Kongres Luar Biasa PSSI 2023 digelar Kamis ini, di Jakarta. Di tengah persaingan calon ketua umum, PSSI telah dinanti tugas-tugas berat yang harus diselesaikan di tahun ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, NINA SUSILO, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia 2023, Kamis (16/2/2023), di Jakarta akan menjadi penentu masa depan sepak bola nasional. Empat calon ketua umum memiliki program kerja yang relatif serupa sehingga rekam jejak mereka bisa menjadi cermin bagi perjalanan PSSI empat tahun ke depan.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengharapkan ketua umum PSSI terpilih tak hanya mengerti masalah persepakbolaan Indonesia, tetapi juga benar-benar memperhatikan kemajuan sepak bola Indonesia.
”Orang yang paham, punya keinginan, punya gairah untuk membangun sepak bola di Indonesia,” ujarnya di Masjid Raya Barus, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Rabu (15/2/2023).
Wapres Amin menyebut sosok itu sebagai ”manusia bola” yang diperlukan untuk membenahi sepak bola Indonesia. Sebab, diakui pengelolaan sepak bola Indonesia belum maksimal.
”Dari 270 juta (penduduk Indonesia), banyak bibit yang punya talenta, tetapi mungkin belum tergali dengan baik. Pembinaan juga perlu ditingkatkan. Karena itu, perlu ada kepengurusan yang memang punya perhatian, punya strategi, punya semangat,” tambah Wapres.
Pada KLB PSSI ini, persaingan paling sengit terjadi pada perebutan kursi ketua umum. Lima orang ditetapkan sebagai calon ketua umum PSSI periode 2023-2024 oleh Komite Banding Pemilihan PSSI, 6 Januari lalu. Mereka adalah La Nyalla Mattalitti, Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, Erick Thohir, dan Fary Djemy Francis.
Namun, hanya empat calon yang akan bertarung, menyusul pengunduran diri Fary melalui pernyataan resmi, Rabu. Tidak hanya untuk kandidat ketua umum, Fary juga mengundurkan diri sebagai kandidat wakil ketua umum dan anggota Komite Eksekutf (Exco) PSSI.
Kepada Kompas, Rabu malam, Erick menuturkan, KLB PSSI 2023 menjadi momentum besar untuk membangun sepak bola Indonesia. Menurut dia, pengurus PSSI periode 2023-2027 telah ditunggu sejumlah pekerjaan rumah yang harus dijalankan dengan optimal tahun ini, mulai dari persiapan Piala Dunia U-20 2023 yang tersisa tiga bulan, persiapan menjalankan tiga kasta kompetisi setelah Piala Dunia U-20, pembenahan wasit, dan transformasi suporter. Ia pun berkomitmen untuk langsung mengerjakan tugas-tugas itu apabila terpilih sebagai ketua umum PSSI ke-18.
”Saya siap, dengan segala kerendahan hati, membantu sepak bola Indonesia. Komitmen itu telah saya tunjukkan ketika membantu pencabutan sanksi PSSI 2015 dan bertemu FIFA ketika (Tragedi) Kanjuruhan untuk datang ke Indonesia,” kata Erick yang bertemu Presiden FIFA Gianni Infantino, 6 Oktober 2022, di Doha, Qatar.
Menteri Badan Usaha Milik Negara itu menambahkan, ”Jika terpilih, saya perlu dukungan dan kepercayaan semua pihak, seperti masyarakat sepak bola, pemerintah, dan FIFA untuk mengatasi tantangan yang kompleks dan melanjutkan transformasi sepak bola yang menjadi amanat FIFA setelah kejadian Kanjuruhan.”
Terkait transformasi sepak bola, Erick mengungkapkan, FIFA akan segera berkantor di Indonesia untuk mengawasi langkah Indonesia membenahi diri setelah Tragedi Kanjuruhan. FIFA tidak begitu saja melepaskan Indonesia dari sanksi setelah tragedi itu dan memberi waktu agar Indonesia bisa berbenah, menghindari kejadian buruk serupa terulang.
