Magis Saka mencapai level tertinggi. Semua yang disentuhnya berubah menjadi emas. Minim bantuan di timnas Inggris tidak menghalanginya bersinar.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, SENIN – Permainan timnas Inggris jauh dari istimewa, cenderung monoton saat menghadapi timnas Ukraina, pada laga kualifikasi Piala Eropa 2024. Namun, kualitas individu penyerang sayap Bukayo Saka sukses menjadi pembeda. Sang bintang 21 tahun itu menunjukkan telah berada di level berbeda sebab dia mampu bersinar sendirian tanpa dukungan ekosistem serangan seperti di Arsenal.
Skuad “Tiga Singa” sempat kesulitan menghadapi pertahanan blok rendah Ukraina di Stadion Wembley, pada Senin (27/3/2023) dini hari WIB. Harry Kane dan rekan-rekan mendominasi mutlak penguasaan bola selama setengah jam pertama, tetapi tidak cukup kreatif untuk menciptakan ancaman nyata.
Sampai akhirnya, Saka menghadirkan magis dari sisi kanan lapangan jelang turun minum. Umpan silangnya yang menyasar kaki Kane, berbuah gol pembuka tuan rumah. Tiga menit berselang, pemain berjuluk “Si Cabe Kecil” itu mencetak gol sendiri lewat aksi dribel yang diakhiri sepakan terukur dari luar kotak penalti.
Inggris pun menang 2-0 berkat sumbangan satu gol dan asis Saka pada paruh pertama. Tim asuhan pelatih Gareth Southgate itu melanjutkan tren positif kualifikasi grup Piala Eropa 2024 setelah menaklukkan Italia, Jumat lalu. Mereka memuncaki klasemen sementara Grup C dengan enam poin.
Southgate mengungkapkan rasa kagumnya terhadap Saka. Terutama, dengan gol indah yang dicetak dari jarak jauh. Gol itu hanya bernilai expected goals (xG) 0,02. Artinya, secara matematis, butuh 50 percobaan seperti itu untuk bisa menciptakan satu gol. Sang pelatih menilai, Saka telah berkembang pesat.
“Itu adalah penyelesaiaan level atas (dari Saka). Dia menambahkan kekejaman ke dalam permainannya dalam 18 bulan terakhir. Ada saat Anda tidak yakin dia akan menyelesaikannya, tetapi sekarang dia memiliki kepercayaan diri di depan gawang,” kata Southgate.
Menariknya, Saka mampu bersinar tanpa dukungan penuh seperti di Arsenal. Inggris menampilkan formasi 4-3-3. Di sisi kanan, gelandang Jordan Henderson dan bek sayap Kyle Walker tidak terlalu aktif membuka opsi serangan. Mereka cenderung pasif, lebih membiarkan Saka berkreasi sendiri.
Berbeda dengan di Arsenal yang mengandalkan formasi 4-2-3-1. Gelandang serang Martin Odegaard ditugaskan khusus lebih ke sisi kanan untuk mendukung Saka. Saat bersamaan, bek sayap Ben White selalu berlari ke depan untuk menciptakan situasi overload.
Sepak bola selalu menyenangkan. Saya hanya berharap kebahagiaan ini bisa berlanjut sampai akhir musim.
Dukungan seadanya bersama “Tiga Singa” ternyata tidak jadi masalah untuk Saka. Dia bisa dengan mudah memenangkan duel satu lawan satu atau memberikan umpan silang dan terobosan ketika dikawal 2-3 pemain. Dia juga piawai beroperasi dari sisi pinggir maupun halfspace, area antara tengah lapangan dan sisi lapangan.
Gol pertama Inggris adalah buah kecerdikan Saka ketika dikawal tiga pemain sekaligus, antara lain bek Everton Vitalii Mykolenko dan sayap Chelsea Mykhailo Mudryk. Dia, di pinggir area kanan, tidak memaksa untuk penetrasi. Dia langsung memberikan umpan silang setelah melihat pergerakan Kane.
