Koeman mengawali era kedua sebagai pelatih Belanda dengan kurang baik. Performa tim, terutama lini serang, jauh di bawah standar kualitas mereka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AP PHOTO/PETER DEJONG
Pelatih Belanda Ronald Koeman berjalan keluar lapangan usai laga melawan Gibraltar pada penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Senin (27/3/2023). Belanda menang 3-0 pada laga itu.
ROTTERDAM, SELASA – Reuni dengan pelatih terdahulu seperti sudah menjadi tradisi tim nasional Belanda. Masalahnya, hasil reuni sering kali berakhir getir karena gagal memenuhi ekspektasi. Ketakutan itu membayangi Ronald Koeman yang kembali berstatus pelatih Belanda, akibat hasil jeda internasional pertama.
Koeman, setelah kesempatan pertama pada 2018-2020, kembali memimpin “Si Oranye” pada dua laga awal kualifikasi Piala Eropa 2024. Dia mengambil alih kursi pelatih Louis van Gaal yang berpisah dengan Memphis Depay dan rekan-rekan seusai Piala Dunia Qatar 2022.
Reuni manis gagal tewujud pada agenda pertama Koeman. Tiga hari seusai kalah 0-4 dari Perancis, Belanda hanya menang 3-0 atas tim peringkat ke-200 dunia Gibraltar di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Selasa (28/3/2023). Padahal, mereka hanya melawan 10 pemain sejak menit ke-51 akibat kartu merah gelandang Liam Walker.
Koeman sama sekali tidak puas dengan kemenangan itu. Belanda mendominasi mutlak dengan 86,5 persen penguasaan bola dan 51 kali tembakan, berbanding nol tembakan tim tamu. Namun, mereka hanya memasukkan tiga gol. Itu pun dicetak oleh pemain bertahan, Nathan Ake (2 gol) dan Memphis Depay.
AP PHOTO/PETER DEJONG
Pemain Belanda Nathan Ake merayakan golnya ke gawang Gibraltar pada penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Senin (27/3/2023). Belanda menang 3-0 pada laga itu.
“Saya tidak melihat cukup banyak gol malam ini. Kami sering kali terlalu ceroboh. Sejak awal kami sudah gagal bermain untuk menciptakan peluang besar. Dengan sedikit ketajaman, seharusnya kami bisa mencetak gol lebih banyak,” kata pelatih berusia 60 tahun itu.
Efisiensi serangan Belanda kembali dipertanyakan. Mereka tidak tajam, seperti tercermin dalam statistik expected goals (xG). Tim asuhan Koeman menghasilkan 6,71 xG dalam dua laga, 5,04 xG versus Gibraltar, tetapi hanya mencetak 3 gol. Idealnya mereka bisa mencetak gol dua kali lipat dari jumlah itu.
“Si Oranye” kembali tampil dengan formasi 4-3-3, seperti versus Perancis. Bedanya, Depay ditarik lebih mundur ke posisi gelandang serang untuk mendukung penyerang tengah Manchester United Wout Weghorst. Sebelumnya Depay menjadi ujung tombak. Namun, perubahan tidak banyak berpengaruh.
“Laga dan hasil versus Perancis tidak baik. Sekarang kami menang, tetapi itu sudah seharusnya dan kami masih banyak kekurangan. Saya terguncang beberapa kali dalam laga. Sudah jelas kami harus bermain lebih baik lagi dalam penempatan posisi hingga sirkulasi bola. Ini jelas tidak mudah bagi saya,” jelas Koeman.
Saya tidak melihat cukup banyak gol malam ini. Kami sering kali terlalu ceroboh.
AFP/JOHN THYS
Pemain Gibraltar Graeme Torrilla (kiri) berebut bola dengan pemain timnas Belanda Memphis Depay pada laga penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Senin (27/3/2023). Belanda menang 3-0 pada laga itu.
