Guardiola Sudah Dinanti Kejutan “Big Sam”
Manajer baru Leeds Sam Allardyce akan kembali membuktikan tuahnya sebagai penyelamat krisis di kandang Manchester City.
MANCHESTER, JUMAT – Saat ini, tidak ada manajer yang lebih ahli dalam menjuarai liga ketimbang Josep Guardiola (52). Namun, soal menghindari degradasi, manajer veteran Sam Allardyce (68) belum tertandingi. Dua kutub berbeda itu akan bersinggungan di Stadion Etihad, pada Sabtu (6/5/2023).
“Big Sam”, julukan Allardyce, akan memimpin Leeds United pertama kali di markas Manchester City. Dia baru saja ditunjuk menjadi manajer ketiga Leeds musim ini. Berada satu peringkat di atas zona degradasi, mereka memecat dua manajer dalam tiga bulan terakhir, yaitu Jesse Marsch dan Javi Gracia.
Leeds waswas karena hanya terpaut selisih gol dari peringkat ke-18, Nottingham Forest. Mereka mengalami krisis terbesar pada April, hanya menang sekali dari 7 laga. Masalahnya, mereka kemasukan 23 gol. Jumlah itu adalah rekor kemasukan terbanyak di liga pada bulan April dalam 40 tahun terakhir.
Baca juga: Southampton dan Everton Ucapkan Selamat Tinggal kepada Premier League
Allardyce bukan manajer muda visioner yang bisa diandalkan untuk proyek jangka panjang. Namun, Leeds memang tidak membutuhkan itu dalam 4 laga tersisa musim ini. Mereka hanya butuh sosok berpengalaman yang bisa memotivasi dan mengembalikan “api” para pemain.
“Big Sam” sudah terkenal sebagai sosok penyelamat tim papan bawah. Dia pernah memimpin 8 tim Liga Inggris sejak 2000, hanya sekali timnya turun divisi. Bukan tanpa alasan, dia bertipe pragmatis seperti mayoritas manajer tradisional asli Inggris. Dia mengutamakan pertahanan dan berorientasi ke hasil.
Perekrutan manajemen Leeds terbilang anomali, setelah menggunakan jasa manajer yang bergaya ofensif dalam beberapa tahun terakhir, seperti Marsch dan Marcelo Bielsa. Urgensi Allardyce untuk memainkan strategi bertahan total sudah diterapkan dalam latihan jelang ke Stadion Etihad.
“Kami melatih organisasi dasar. Bagaimana caranya menciptakan struktur untuk kemasukan lebih sedikit. Kami diminta meminimalisasi kesalahan dan mengeksploitasi area rentan lawan. Namun, yang paling penting adalah bagaimana kami bermain percaya diri,” kata bek sayap Leeds Junior Firpo.
Baca juga: Peluang “Treble” Manchester City Terjaga Bersama Jiwa Pembunuh Haaland
Salah satu kekhawatiran terhadap Allardyce hanya soal beradaptasi dengan permainan modern Liga Inggris. Dia sudah tidak melatih sejak Juni 2021. Terakhir kali, mantan pelatih tim nasional Inggris itu gagal menyelamatkan West Bromwich Albion dari jeratan degradasi, musim 2020-2021. Kisah sukses bersama Everton dan Crystal Palace tidak terulang.
“Big Sam” mementahkan pandangan itu. “Banyak orang beranggapan saya terlalu tua dan kuno, itu jauh dari benar. Saya 68 tahun dan tampak tua, tetapi tidak ada yang melebihi saya dalam sepak bola, termasuk Pep, (Juergen) Klopp, dan (Mikel) Arteta. Saya sama baiknya dengan mereka,” ujarnya.
Tuah manajer tua sudah diperlihatkan oleh Roy Hodgson (75) di Crystal Palace. Hodgson menjauhkan Palace dari zona degradasi sejak ditunjuk menggantikan Patrick Vieira, pertengahan Maret. Mereka menang 4 kali dalam 6 laga terakhir.
Kami melatih organisasi dasar. Bagaimana caranya menciptakan struktur untuk kemasukan lebih sedikit.
Menurut Guardiola, para manajer tua membawa magis berbeda. “Dia (Allardyce) mempunyai karisma. Dia bisa melepaskan tekanan dari para pemain dan tahu betul apa yang dibutuhkan di tengah pertarungan degradasi. Liga ini bisa mencapai titik ini berkat mereka,” katanya.
Bagi Allardyce, pertemuan dengan Guardiola juga bukan agenda menyenangkan. Guardiola, bersama City, menyapu bersih kemenangan dalam 4 pertemuan. Tim asuhan Guardiola juga berhasil mencetak 16 gol dan hanya kemasukan 1 gol.
Di sisi lain, pengaruh pergantian manajer jelang akhir musim juga diragukan.
Menurut The Athletic, dari 20 tim terakhir yang mengganti manajer pada bulan Maret, April, atau Mei, tidak satu pun yang bisa menyelamatkan tim dari zona degradasi. Tiga tim naik satu peringkat, sedangkan tiga tim lain turun satu pertingkat.
Baca juga: Sihir Odegaard Akhiri Periode Buruk Arsenal
“Big Sam” seperti membawa misi mustahil ke Stadion Etihad. Seperti diketahui, City saat ini tidak tersentuh bersama penyerang andalan Erling Haaland yang sedang berapi-api. Mereka dalam tren 9 kemenangan beruntun. Tren itu terpanjang di liga pada musim ini.
Haaland dan rekan-rekan akan menjamu Leeds dengan motivasi berlipat. Jika menang, mereka akan unggul 4 poin di puncak klasemen atas pesaing juara Arsenal. Satu tangan “The Citizens” seperti sudah menggenggam trofi dengan empat laga tersisa setelah versus Leeds.
Guardiola cukup khawatir dengan pantulan nasib yang dihadirkan para manajer baru. Di Liga Inggris, pantulan itu sudah seperti tradisi. Tim-tim yang berada dalam krisis bisa mendadak bangkit dan mengejutkan lawan. Terakhir kali, Manchester United ditahan imbang Tottenham Hotspur yang datang bersama manajer darurat Ryan Mason, setelah unggulan dua gol.
“Hanya masa lalu (rekor pertemuan dengan tim Allardyce). Semua tim akan punya kepentingan masing-masing, tetapi Leeds harus bertahan di sini. Saya tidak punya ide sistem apa yang akan dimainkan mereka. Belum lagi, pengaruh manajer baru pada satu sampai dua laga pertama pasti akan terasa,” pungkas Guardiola.
Baca juga: Brighton Menghibur Dewa Sepak Bola
Leeds hanya bisa berharap City akan merotasi skuad. Mengingat mereka akan menjalani laga pertama semifinal Liga Champions versus Real Madrid, pada tengah pekan nanti. Seperti diketahui, trofi Liga Champions selalu menjadi prioritas Guardiola. (AP/REUTERS)