Saat mencetak gol kedua Inggris, Saka beroperasi di sisi halfspace yang lebih sentral. Dia memanfaatkan kehilangan fokus pertahanan Ukraina yang terbagi karena pergerakan Henderson di sisi kanan. Bintang Arsenal itu memenangi duel satu lawan satu, sebelum menendang dari luar kotak penalti.
Selain kontribusi terhadap dua gol, Saka juga mencatat tiga kali umpan kunci dan memancing empat pelanggaaran lawan. “Dia adalah pemain yang luar biasa. Kami tahu itu. Dia sedang berapi-api saat ini. Tidak ada pertemanan ketika di lapangan. Sayangnya dia mengalahkan saya. Di laga seperti ini, pemain hebat menentukan hasil,” ujar Oleksandr Zinchenko, bek sayap Ukraina, yang juga rekan Saka di Arsenal.
“Si Cabe Kecil”, bersama Arsenal, merupakan pemain satu-satunya yang sudah mencetak dobel-dobel gol (12) dan asis (10) di Liga Inggris musim ini. Hal yang paling menarik, dia masih belum genap 22 tahun, tetapi sudah berkontribusi besar untuk “Tiga Singa”.
Menurut Saka, dia hanya sedang menikmati setiap momen di lapangan. “Sepak bola selalu menyenangkan. Saya hanya berharap kebahagiaan ini bisa berlanjut sampai akhir musim. Saya merasa selalu bisa menciptakan bahaya ketika menggiring bola,” tutur pemain berdarah Nigeria tersebut.
Rotasi Southgate
Southgate tetap merotasi skuadnya, meskipun beberapa pemain tidak tersedia. Bek sayap Reece James dan penyerang Marcus Rashford cedera, sementara gelandang Phil Foden absen karena menjalani operasi usus buntu. Adapun Inggris memakai tiga pemain starter berbeda dibandingkan laga versus Italia.
Gelandang Leicester City James Maddison menjadi salah satu yang diberikan kepercayaan bermain sejak awal laga. Dia membayar kepercayaan itu dengan penampilan cukup impresif. Maddison menyudahi laga sebagai pencipta peluang terbanyak, 5 kali. Menurut Opta, pemain Inggris terakhir yang bisa menghasilkan peluang lebih banyak dari itu adalah Theo Walcoot (6) pada 2008.
“Kami selalu percaya masih ada ruang untuk terus berkembang. Itu yang membuat kami mencoba Maddison hari ini. Dia menjalankan perannya dengan baik dan mampu bertahan solid. Kami akan memberikan kesempatan lagi kepada pemain lain, sambil memastikan untuk bisa lolos kualifikasi,” pungkas Southgate.
Skuad Inggris ternyata tidak tampak kerepotan walaupun baru bermain dua hari lalu, saat Ukraina menjalani laga pertama pada jeda internasional ini. Mereka berhasil membatasi ancaman tim tamu dengan unggul penguasaan bola 57,5 persen dan jumlah tembakan 18-3.
Ukraina tidak mampu keluar dari jebakan pertahanan blok tinggi tuan rumah. Pelatih Ruslan Rotan menginstruksikan anak asuhnya untuk membangun serangan dari bawah sejak awal laga. Mereka ingin memanfaatkan Zinchenko yang ditempatkan di lini tengah. Namun, kualitas skuad Ukraina tidak mumpuni untuk menjalankan strategi tersebut.
Penyerang cadangan Inggris Ivan Toney menjadi kameo pada penghujung laga, masuk menggantikan Kane pada 10 menit terakhir. Momen itu bersejarah bagi Toney yang menjalani debut bersama “Tiga Singa”. Adapun dia merupakan pemain Brentford pertama yang membela timnas Inggris sejak 1939. (AP/REUTERS)