Menyemai Kultur Ritual ke Sirkuit Mandalika
Tahun ini, Sirkuit Mandalika memasuki musim ketiga sebagai lokasi balapan Superbike dan Oktober mendatang menggelar musim kedua MotoGP. Sejauh ini, citra Mandalika menguat, tetapi ada tantangan menaikkan jumlah penonton.
Di sepanjang akhir pekan balapan Superbike seri Indonesia, Alvaro Bautista selalu memuji tata Sirkuit Mandalika yang indah serta sektor dua trek yang berkelok, tetapi bisa dilintasi dengan kecepatan tinggi. Pebalap tim Aruba.it Racing-Ducati itu juga selalu senang kembali ke Mandalika karena nuansa alam bahari yang elok serta keramahan masyarakatnya. Pesona Mandalika menumbuhkan hasrat untuk kembali berkunjung. Daya pikat itu menjadi modal kuat untuk menciptakan ritual ke Mandalika di setiap pergelaran Superbike dan MotoGP.
Ritual ke sirkuit balap lazim dilakukan komunitas penggemar motor di Eropa dan Australia. Setiap tahun mereka selalu berkendara bersama ke sirkuit untuk menyaksikan balapan Superbike ataupun MotoGP. Dalam kunjungan ke Sirkuit Silverstone, Inggris, beberapa tahun lalu, para pengendara motor memadati area festival sirkuit legendaris itu. Mereka datang dari berbagai penjuru Britania Raya juga negara tetangga untuk menonton balapan MotoGP, sekaligus memenuhi hobi mereka berkendara, berkumpul dengan berbagai komunitas, dan bergembira.
Baca Juga: Hari Emosional Xavi Vierge di Mandalika
Tradisi ritual seperti itu bisa menjadi salah satu langkah menaikkan kunjungan dan penonton saat balapan Superbike dan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Apalagi, Lombok memiliki jaringan jalan yang menyusuri tepi pantai, membelah perbukitan, dan aspalnya mulus, surga bagi penggemar touring roda dua. Daya tarik lainnya adalah pantai-pantai yang indah, selalu memukau jika berfoto di sana dan dipamerkan di akun media sosial. Pilihan jalur nan indah sangat banyak, seperti rute pendek Kuta Mandalika, Areguling, Mawun, Mawi, dan Selong Belanak.
Konsep touring ke Sirkuit Mandalika itu pernah digulirkan oleh Ikatan Motor Indonesia, yang merangkul sejumlah rekanan, termasuk jasa pengiriman kereta api untuk mengangkut motor. Rintisan ini perlu diperkuat dan diperluas lagi sehingga berkendara ke Mandalika saat pergelaran balap dunia berlangsung bisa menjadi ritual tahunan.
Tantangan paling besar mengembangkan konsep ini adalah letak geografis Mandalika yang terpisah lautan dari Pulau Jawa, tempat mayoritas penghobi touring berdomisili. Namun, kini ada banyak pilihan untuk membawa motor ke Pulau Lombok karena ada kapal dari Surabaya dan Banyuwangi yang langsung ke Pulau Lombok.
Kendala lain yang sering membuat ciut niat ke Mandalika saat Superbike dan MotoGP adalah harga penginapan yang dalam beberapa pergelaran lalu selalu meroket. Aji mumpung dari para pengelola penginapan itu menimbulkan citra kurang bagus, yang berpotensi membuat enggan untuk ke Mandalika saat dua ajang balap dunia itu bergulir. Kendala ini perlu diselesaikan bersama oleh pemerintah dan masyarakat dengan menumbuhkan rasa memiliki Sirkuit Mandalika sehingga tercipta ekonomi berkelanjutan. Kenaikan harga sebaiknya dalam batas wajar sehingga minat untuk berkunjung semakin tinggi karena ada kepastian harga yang fair. Pemerintah daerah perlu melakukan pendekatan terus-menerus kepada pelaku usaha penginapan di Mandalika sehingga tumbuh rasa memiliki. Usaha ini tidak cukup dengan mengeluarkan peraturan atau imbauan.
Baca Juga:Razgatlioglu Perlu Bantuan Melawan Bautista
Membangun ekonomi berkelanjutan di Mandalika, dengan basis wisata olahraga dan pesona alam itu, merupakan konsep awal dari PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC saat membangun Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika. ITDC membawa konsep yang berani dengan membangun sirkuit kelas internasional untuk mengembalikan MotoGP ke Indonesia. Proses panjang dan berliku telah dilewati sejak berkenalan dengan para petinggi Dorna Sport pada 2017, kemudian negosiasi kontrak pada 2018, dan pengumpulan anggaran untuk membangun sirkuit hingga mulai pembangunan pada 5 Juli 2020.
