Southampton dan Everton Ucapkan Selamat Tinggal kepada Premier League
Satu kaki Southampton dan Everton telah keluar dari Premier League. Merujuk performa terkini, Leeds United berpeluang menemani kedua tim itu di daftar tiga peringkat terbawah.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Dua tim telah berpeluang besar “terkunci” di zona degradasi Liga Inggris musim ini. Mereka adalah Southampton dan Everton. Adapun Leeds United, Nottingham Forest, dan Leicester City, terancam untuk memenuhi satu jatah tersisa untuk turun kasta ke Divisi Championship edisi 2022-2023.
Peluang kedua tim tersebut untuk keluar dari persaingan kompetisi terbaik di dunia itu amat besar berdasarkan perhitungan performa dan analisis data melalui kecerdasan intelijen yang dilakukan Opta Analyst dan FiveThirtyEight. Dalam dua bulan terakhir, persentase kans dua tim itu untuk terdegradasi semakin besar seiring performa mereka yang seringkali lupa cara mengalahkan lawan.
Everton, misalnya, seakan tidak bisa lepas dari jeratan nasib buruk di musim ini. Hasil seri 2-2 melawan Leicester, Selasa (2/5/2023) dini hari WIB, di Stadion King Power semakin memberatkan "The Toffees" keluar dari masa terburuk mereka di era Premier League alias Liga Primer Inggris.
Mereka telah menjalani tujuh laga tanpa meraih kemenangan. Kehadiran Sean Dyche sebagai manajer sejak pertengahan Februari lalu hanya memberikan 12 poin dalam 14 laga menakhodai Everton. Seusai mampu membawa pulang satu poin dari markas Leicester, Dyche menyebut skuadnya telah melalui banyak peningkatan, terutama konsistensi performa selama 90 menit.
“Sudah terlihat kami bisa lebih konsisten. Tentunya masih ada beberapa kesalahan yang kami tahu harus mengeliminasinya. Kuncinya kami bisa mengelola perasaan gugup dan terus berusaha menciptakan peluang,” ujar Dyche kepada Sky Sports.
Namun, Everton bakal bertemu dua tim dengan permainan sepak bola menyerang paling mengesankan di Inggris saat ini, Brighton & Hove Albion dan Manchester City, pada dua pekan selanjutnya. Dua tim itu bisa menambah panjang rentetan tanpa kemenangan Everton yang terakhir kali mendapatkan hasil positif, 11 Maret lalu, ketika menumbangkan Brentford, 1-0.
Kondisi itu membuat Opta Analyst menilai kans Everton untuk turun kasta sebesar 53,8 persen. Adapun FiveThirtyEight menyebut peluang "The Toffees" tampil di Divisi Championship musim depan adalah sebesar 63 persen.
Dengan kondisi itu, Everton terancam mencoreng predikat brilian mereka sendiri sebagai salah satu dari enam tim yang belum pernah turun kasta sejak era Premier League di musim 1992-1993. Lima tim lainnya yang memegang capaian impresif itu adalah Manchester United, Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.
Kami melepaskan kesempatan untuk membenahi posisi karena melewatkan peluang penalti ketika unggul 2-1. (Dean Smih)
Adapun Southampton juga seakan sulit menemukan jalan keluar dari “labirin” zona degradasi yang dirasakan mereka selama musim ini. Meskipun sempat menahan imbang tim papan atas, seperti Manchester United, Spurs, dan Arsenal, tim asuhan Ruben Selles itu telah gagal mengalahkan lawan di sembilan laga.
Sembilan pertandingan telah dilalui Southampton dengan hanya mengemas tiga poin. Akibat cuma memiliki 24 poin dari 34 laga, skuad “The Saints” akan sulit naik ke peringkat ke-17 yang menjadi batas akhir zona aman dari degradasi. Sebab, Southampton harus bersaing dengan empat tim di atas mereka.
Hal itu membuat Opta Analyst menyebut kans Southampton turun kasta sudah berada di angka 97,6 persen. Hal serupa juga diungkap FiveThirtyEight yang menilai Southampton tidak bisa selamat dari posisi juru kunci dan memegang 98 persen peluang keluar dari Premier League.
Leeds calon pelengkap terkuat
Leeds adalah tim yang memiliki kans terbesar untuk melengkapi kuota tiga tim turun kasta dari Premier League pada musim ini. Hal itu tak lepas dari performa buruk mereka dalam dua bulan terakhir. Maka, Opta Analyst dan FiveThirtyEight mencatatkan peluang mereka terdegradasi, masing-masing, pada angka 46,7 persen dan 56 persen.