Pembinaan juga perlu ditingkatkan. Karena itu, perlu ada kepengurusan yang memang punya perhatian, punya strategi, punya semangat.
Sebanyak 87 pemilik suara akan menentukan pengurus PSSI 2023-2027. Mereka terdiri dari 34 asosiasi provinsi PSSI, 18 klub Liga 1 2021-2022, 16 klub peringkat tertinggi Liga 2 2021-2022, dan 16 klub dengan posisi terbaik pada Liga 3 2021-2022. Lalu, tiga asosiasi di bawah naungan PSSI, yakni Federasi Futsal Indonesia, Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia, dan Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia.
Secara terpisah, La Nyalla, yang sempat memegang tampuk kepemimpinan PSSI pada 2015-2016, mengajak 87 pemilik suara pada KLB PSSI 2023 untuk ikut serta dalam upayanya membenahi organisasi dan sepak bola nasional.
”Pemilik suara yang memilih saya nanti menunjukkan bahwa mereka benar-benar ingin memperbaiki tata kelola sepak bola Indonesia. Saya berharap para pemilik suara memilih dengan hati nurani tanpa ada tendensi apa pun di luar sepak bola,” ucap La Nyalla.
Narasi tentang dirinya sebagai perwakilan ”orang lama” di dalam PSSI dinilai tidak relevan. Menurut dia, hal terpenting dalam pemilihan ketua umum PSSI adalah rekam jejak, visi, dan gagasan.
”Semua hal itu melekat dalam diri saya. Orang lama dengan rekam jejak buruk tak ada tempat di PSSI, sebaliknya, orang dengan rekam jejak baik sangat dibutuhkan,” katanya.
Arif pun berharap pelaksanaan KLB PSSI bisa berjalan baik dan lancar. Ia meminta pemilik suara dapat memilih Exco PSSI yang independen untuk menunjukkan komitmen membenahi sepak bola dan tidak dibarengi dengan konflik kepentingan.
Dukungan pada Erick
Di tengah keputusan mundur dari pencalonan Exco PSSI, Fary menyampaikan dukungannya kepada Erick. Menurut Fary, mantan Presiden Inter Milan itu memiliki program yang bisa menjawab tantangan PSSI dan sepak bola Indonesia beberapa tahun ke depan.
”Saya menaruh harapan besar kepada Pak Erick untuk menciptakan generasi emas Indonesia. Itu tidak muluk karena jam terbang Pak Erick teruji, beliau orang hebat, pemikir, dan profesional,” ujar Fary.
Meski tetap akan bertarung pada perebutan kursi ketua umum PSSI, Doni, perintis Bandung Premier League, mendukung Erick melanjutkan estafet kepemimpinan federasi dari Mochamad Iriawan. Ia menilai, Erick adalah sosok berintegritas dan memiliki kapasitas untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah sepak bola Indonesia.
”Semoga saya bisa bergabung ke gerbong Pak Erick yang menjadi wajah baru untuk mengubah sepak bola,” kata Doni, yang juga akan bertarung untuk posisi wakil ketua umum dan anggota Exco.
Sementara itu, Iriawan mengungkapkan, persiapan KLB 2023 telah mencapai titik akhir. Ia menekankan, ketua umum terpilih harus sosok yang dipercaya publik dan pemilik suara.
”Kepada ketua umum baru, saya berpesan agar tidak lelah mengurus sepak bola. Saya titip kompetisi, semoga bisa meningkatkan profesionalisme liga, termasuk wasit. Saya yakin zaman keemasan (sepak bola Indonesia) akan tiba,” ucapnya.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali berharap pemilik suara tidak memilih pengurus yang ingin mencari keuntungan dan menjadikan PSSI batu loncatan untuk ambisi pribadi tertentu. Ia menegaskan, semua pihak di PSSI yang berkaitan dengan Tragedi Kanjuruhan seharusnya tidak lagi mengurus sepak bola.