Sirkuit Mandalika dibangun dari kerja sama banyak lembaga dan kementerian, mulai dari PUPR yang membangun sarana mobilitas, Kemenparekraf yang menggenjot promosi serta pembiayaan balapan, hingga Kementerian Keuangan yang perannya sangat krusial saat proses pengumpulan dana untuk pembangunan sirkuit. Berbagai BUMN juga terlibat, seperti Pertamina yang menjadi title sponsor sirkuit, serta Bank Mandiri, Bank BRI, dan Telkom yang membangun lounge di Bukit 360.
Dukungan pemerintah itu membuat Dorna Sport yakin dengan keseriusan Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP dan Superbike. ITDC sebagai pemilik sirkuit pun kemudian mendapat kepercayaan menyelenggarakan kedua ajang balap motor dunia itu selama 10 tahun sejak 2021. Biaya menjadi penyelenggara MotoGP sebesar 9 juta euro, sekitar Rp 148 miliar per tahun dan hosting fee Superbike 3,150 juta euro (sekitar Rp 51 miliar) yang musim ini naik sekitar 5 persen menjadi sekitar Rp 54 miliar.
Komitmen besar
Menjadi tuan rumah MotoGP dan Superbike selama 10 tahun itu memerlukan komitmen besar dalam pembiayaan yang saat ini masih ditopang pemerintah. Ini merupakan investasi jangka panjang untuk memopulerkan kawasan ekonomi khusus Mandalika yang terus berkembang sebagai tujuan wisata prioritas. Saat ini, dunia semakin mengenal Mandalika yang indah dan seiring dengan penyelenggaraan MotoGP serta Superbike, pesona kawasan yang indah itu akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Bahkan, wisatawan umum pun bisa menjadikan trip ke Mandalika sebagai ritual tahunan.
Baca Juga: Bautista Diuntungkan oleh Kecelakaan ”Superpole”
Komitmen pemerintah untuk memenuhi kontrak penyelenggaraan MotoGP dan Superbike selama 10 tahun itu dinyatakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di Sirkuit Mandalika, Minggu (5/3/2023).
Saya pastikan bahwa MotoGP dan WSBK ke depan akan terus berlangsung di Mandalika. Pemerintah terus akan bekerja sama dengan ITDC sebagai right holder untuk memenuhi kewajiban ( hosting fee).
”Saya pastikan bahwa MotoGP dan WSBK ke depan akan terus berlangsung di Mandalika. Pemerintah terus akan bekerja sama dengan ITDC sebagai right holder untuk memenuhi kewajiban (hosting fee),” ujar Sandiaga.
Menurut Sandiaga, seperti tahun sebelumnya, hosting fee menjadi tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun, saat ini, mereka masih menunggu hasil kajian untuk hosting fee yang sedang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi bersama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia.
”Setelah kajian selesai, kami siap menjalankan dan memastikan semua kewajiban ke Dorna dan pemangku kepentingan lainnya terpenuhi,” kata Sandiaga.
Saat ini, penyelenggaraan kegiatan sport tourism di Mandalika memang memberikan dampak. Tidak hanya di dalam kawasan, tetapi juga sampai luar kawasan Mandalika.
Lihat Juga: Bautista Berjaya di Sirkuit Mandalika
Pahrul Azim selaku Direktur Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah, salah satu desa wisata penyangga Mandalika, mengatakan, untuk ke depan, promosi dan strategi pemasaran kegiatan sport tourism di Mandalika perlu lebih ditingkatkan. ”Hal itu untuk memantik tamu dari luar daerah datang dan berkunjung ke Lombok (saat pergelaran balap). Karena kalau mengandalkan penonton lokal seputaran NTB, lama kelamaan akan jenuh dan ditinggal,” kata Pahrul.
Pahrul berharap kegiatan MotoGP pada Oktober 2023 di Mandalika mendatang bisa memberikan dampak lebih besar. Kerja sama semua pihak perlu dikuatkan, termasuk dengan kepala daerah seluruh Indonesia. ”Maka, ajang berkelas ini akan mencapai target terbaik dengan menjaga standar kualitas serta tidak aji mumpung untuk para pelaku,” kata Pahrul.