Arsenal bagai Atlas yang Memanggul Bumi di Pundaknya
”Déjà vu” kehilangan poin dan kegagalan penalti Saka memperlihatkan beban sangat berat yang ditanggung skuad termuda di liga milik Arsenal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Sudah dua kali beruntun, Arsenal gagal menang setelah unggul dua gol di kandang lawan. Skuad muda ”Si Meriam” mulai kesulitan memeragakan ciri khas bermain atraktif dan eksplosif karena beban berat sebagai pemuncak klasemen jelang akhir musim.
Arsenal melewatkan begitu saja kans menang di markas West Ham United, Stadion London, pada Minggu (16/4/2023). Mereka terbang pada awal laga dengan unggul 2-0 pada menit ke-10 lewat penyerang Gabriel Jesus dan gelandang Martin Odegaard. Namun, laga justru berakhir imbang 2-2 akibat kepanikan mereka.
Hasil laga tersebut seperti déjà vu. Pekan lalu, Arsenal juga ditahan imbang, 2-2, oleh Liverpool di Stadion Anfield seusai unggul dengan sepasang gol pada paruh pertama. Alhasil, tim asuhan Manajer Mikel Arteta itu kehilangan 4 poin yang sudah di depan mata hanya dalam sepekan.
”Sangat mengecewakan. Kami memulai laga dengan luar biasa lagi. Kami mengontrol penuh, kemudian kehilangan tujuan. Saya tidak melihat tujuan untuk mencetak gol ketiga dan keempat. Juga, kami memberikan mereka harapan dengan hadiah penalti,” kata Arteta.
Pertama kali dalam sejarah Liga Inggris, Si Meriam kehilangan poin penuh beruntun setelah unggul dua gol. Akibatnya, skuad dengan rerata usia termuda itu hanya unggul 4 poin atas peringkat kedua, Manchester City. Adapun City sebagai juara bertahan masih menyimpan satu laga yang belum dimainkan.
Beban di pundak Arsenal terlihat sangat nyata. Pada bulan April, mereka sudah kehilangan 4 poin seusai unggul terlebih dulu. Jumlah poin itu sama seperti total kehilangan poin mereka sejak awal musim hingga akhir Maret. Mereka yang biasa bermain lepas, tidak peduli skor laga, menjadi penuh keraguan dalam dua pertandingan terakhir.
Uniknya, kehilangan poin tersebut terjadi di kandang lawan. Seperti diketahui, Arsenal menyandang status ”raja tandang” sepanjang musim ini. Mereka masih mencatat rekor kemenangan terbaik, 68,7 persen (11 kali menang dari 16 laga), bahkan setelah imbang beruntun dalam sepekan terakhir.
Puncak ”gunung es” dari beban skuad Arsenal tecermin dari kegagalan penalti penyerang sayap Bukayo Saka (21). Arsenal bisa saja unggul 3-1 seandainya Saka sukses mengeksekusi penalti setelah turun minum. Namun, tendangannya melebar. Itu merupakan kegagalan penalti pertama Saka, dari 5 percobaan, setelah final Piala Eropa 2020.
Hanya semenit berselang, West Ham menyamakan kedudukan 2-2 lewat penyerang sayap Jarrod Bowen pada menit ke-54. ”Pasti kalau kami bisa merespons dengan keunggulan 3-1, kami akan menang. Namun, pemain yang mengambil penalti suatu saat pasti akan gagal. Saya tidak tahu ada seseorang yang tidak (pernah gagal),” ujar Arteta.
West Ham yang berada di peringkat ke-15 sama sekali tidak diunggulkan. Namun, mereka memberikan segalanya untuk menghindari zona degradasi. Lini tengah mereka yang dipimpin Lucas Paqueta dan Declan Rice begitu solid menekan tim tamu dengan blok tinggi setelah sempat pasif pada 15 menit pertama.
Kami hanya perlu mengingat, kami masih memimpin klasemen. Semuanya ada di tangan kami.
Kejatuhan Arsenal sudah tercium seusai unggul dua gol. Mereka selalu panik membangun serangan dari bawah karena ditekan agresif oleh West Ham. Si Meriam begitu kehilangan sosok bek sayap Oleksandr Zinchenko yang biasa berperan memecah tekanan lawan.
Zinchenko absen akibat cedera otot paha. Kieran Tierney menggantikan perannya. Tierney yang biasa lebih condong membantu serangan dari sisi sayap kurang piawai berperan sebagai inverted full back. Dia terlalu kaku saat naik ke posisi gelandang jangkar, seperti kebiasaan Zinchenko.
Kepanikan tim tamu berbuah petaka. Gelandang jangkar Thomas Partey salah mengantisipasi umpan sehingga bola direbut Rice. Kesalahan berujung penalti West Ham setelah bek Gabriel Magalahes menjatuhkan Paqueta karena terlalu panik. Penyerang Said Benrahma pun sukses menipiskan ketertinggalan lewat titik putih jelang turun minum.
Manajer West Ham Davis Moyes tidak menyangka akan mendapatkan poin. ”Ketika Anda tertinggal 0-2 dari Arsenal, Anda tidak pernah yakin bisa bangkit. Namun, kami berhasil berkat menekan mereka. Ini hasil yang sangat penting untuk kami,” tuturnya.
Penampilan Arsenal sangat timpang pada awal laga dan setelah unggul 2-0. Hal itu tecermin dalam statistik expeceted goals (xG). Mereka mencatat 1,63 xG dari permainan terbuka pada 10 menit pertama lalu hanya menghasilkan 0,46 xG sejak itu sampai akhir laga.
Tuan rumah jauh lebih berbahaya setelah menit ke-10. Mereka unggul jauh dalam jumlah tembakan 14-8 selama 80 menit sisa laga. Adapun West Ham nyaris saja mencuri kemenangan pada pengujung laga, tetapi sundulan penyerang Michail Antonio masih membentur mistar gawang.
Rindu Saliba
Arsenal, dari dua laga tandang terakhir, terlihat sangat merindukan bek utama William Saliba. Pemain tim nasional Perancis itu sudah absen sejak jeda internasional akibat cedera punggung. Perannya pun digantikan pemain pelapis, Rob Holding, yang nyaris tidak mendapat kesempatan tampil pada separuh pertama musim.
Kualitas pertahanan Arsenal menurun drastis. Sebelum bertandang ke Anfield, mereka merupakan tim tamu dengan catatan nirbobol terbanyak (9 kali) dan kemasukan paling sedikit (9 gol). Jumlah rerata kemasukan mereka juga hanya 0,6 gol.
Pertahanan kokoh itu tidak terlihat dalam dua laga tandang teranyar, dengan duet bek Magalhaes dan Holding. Arsenal kemasukan rerata gol sekitar tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Mereka juga dua kali beruntun memberikan hadiah penalti kepada lawan, Liverpool dan West Ham.
Odegaard, kapten Arsenal, mengatakan, semua masih bisa terjadi dalam tujuh laga tersisa. ”Kami hanya perlu mengingat, kami masih memimpin klasemen. Semuanya ada di tangan kami. Hanya harus menjaga pola pikir dan mental untuk menang di laga selanjutnya,” ujarnya. (AP/REUTERS)