Sebanyak 87 pemilik suara adalah penentu bagi terwujudnya harapan pembenahan sepak bola dalam Kongres Luar Biasa PSSI 2023. Melanggengkan politik uang sama saja menghindari perubahan bagi PSSI.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, ADRIAN FAJRIANSYAH, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, Stephanus Aranditio
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kebijaksanaan 87 pemilik suara dalam Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia 2023, Kamis (16/2/2023) mendatang, bakal menjadi kunci bagi arah masa depan pengelolaan sepak bola nasional. Demi memuluskan suksesi pengurus PSSI, Komite Pemilihan PSSI berkomitmen menegakkan asas “fair play” bagi seluruh kandidat Komite Eksekutif atau Exco.
Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Sumatera Selatan Ucok Hidayat menilai, lima calon ketua umum PSSI 2023-2027 memiliki semangat dan program yang sama baik, khususnya terkait pembinaan usia dini. Kelima calon ketua umum PSSI ke-18 itu ialah Erick Thohir, La Nyalla Mattalitti, Fary Djemy Francis, Doni Setiabudi, dan Arif Putra Wicaksono.
Atas dasar itu, kata Ucok, pemilik suara patut memilih pemimpin PSSI yang memiliki keinginan dan langkah nyata untuk mewujudkan program kerja, sehingga tidak sekedar berani mengeluarkan uang dalam menjalankan organisasi.
“Pemilik suara harus menggunakan hati nurani untuk memilih calon pemimpin (PSSI) yang punya latar belakang mampu menyelesaikan masalah (sepak bola) dengan baik dan berpandangan luas untuk jangka panjang,” kata Ucok yang dihubungi di Jakarta, Selasa (16/2/2023).
Kuantitas pemilik suara KLB PSSI 2023-2027 masih sama dengan KLB 2019 lalu, yaitu 87 pemilik suara. Mereka terdiri dari 34 Asprov PSSI, 18 klub Liga 1 2021-2022, 16 klub peringkat tertinggi Liga 2 2021-2022, serta 16 klub dengan posisi terbaik pada Liga 3 2021-2022. Lalu, tiga asosiasi di bawah naungan PSSI, yakni Federasi Futsal Indonesia, Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia, dan Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia.
KLB PSSI, yang akan memilih pengurus periode 2023-2027, diikuti oleh 62 individu yang mengisi posisi calon ketua umum, calon wakil ketua, dan anggota Exco. Mereka terdiri atas lima kandidat untuk memperebutkan satu kursi ketua umum, lalu 16 calon untuk mengisi dua wakil ketua umum, serta 55 orang yang berambisi menempati 12 tempat untuk jabatan anggota Exco.
Ketua Komite Pemilihan PSSI Amir Burhanuddin menegaskan, semua calon Komite Eksekutif (Exco) memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2023. Ia menambahkan, tidak ada keistimewaan bagi para kandidat anggota Exco petahana yang selama ini telah menjadi bagian dari keluarga sepak bola Indonesia. Dalam KLB kali ini, sembilan dari 12 anggota Exco periode 2019-2023 kembali mencalonkan diri.
“Sepak bola itu selalu menjunjung tinggi asas fair play dan respek. Demikian pula dalam pemilihan di KLB nanti, jadi tidak ada privilese untuk petahana. Semua kandidat wajib mematuhi statuta PSSI agar pelaksanaan pemilihan berjalan baik dan sukses, kemudian seluruh calon menghargai dan menjunjung tinggi hasil keputusan di KLB,” ucap Amir.
Pemilik suara harus menggunakan hati nurani untuk memilih calon pemimpin (PSSI) yang punya latar belakang mampu menyelesaikan masalah (sepak bola) dengan baik dan berpandangan luas untuk jangka panjang.
