Magis Calon Buah Hati Antar Fathur Gustafian Raih Emas Piala Asia
Dua keajaiban menaungi kiprah petembak Indonesia Fathur Gustafian dalam meraih medali emas senapan angin 10 meter Piala Asia 2023 di Jakarta. Fathur percaya itu adalah berkah untuk rezeki calon anak pertamanya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petembak Indonesia Fathur Gustafian nyaris kalah di dua tembakan terakhir final senapan angin 10 meter Piala Asia Senapan dan Pistol 2023 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Jumat (3/3/2023), tetapi bisa berbalik unggul dan memastikan emas di tembakan terakhir. Magis calon buah hati yang berusia tiga bulan di kandungan istri menjadi energi tambahan yang membuat Fathur pantang menyerah hingga butir peluru terakhir.
Medali ini saya persembahkan untuk istri (petembak putri Indonesia Dewi Laila Mubarokah) yang sedang mengandung tiga bulan calon anak pertama kami.
”Medali ini saya persembahkan untuk istri (petembak putri Indonesia Dewi Laila Mubarokah) yang sedang mengandung tiga bulan calon anak pertama kami. Tadi, saya sudah pasrah pas tertinggal 13-15 di tembakan ke-14. Ternyata, di tembakan ke-15, lawan menembak lebih jelek sehingga skor imbang 15-15. Sebelum tembakan terakhir, saya sempatkan melihat istri dan teringat anak di dalam kandungan istri. Dari mereka, saya tambah semangat untuk melakukan yang terbaik,” tutur Fathur.
Fathur menghadapi petembak Korea Selatan Byounggil Choo pada penentuan medali emas seusai enam petembak lainnya tersisih oleh tiga kali eliminasi babak final. Dalam penentuan emas, kedua petembak memulai laga dari nol dan yang lebih dahulu mengumpulkan 16 poin akan keluar sebagai pemenang. Petembak yang unggul di setiap kesempatan akan mendapatkan dua poin. Sebaliknya, petembak yang kalah tidak mendapatkan poin. Kalau imbang, mereka berbagi satu poin.
Awalnya semua terasa mudah untuk Fathur. Dari tembakan pertama hingga kesembilan, atlet berusia 24 tahun itu hanya kalah di kesempatan pertama dan kelima, serta seri di kesempatan kedelapan. Maka itu, dirinya unggul jauh 13-5. Namun, neraka terjadi dari tembakan ke-10 hingga ke-14. Di lima kesempatan itu, Fathur selalu kalah sehingga kedudukan berbalik menjadi 13-15.
Keajaiban untuk Fathur
Fathur pasrah saat tembakannya hanya mengenai sasaran 10,1 di kesempatan ke-15. Akan tetapi, keajaiban terjadi. Choo yang butuh satu tembakan lagi untuk membawa pulang emas justru menembak lebih buruk, yakni cuma mengenai sasaran 9,7. Kedudukan pun menjadi 15-15 dan Fathur bisa memperpanjang napas.
”Tadi, saya ada masalah dengan tekanan gas yang agak turun sehingga tembakannya tidak mantap. Ketika dikejar dan nyaris kalah, saya bicara dengan Allah. Kalau memang Allah kehendaki saya menang di sini, saya meminta agar saya diberikan rezeki tersebut. Namun, kalau belum dikehendaki, saya berharap diberikan ganti yang lebih baik. Ternyata, Allah berkehendak saya menang di sini. Saya percaya ini juga rezekinya anak,” kata Fathur.
Pada kesempatan ke-16 yang menentukan untuk kedua petembak, Fathur melakukan keajaiban kedua dalam laga tersebut. Dia sukses membukukan tembakan yang nyaris sempurna, yakni 10,8. Seketika, Fathur langsung mengepalkan tangan tanda percaya diri bisa menyabet emas. Apa yang diharapkannya terwujud karena Choo hanya mengenai sasaran 10,7.
”Setelah kejuaraan ini, saya harus terus memperbaiki diri. Saya mesti memperbaiki skor tembakan dari rata-rata 626-627 (dalam kualifikasi) menjadi minimal 630 agar bisa bersaing lolos ke final di kejuaraan-kejuaraan kualifikasi Olimpiade (Paris 2024). Saya perlu meningkatkan lagi fokus dan mental bertanding serta berharap lebih sering ikut ajang internasional untuk mengasah kemampuan dan pengalaman,” tutur Fathur.
Mental yang baik
Menurut pelatih senapan pelatnas asal Iran, Ebrahim Inanlou atau Ali Reza, tidak mudah bagi petembak bangkit setelah mentalnya jatuh karena tembakan yang terus memburuk dan ada kendala yang mengganggu. Namun, Fathur bisa lepas dari tekanan itu dan kembali menemukan tembakan terbaiknya di kesempatan terakhir.
”Fathur adalah petembak yang bagus dan memiliki mental juara. Hanya saja, dia minim mengikuti kompetisi internasional dibandingkan dengan atlet-atlet dunia yang bagus. Andai diberi lebih banyak kesempatan, dia bisa jauh lebih baik. Dia berpeluang mendapatkan kuota Olimpiade,” kata Ali.
Pelatih kepala pelatnas menembak, Glenn C Apfel, mengatakan, pihaknya berharap prestasi itu bisa memupuk kepercayaan diri Fathur untuk menghadapi kejuaraan-kejuaraan lainnya ke depan, termasuk yang memperebutkan poin ataupun kuota Olimpiade.
”Target dari ketua umum (PB Perbakin, Joni Supriyanto), petembak senapan angin yang bisa menembus skor minimum 628 (kualifikasi) di sini akan dikirim ke seri Piala Dunia di Bhopal, India (20-27 Maret). Tadi, skor Fathur kurang 0,2 dari target tersebut. Namun, dengan medali emas ini, mungkin Fathur akan dipertimbangkan ke Bhopal. Lagi pula, itu sangat penting bagi dia mengumpulkan sebanyak-banyaknya poin kualifikais Olimpiade,” papar Glenn.