Problem lini serang Belanda cukup mengkhawatirkan. Mengingat, Koeman yang merupakan anak didik dari “bapak sepak bola modern” Johan Cruyff, mengandalkan sistem permainan ofensif dan terbuka. pada era pertama rezimnya, gaya menyerang itu membuat Belanda menang atas banyak tim besar di Liga Nasional Eropa, antara lain Inggris (3-1) dan Jerman (3-0).
Para penyerang Belanda tidak dalam performa terbaik. Depay sempat membuang percuma kesempatan penalti saat bertemu Perancis. Bintang muda Xavi Simons (19) yang diberi kepercayaan tampil sebagai starter dalam dua laga terakhir, juga belum mampu bersinar seperti di level klub besama PSV Eindhoven.
Ake sampai terheran-heran menjadi pahlawan kemenangan tim dengan sepasang gol. “Itu tidak sering terjadi, saya mencetak dua gol dalam satu laga. Sulit bagi penyerang kami karena pemain bertahan lawan sangat ramai di sekeliling mereka. Jadi tugas mereka lebih menciptakan ruang untuk kami (pemain lain),” tuturnya.
Ekspektasi reuni
Belanda seperti punya tradisi untuk menjalin reuni dengan para pelatih sebelumnya. Tradisi itu sudah sejak era sang penemu gaya “total football”, Rinus Michels. Michels sempat memimpin Belanda dalam empat kesempatan berbeda, yaitu pada 1974, 1984, 1986-1988, dan 1990-1992.
Pemain timnas Belanda Wout Weghorst (tengah kanan) dan pemain timnas Gibraltar Graeme Torilla melompat untuk berebut bola pada laga penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Senin (27/3/2023). Belanda menang 3-0 pada laga itu.
Teranyar, Belanda kembali menjalin reuni bersama van Gaal di Qatar. Itu merupakan kesempatan ketiga van Gaal, setelah pada 2000-2001 dan 2012-2014. Adapun reuni terakhir tidak semanis harapan. Sang pelatih yang membawa Belanda ke semifinal Piala Dunia Brasil 2014, terhenti pada babak perempat final di Qatar.
Salah satu tantangan tersulit dari tradisi reuni itu adalah ekspektasi tinggi. Hal tersebut juga berlaku untuk Koeman. Ekspektasi kepadanya saat ini sangat tinggi setelah sukses mengantar Belanda ke final Liga Nasional Eropa pada 2019. Targetnya pun berubah dari berprestasi di Piala Eropa 2020, menjadi 2024.
Namun, pekerjaan Koeman jauh dari kata mudah. Dia harus mengembalikan hormat para pemain. Terakhir kali, Koeman hengkang dari Belanda jelang Piala Eropa 2020 demi bisa melatih Barcelona. Padahal, skuad saat itu tampak sudah matang dan siap untuk berbicara banyak.
Koeman juga perlu membiasakan sistem bermain anak asuhnya dengan formasi empat bek. Depay dan rekan-rekan sudah terbiasa dengan sistem tiga bek, 3-4-1-2, ala van Gaal selama lebih dari setahun terakhir. Di tengah itu, sang pelatih juga masih harus mencari peran paling pas untuk nama-nama baru seperti Simons dan Cody Gakpo yang belum masuk timnas pada 2019.
Pemain timnas Belanda Xavi Simons menyundul bola saat melawan Gibraltar pada laga penyisihan Grup B Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Senin (27/3/2023). Belanda menang 3-0 pada laga itu.
Meskipun begitu, Koeman percaya timnya akan membaik pada semifinal Liga Nasional versus Kroasia, Juni nanti. Menurut dia, Belanda kurang optimal karena banyak pemain yang sakit karena terserang virus. Para pemain yang tersedia pun sangat minim.
“Ini adalah pekan yang sulit bagi kami dalam banyak. Terlalu banyak pemain yang sakit. Bahkan kami sulit untuk mengganti pemain akibat itu. Matthijs (de Ligt) tidak bisa bermain penuh, Cody juga tidak bisa. Saya tidak pernah mengalami hal seperti ini di timnas,” pungkas Koeman. (AP/RETUTERS).