Buah Simalakama Liga Champions Menghantui Duo Milan
Seusai bertarung di laga pertama semifinal Liga Champions, Inter Milan dan AC Milan harus menjaga peluang ke empat besar Liga Italia. Kalau tak pandai menjaga ritme, mereka bisa menuai hasil hampa di akhir musim ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
MILAN, JUMAT — Bak memakan buah simalakama, pilihan untuk tampil habis-habisan di Liga Champions sering kali berefek tren buruk di kompetisi domestik. Situasi itu akan dihadapi duo Milan, Inter Milan dan AC Milan, seusai bertarung sengit dalam laga pertama semifinal Liga Champions, Kamis (11/5/2023). Kalau tidak jeli menerapkan strategi dan rotasi skuad, mereka berpotensi menuai hasil hampa gagal ke final Liga Champions musim ini ataupun menembus empat besar Serie A Liga Italia.
Inter patut waspada. ”Il Biscione” alias ”Si Ular Besar” mungkin baru saja membangun asa mengangkat trofi Liga Champions musim ini setelah menang 2-0 atas saudara tuanya, Milan, dalam laga pertama semifinal kompetisi terelite antarklub Eropa tersebut.
Kami merasa senang, tetapi bukan euforia karena kami baru memenangi laga pertama dan belum lolos ke final.
Inter menang berkat gol penyerang Edin Dzeko di menit kedelapan dan gelandang Henrikh Mkhitaryan di menit ke-11. Hasil itu membuat satu kaki mereka berada di final. ”Kami merasa senang, tetapi bukan euforia karena kami baru memenangi laga pertama dan belum lolos ke final,” ujar Direktur Inter Giuseppe Marotta, dilansir Football-Italia, Kamis.
Sebagaimana peringatan Marotta, Inter tidak bisa lengah terutama untuk melanjutkan kompetisi di Serie A. Mengacu pada tren negatif dari akhir Februari hingga pertengahan April atau sepanjang pekan ke-24 hingga ke-30 Serie A, ”I Nerazzurri” alias ”Si Hitam-Biru” justru lima kali kalah, sekali imbang, dan sekali menang dari tujuh laga. Dalam rentang periode itu, mereka malah bermain apik untuk menyingkirkan FC Porto dengan agregat 1-0 (1-0, 0-0) di 16 besar Liga Champions dan menyisihkan Benfica dengan agregat 5-3 (2-0, 3-3) di perempat final.
Ada ketimpangan grafik yang nyata saat Inter harus mengarungi dua kompetisi tersebut. Sebagai contoh, setelah menang 1-0 atas Porto dalam laga pertama 16 besar Liga Champions, Inter kalah 0-1 dari Bologna pada pekan ke-24 Serie A. Seusai menahan imbang Porto 0-0 pada laga kedua 16 besar, Inter kalah 0-1 dari Juventus di pekan ke-27 dan 0-1 dari Fiorentina di pekan ke-28. Setelah menang 2-0 atas Benfica pada laga pertama perempat final, Inter kalah 0-1 dari AC Monza di pekan ke-30.
Walau tidak ada korelasi langsung, hal itu menggambarkan bahwa Inter kesulitan untuk membagi energi dan fokus mereka. Hanya, ”La Beneamata” tampaknya coba memprioritaskan Liga Champions karena peluang mengejar Napoli ketika itu nyaris mustahil. Napoli akhirnya mengunci scudetto alias juara Serie A pada pekan ke-33.
Akan tetapi, dengan banyaknya poin yang hilang selama tren negatif kemarin, Inter tidak bisa lagi mengabaikan Serie A. Apalagi, target optimal ”Si Ular Besar” tinggal menyisakan masuk empat besar untuk menjaga kesempatan berpartisipasi dalam Liga Champions musim depan. Target itu tetap harus dikejar untuk jaga-jaga kalau gagal lolos ke Liga Champions musim depan dari jalur sebagai juara ajang tersebut di musim ini.
