Meski cenderung tidak beraktivitas fisik yang berat, para atlet ”e-sport” perlu memperhatikan kesehatan jasmani dan mental mereka. Komitmen dan kesadaran akan hal itu perlu didorong dengan perhatian dari industri.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Para atlet e-sport perlu memperhatikan kesehatan demi menjaga karier profesional mereka dapat terus berlanjut. Fenomena atlet pensiun dini yang kerap terjadi di industri e-sport akibat cedera merupakan pertanda pentingnya komitmen menjaga kesehatan. Kesadaran untuk mendorong hal itu harus segera dimulai untuk memelihara agar ekosistem cabang olahraga ini tetap sehat.
Hal ini menjadi fokus pembicaraan dalam diskusi mengenai perkembangan penelitian ilmiah bertajuk #MainSehatBarengCoda yang berlangsung di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/4/2023). Acara ini dihadiri oleh sejumlah dokter ahli kesehatan dari berbagai bidang yang melakukan penelitian, perwakilan Coda Indonesia selaku sponsor acara, serta beberapa atlet e-sport.
Mantan atlete-sportprofesional bernama Diky (29) atau yang lebih dikenal sebagai ”Tuturu” mengatakan, ia terpaksa harus pensiun karena gangguan kesehatan. Awalnya, ia mengira cederanya disebabkan oleh sindrom lorong karpal, sebuah penyakit yang membuat tangan kesemutan dan mati rasa akibat saraf terjepit di pergelangan tangan. Namun, setelah memeriksakan diri, ia didiagnosa menderita skoliosis.
”Ternyata cederanya itu dari tulang belakang, bukan dari syaraf tangan. Saya diberi tahu untuk menjaga postur tubuh saat duduk. Saya enggak menyangka kalau duduk saat main itu dapat berpengaruh, sampai bisa cedera. Banyak sekali proses pemulihan yang saya ikuti, makanya diberi tahu sejak awal kalau memulihkan diri harus komitmen dulu,” tuturnya.
Diky pun menjalani pemulihan cedera yang dilakukan sebagai bagian dari program penelitian ilmiah tersebut. Pemain game Mobile Legends itu mengikuti terapi fisik, seperti peregangan rutin, latihan mobilitas, dan latihan korektif, serta terapi modalitas, di antaranya krioterapi atau terapi dingin, stimulasi listrik pada otot, dan terapi menggunakan gelombang ultrasonic.
Terapi ini juga diikuti oleh atlet e-sport profesional Delvin (19), yang mengaku mengalami gangguan nyeri pada jari-jarinya. Ia mengikuti terapi ini karena khawatir gangguan itu dapat memerngaruhi caranya bermain yang kemudian dapat mengganggu kariernya di kemudian hari. Menurut dia, para atlet e-sport perlu mulai memperhatikan kesehatannya, baik fisik maupun mental.
”Sebagai atlet e-sport, cedera bisa menjadi hal yang menakutkan. Terlebih bagi atlet aktif dengan jadwal pertandingan padat setiap minggunya. Terapi yang saya jalani sekarang dapat membantu saya untuk mengetahui gangguan kesehatan yang saya alami, dan bagaimana saya bisa sembuh dari itu,” kata Delvin.
Proses pemulihan Diky dan Delvin dilakukan oleh ahli kesehatan olahraga dr Andi Kurniawan, ahli bedah ortopedi dr Erica Kholinne, ahli mata dr Kianti Raisa Darusman, dan ahli kesehatan jiwa dr Zulfia Syarif. Sembari memulihkan Diky, para dokter tersebut juga sedang menjalankan penelitian ilmiah dan penelitian studi kasus untuk memetakan cedera yang dialami para atlet e-sport Indonesia.
Andi selaku ketua peneliti mengatakan, penelitian ini dilaksanakan untuk merumuskan lanskap cedera yang dialami para atlet e-sport. Penelitian akan mencoba mengidentifikasi pola-pola bermain para atlet e-sport dari berbagai jenis gim demi mengetahui risiko kesehatan yang dapat muncul. Hal itu kemudian akan dijadikan dasar dalam pembuatan program edukasi yang efektif bagi para pegiat e-sport.
”Sejauh yang saya ketahui, ini merupakan penelitian ilmiah pertama di Indonesia di Indonesia dalam bidang wellness dan wellbeing pada e-sport. Saya berharap hasil penelitiannya nanti dapat dijadikan landasan bagi semua pihak dalam industri, terutama pemerintah, untuk mengatur kebijakan kesehatan untuk memastikan atlet e-sport tetap sehat, aman, dan produktif,” ujar Andi.
Saat ini, penelitian yang dilakukan Andi bersama timnya masih berjalan. Mereka sedang mencoba mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai jenis pemain gim, baik profesional maupun non-profesional, serta dari berbagai jenis perangkat gim yang digunakan. Hal ini agar penelitian dapat menawarkan hasil yang holistik.
Corporate Affairs Director Coda Indonesia Rurie Wuryandari mengatakan, fokus untuk menjaga kesehatan para atlet e-sport harus didorong di Indonesia. Sebagai industri yang masif serta cabang olahraga yang telah diakui secara internasional, peta kebijakan kesehatan e-sport perlu diperhatikan oleh semua pihak, terutama pemerintah. Hal ini yang mendorong pihaknya untuk mensponsori penelitian yang dilakukan.
”Kami mengajak semua pihak, terutama pemerintah untuk berkomitmen mendorong kemajuan kesehatan bagi industri e-sport. Kami juga mengajak kepada semua atlet e-sport Indonesia yang ingin mengikuti program edukasi dan pemulihan cedera. Semoga hal ini dapat membantu ekosistem e-sport, terutama dari aspek kesehatan, terus berkembang,” ujar Rurie.