestisius itu pada musim depan karena problem inkonsistensi. Proyek rejuvenasi manajer Juergen Klopp pun bisa terganggu.
Liverpool, klub dengan trofi Liga Champions terbanyak di Inggris itu (6 kali), dipastikan gagal masuk empat besar Liga Inggris. Rival mereka, Manchester United, meraih tiket terakhir setelah menang atas Chelsea 4-1 di Stadion Old Trafford, Jumat (26/5/2023) dini hari WIB.
Kebangkitan Liverpool di penghujung musim, termasuk tujuh kali menang beruntun, ternyata tidak cukup menambal musim terburuk mereka di era Klopp. Kemenangan telak “Si Merah” atas MU 7-0 pun hanya menjadi pelipur lara. Pada akhirnya, mereka harus merelakan peringkat ke-4 ke tim rival.
“Kami tahu hasil ini sangat berarti. Semua tentang bagaimana kami bisa mencapai tujuan. Kami juga mengerti mereka (para pendukung MU) akan sangat bahagia juga karena Liverpool tidak lolos,” kata gelandang andalan MU Bruno Fernandes.
Pertama kali, sejak 2016, Liverpool tidak akan tampil di turnamen paling bergengsi se-Eropa tersebut. Adapun Klopp selalu berhasil finis empat besar ketika menjalani musim penuh bersama “Si Merah”. Oleh karena itu, kejatuhan musim ini merupakan pukulan telak untuk mereka.
“Saya benar-benar hancur. Sama sekali tidak ada alasan untuk ini. Kami memiliki semua yang kami butuhkan untuk lolos ke Liga Champions tahun depan dan kami gagal. Kami adalah Liverpool dan lolos ke kompetisi itu adalah syarat minimum. Kami mengecewakan Anda dan diri kami sendiri,” jelas penyerang Liverpool Mohamed Salah lewat media sosial.
Segalanya terasa salah bagi Liverpool musim ini. Mereka mengalami terlalu banyak masalah, dari badai cedera, penurunan performa pemain veteran, hingga bayangan kutukan musim ketujuh Klopp. Alhasil, dominasi mereka yang nyaris meraih quadruple pada musim sebelumnya sama sekali tidak terlihat.
Performa tandang Salah dan rekan-rekan paling mengkhawatirkan. Mereka hanya menang 6 kali dari 18 pertandingan. Jumlah kemasukan juga lebih banyak ketimbang memasukan, selisih golnya (-1). Padahal, musim lalu, mereka adalah tim tandang terbaik kedua (13 menang, 4 seri, dan 2 kalah).
Kami memiliki semua yang kami butuhkan untuk lolos ke Liga Champions tahun depan dan kami gagal. Kami adalah Liverpool dan lolos ke kompetisi itu adalah syarat minimum.
Masalah terbesarnya adalah mereka tidak bisa memeragakan lagi gaya bermain intens ala “gegenpressing”. Problem itu semakin terekspos ketika bermain jauh dari rumah, tanpa bantuan para pendukung. Penurunan intensitas tidak terlepas dari rerata skuad yang merupakan tertua ketiga di liga.
Menurut Klopp, musim mereka sebenarnya akan terasa baik-baik saja jika lolos empat besar. “Ini bukanlah musim yang kami inginkan. Saya sudah di sini selama 7,5 tahun. Tidak selalu ada peningkatan, kadang justru menurun, tetapi Anda harus bisa menemukan kembali diri Anda,” ujarnya.
Klopp berniat merejuvenasi skuad pada musim depan. Pemain yang paling diincar adalah gelandang tim nasional Inggris Jude Bellingham. Sayangnya, peluang mereka mendapatkan pemain Borussia Dortmund itu nyaris tertutup karena masalah label harga yang sangat tinggi.
Dampak tidak lolos Liga Champions, proyek rejuvenasi Klopp bisa semakin terganggu. Mengingat, turnamen itu menghadirkan uang yang sangat banyak bagi para peserta. Belum lagi, banyak pemain bintang yang mensyaratkan bisa bermain di Liga Champions ke para calon klub.
Menurut jurnalis spesialis transfer Fabrizio Romano, Liverpool serius ingin mendatangkan gelandang Brighton and Hove Albion, Alexis Mac Allister. Namun, belakangan, Manchester City ternyata juga ikut dalam perburuan itu. Jika gaji dan dana transfer setara, detail kecil seperti bermain di Liga Champions bisa sangat menentukan.
“Tidak berpikir akan seperti itu (kesulitan mendatangkan pemain). Pastinya selalu ada kemungkinan apa yang kami inginkan tidak berjalan sesuai rencana. Yang pasti juga, semakin bagus pemain yang kami incar, akan semakin sulit mendapatkannya,” tutur Klopp.
Bagi Klopp, musim depan akan menjadi perjalanan baru dalam kariernya. Dia tidak pernah memimpin klub hingga musim ke-8. Dia selalu berpisah dengan klub setelah musim ke-7 selesai, seperti bersama Dortmund dan Mainz. Sang manajer dipercaya bisa membangkitkan kembali “Si Merah” pada era kedua.
Di antara segala penurunan, masih ada hal positif yang bisa dirayakan Liverpool. Klopp berhasil menemukan formula terbaik untuk menutupi kelemahan bek sayap Trent Alexander-Arnold dalam bertahan. Bek timnas Inggris itu diberikan kepercayaan untuk mengisi peran gelandang dalam penguasaan bola.
Alhasil, Liverpool bermain dengan formasi 3-2-2-3 dalam penguasaan bola dan kembali ke formasi 4 bek ketika bertahan dengan blok rendah. Formasi itu terbukti ampuh. Mereka belum pernah kalah dalam 9 pertandingan, 7 kali di antaranya berakhir dengan kemenangan.
Klopp pun hanya perlu fokus membenahi posisi gelandang yang diisi para pemain veteran, antara lain Jordan Henderson (32) dan Fabinho (29). Sisanya, Liverpool tinggal mendatangkan para pemain pelapis di lini serang dan belakang. (AP/REUTERS)