Di sisi lain, dengan empat pekan tersisa, Inter yang berada di urutan keempat dengan 63 poin dari 34 laga masih rawan disalip Milan di peringkat kelima dengan 61 poin dan Atalanta ataupun AS Roma yang masing-masing di tempat keenam serta ketujuh dengan 58 poin. Skenario buruk itu bisa terjadi kalau Inter tidak segera menyiapkan diri untuk menghadapi tim tamu Sassuolo dalam laga pekan ke-35, Minggu (14/5/2023) dini hari.
Sassuolo boleh jadi sedang terbenam di urutan ke-13 dengan 44 poin dari 34 laga. Kendati demikian, ”I Neroverdi” alias ”Si Hitam-Hijau” adalah tim kuda hitam yang sering merepotkan, bahkan menjungkalkan tim-tim besar. Mereka sempat melumat Milan 5-2 pada pekan ke-20, menaklukkan Atalanta 1-0 pada pekan ke-21, menghajar Roma 4-3 di pekan ke-26, dan menumbangkan Juventus 1-0 di pekan ke-30.
Situasi itu disadari Pelatih Inter Simone Inzaghi. Oleh karena itu, dia meminta tim segera melupakan hasil Liga Champions dan cepat mengalihkan perhatian kepada Sassuolo. ”Dalam 72 jam (selepas laga Liga Champions), kami memiliki pertandingan yang sangat penting melawan Sassuolo di Serie A. Pertandingan kemarin menguras banyak tenaga. Jadi, kami perlu mengevaluasi beberapa pemain yang tidak fit 100 persen,” ungkap Inzaghi kepada Amazon Prime Italia.
Sementara itu, Milan harus segera memilih target yang lebih realistis. Di atas kertas, ”Il Diavolo” alias ”Si Setan” sudah sulit untuk membalikkan agregat atas Inter dalam laga kedua semifinal Liga Champions. Lagi pula, meski bermain di arena yang sama, Stadion San Siro, Milan berstatus tim tamu yang otomatis persentase jumlah suporternya lebih sedikit pada laga kedua. Secara mental, sulit untuk mereka melakukan remontada alias membalikkan keadaan di laga tandang.
Belum lagi, materi pemain Milan agak timpang dibandingkan Inter. ”I Rossoneri” alias ”Si Merah-Hitam” tidak bisa memainkan gelandang Ismael Bennacer yang menjadi bintang mereka musim ini. Bennacer mengalami cedera lutut yang menyebabkan dirinya ditarik keluar di menit ke-18 dalam laga pertama semifinal. Pemain timnas Aljazair itu dikabarkan akan menjalani operasi lutut sehingga dirinya bakal mengakhiri musim ini jauh lebih cepat.
Selain itu, penyerang sayap Rafael Leao yang menjadi andalan lini depan mengalami cedera paha. Pemain asal Perancis itu ditarik keluar di menit ke-11 tatkala meladeni Lazio pada pekan ke-34. Cedera itu membuatnya absen dari laga pertama semifinal dan kemungkinan besar belum pulih 100 persen untuk laga kedua.
Sebaliknya, semua pemain Inter dalam kondisi siap tempur dan cenderung dalam kepercayaan diri tinggi. ”Final (Liga Champions) sangat dekat dengan Inter. Jika mereka bermain dengan intensitas seperti ini, mereka bisa menciptakan masalah, bahkan untuk lawan di final,” kata Fabio Capello, pelatih Milan periode 1991-1996 dan 1997-1998, kepada Sky Sports Italia.
Maka itu, kalau tidak segera bersikap realistis, Milan bisa-bisa tidak mendapatkan apa pun di musim ini. Apalagi, posisi Si Setan di Serie A tidak aman. Mereka minimal harus menyalip Inter dan menjaga jarak dari kejaran Atalanta ataupun Roma. Jadi, mereka mesti segera melupakan Liga Champions dan berkonsentrasi penuh meraih kemenangan di setiap laga sisa musim ini, yang dimulai dari kontra tuan rumah Spezia, Sabtu (13/5/2023) malam.
Lagi pula, Spezia yang berada di urutan ke-18 dengan 27 poin dari 34 laga sedang berjuang lolos dari zona degradasi. Tim semacam ini tak jarang berjuang spartan dan melahirkan kejutan, seperti sewaktu mereka menang 2-1 atas Inter pada pekan ke-26.