Sebagai contoh, dalam bulan Maret dan April, Leeds mencetak rekor sebagai tim dengan lini belakang terburuk. "Si Putih"kemasukan 20 gol pada bulan Maret. Kemudian, mereka gagal membenahi pertahanan karena kebobolan 21 gol dalam tujuh laga selama bulan April.
Patrick Bamford dan kawan-kawan juga hanya meraih satu poin dari 15 poin yang tersedia di lima laga terakhir. Satu poin itu mereka kemas ketika berhadapan dengan sesama tim yang bersaing terhindar dari zona degradasi lainnya, yakni Leicester.
Leeds memang masih berada di satu peringkat di luar zona degradasi atau posisi ke-17. Tetapi, mereka hanya unggul selisih gol dari Nottingham Forest yang juga mengemas 30 poin dan duduk diperingkat ke-18.
Meski diprediksi keluar dari persaingan Premier League di musim depan, skuad Leeds belum patah arang. Mereka masih optimistis bisa keluar dari lubang jarum seperti di pekan terakhir musim lalu. “Kami tidak percaya pertarungan (keluar ancaman degradasi) berakhir. Kami akan terus berjuang hingga bola terakhir yang ditendang pada musim ini,” ungkap skuad Leeds dalam pernyataan resminya Senin (1/5/2023) yang disampaikan melalui laman klub.
Namun, kepercayaan diri itu sulit diwujudkan di atas lapangan. Leeds telah dinanti empat laga yang amat berat. Opta Analyst pun mengategorikan tingkat kesulitan sisa laga Si Putih berada di angka 45,8. Sebagai gambaran, penilaian tingkat kesulitan laga itu menggunakan angka 10 hingga 100. Nilai 10 berarti laga amat berat, sedangkan nilai 100 pertandingan dikategorikan sangat mudah.
Lawan yang bakal dihadapi Leeds adalah sang pengejar gelar juara, Manchester City, lalu Newcastle United yang ingin mempertahankan peringkat ketiga. Kemudian, mereka akan menutup musim ini dengan menghadapi dua tim asal London, yaitu West Ham United dan Spurs.
Sementara Nottingham Forest dan Leicester memasuki Mei, yang menjadi bulan pamungkas pada perjalanan musim ini, dengan tren yang membaik. Kemenangan Forest atas Brighton, 27 April lalu, mengangkat moral tim untuk mati-matian tampil di empat laga tersisa.
Forest tidak boleh tergelincir pada empat laga terakhir menghadapi Southampton, Chelsea, Arsenal, dan Crystal Palace. Sekali saja menelan kekalahan dari empat duel itu, Forest berpeluang mengalami momen yo-yo karena langsung terdegradasi setelah sempat merayakan keberhasilan promosi ke Premier League pada akhir musim 2021-2022.
Keylor Navas dan kawan-kawan harus unggul poin dari dua pesaing utama mereka di zona degradasi, yaitu Leeds dan Leicester, agar bisa terbebas dari ancaman tampil di Divisi Champions pada edisi mendatang. Mereka memiliki rekor selisih gol terburuk dibandingkan dua pesaing itu.
Hingga pekan ke-34, ketiga tim memiliki sama-sama 30 poin, tetapi Forest duduk di peringkat paling buruk dari ketiga tim tersebut karena selisih golnya lebih jelek, yaitu minus 32. Sementara Leeds dan Leicester masing-masing mencatatkan selisih gol -24 dan -13.
Manajer Leicester Dean Smith menyayangkan skuadnya gagal mengalahkan Everton. Menurut dia, tiga poin bisa meringkankan langkah timnya untuk keluar dari persaingan zona merah. Opta Analyst dan FiveThirtyeight menilai kans Si Rubah terdegradasi paling rendah dibandingkan empat tim lainnya, yaitu 34,3 persen dan 30 persen.
“Kami melepaskan kesempatan untuk membenahi posisi karena melewatkan peluang penalti ketika unggul 2-1,” kata Smith dilansir BBC.
Dengan persaingan yang mengerucut di papan bawah, empat laga terakhir Liga Inggris musim ini dapat dipastikan bakal menghadirkan banyak drama untuk kelima tim terbawah itu. Hanya tim dengan performa terbaik dan mampu mengatasi tekanan dengan optimal yang bisa terhindar dari tangisan di pekan ke-38 pada 28 Mei mendatang.