Secara terpisah, Ketua Komite Banding Pemilihan PSSI Gusti Randa memita semua calon Exco untuk melakukan kompetisi secara sehat dengan mengedepankan adu gagasan dan visi-misi. Dengan penyampaian visi dan misi itu, lanjutnya, bisa terlihat komitmen setiap calon untuk membawa sepak bola nasional ke arah lebih baik.
Hasani Abdulgani, salah satu kandidat wakil ketua umum dan anggota Exco PSSI, mengungkapkan, telah bertemu dengan pemilik suara untuk menyampaikan program kerjanya untuk PSSI di periode mendatang. Hasani ingin fokus untuk meningkatkan pembinaan usia dini di akar rumput serta pembenahan kualitas kompetisi profesional.
Ia pun mengakui, posisinya sebagai kandidat petahana memberikan keuntungan jelang menghadapi KLB 2023. Itu tidak dirasakan Hasani ketika mencalonkan diri sebagai anggota Exco PSSI pada KLB 2016 dan 2019.
“Enaknya sekarang (pemilik suara) sudah mengenal saya. Kalau dulu, saya perlu memperkenalkan diri kepada mereka, jadi dulu agak capai,” kata Hasani yang berambisi menjabat anggota Exco PSSI untuk periode kedua. Berdasarkan Statuta PSSI 2019, seseorang dibatasi hanya bisa menjadi anggota Exco dalam tiga periode.
Menurut Fajar Junaedi, peneliti budaya sepak bola nasional, KLB 2023 akan menyajikan persaingan kandidat yang memiliki beragam kepentingan untuk menjadi pengurus PSSI. Hal itu mulai dari niat mulia untuk memajukan sepak bola, kepentingan ekonomi, hingga tujuan politik tertentu.
Di luar harapan adanya program pembenahan PSSI dan sepak bola nasional dari kandidat Exco, Fajar menilai, 87 pemilik suara adalah penentu utama bagi perubahan sepak bola nasional, mulai dari level amatir sampai di level profesional. Alhasil, katanya, masyarakat pecinta sepak bola amat menaruh harapan kepada pemilik suara agar tidak terbuai dengan praktek kecurangan, terutama politik yang menjelang KLB.
"Publik, yang notabene tidak memiliki hak suara, bisa melakukan tekanan kepada klub dan asprov di daerah masing-masing untuk memilih kandidat yang beritegritas," tegasnya.
Politik uang
Ketika disinggung terkait potensi politik uang yang dilakukan kandidat Exco untuk merayu para pemilik suara, Amir menilai, isu politik uang itu tidak pernah lepas dalam suksesi kepemimpinan nasional mulai dari pemimpin daerah hingga organisasi, termasuk PSSI. Ia menegaskan, semua calon Exco diharapkan untuk menjauhi politik uang.
Itu, tambahnya, ditunjukkan dengan penandatangan pakta integritas untuk menghindari praktek-praktek kecurangan dalam proses pemilihan. Pakta integritas itu merupakan salah satu syarat administrasi yang disampaikan kandidat Exco ketika mendaftarkan diri kepada Komite Pemilihan PSSI.
“Kami optimistis integritas itu akan dijaga oleh para kandidat. Kami berharap publik jangan mengambil curiga yang berlebihan apalagi memproduksi fitnah untuk saling menjatuhkan setiap individu yang terpanggil untuk membangun sepak bola kita,” ujarnya.
Kandidat anggota Exco PSSI lainnya, Sophan Lamara, berharap pemilik suara tidak lagi terpengaruh dengan rayuan kandidat yang hendak membeli suara melalui politik uang. Ia mengatakan, KLB 2023 harus menjadi momentum untuk menghadirkan kepengursan PSSI yang bersih dengan dimulai dalam proses pemilihan yang tidak menghalalkan cara-cara kotor untuk meraih suara.
“KLB ini menjadi ajang untuk perubahan total di PSSI kelak. Bukan hanya perubahan ketua umum dan Exco, tetapi yang paling mendasar adalah menjalankan statuta dan program secara utuh, konsekuen, dan bertanggung jawab,” ujarnya.