Nasib Sepak Bola Dipertaruhkan, Integritas ”Voter” Perlu Dikedepankan
Masa depan sepak bola Indonesia, setidaknya hingga empat tahun ke depan, akan dipertaruhkan dalam KLB PSSI, Kamis (16/2/2023) ini. Maka, para pemilik suara harus jernih dalam memilih.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masa depan sepak bola Indonesia dipertaruhkan di Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia PSSI pada Kamis (16/2/2023) ini. Karena itu, para pemilik suara atau voter perlu mengedepankan integritas dan nuraninya agar bisa jernih memilih nakhoda PSSI periode 2023-2027 yang bisa memajukan sepak bola nasional.
Fajar Junaedi, peneliti budaya sepak bola, mengatakan, persoalaan mengurus sepak bola nasional dari dulu sangat problematik. Ada beragam kepentingan yang mendorong setiap calon yang ingin mengurus PSSI, mulai dari niat mulia memajukan sepak bola, motif ekonomi, hingga tujuan politik tertentu.
”Di ranah politik, sepak bola adalah kendaraan terbaik bagi para politisi untuk menjadi media darling,” kata Fajar, yang juga dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Oleh sebab itu, pilihan para pemilik suara yang terdiri atas 87 orang akan sangat menentukan perubahan sepak bola, mulai dari level amatir hingga profesional. Publik umum sepak bola nasional, yang tidak mempunyai hak suara, menaruh harapan besar pada pilihan voter nanti. Mereka diharapkan tidak mudah terbuai dengan praktik politik uang yang selama ini menjerat pemilihan jajaran Komite Eksekutif PSSI.
”Publik, yang notabene tidak memiliki hak suara, bisa melakukan tekanan pada klub dan asprov (asosiasi provinsi PSSI) di daerah masing-masing untuk memilih kandidat yang beritegritas,” katanya.
Hal itu pula yang ditegaskan Komite Pemilihan dan Komite Banding KLB PSSI. Ketua Komite Banding Gusti Randa menegaskan, semua calon harus berkompetisi secara sehat. Misi dan visi yang dicanangkan oleh setiap calon harus bertujuan untuk sepak bola Indonesia yang lebih baik.
Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta Ahmad Syauqi Suratno menyatakan akan menolak semua praktik politik uang di KLB PSSI. Dia menilai sosok yang tepat untuk memimpin PSSI adalah orang yang memiliki visi, kompetensi, dan pengalaman yang relevan dengan sepak bola.
”DIY itu sederhana. Kalau dia (calon) punya visi dan kompetensi yang bagus, ya, kami bela kok. Tidak usah bayar. Tetapi DIY juga yang akan teriak pertama kali kalau dia keluar dari visi yang sudah disepakati bersama,” kata Ahmad.
”Karena DIY ini rumah sepak bola Indonesia. Kalau misalnya (pemilik suara) yang lain sudah tidak terlalu memegang nilai (integritas), ya, DIY harus ada di situ. Last man standing untuk menjaga ini,” ujarnya kemudian.
Menurut Ahmad, sepak bola Indonesia harus dibangun secara profesional, tanpa campur tangan kepentingan politik. Sistem liga, yaitu dari level amatir hingga profesional, harus jelas; keamanan pertandingan harus baik; dan pembinaan usia muda harus terus berjalan. Hal ini demi mendapatkan kepercayaan dari ekosistem bisnis untuk mau berinvestasi di sepak bola Indonesia.
”Saya percaya, dana itu akan datang sendiri manakala federasi atau asosiasi kita ini bisa dipercaya. Syaratnya bisa dipercaya. Kalau tidak dipercaya, ya, susah. Jangankan komersial, orangtua saja mungkin tidak mau lagi masukin anaknya ke SSB (sekolah sepak bola) karena tidak percaya,” kata Ahmad.
Komite Pemilihan KLB PSSI telah menetapkan 5 calon ketua umum, 16 calon wakil ketua umum, dan 55 calon anggota komite eksekutif periode 2023-2027. Kelima calon ketua umum itu adalah AA La Nyalla Mahmud Mattaliti, Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, Erick Thohir, dan Fary Djemy Francis.
Kalau dia (calon) punya visi dan kompetensi yang bagus, ya, kami bela kok. Tidak usah bayar. (Ahmad Syauqi)
Adapun calon wakil ketua umum adalah Ahmad Riyadh, Ahmad Sauqi Suratno, Andre Rosadi, Doni Setiabudi, Dudi Sutandi, Fary Djemy Francis, Gede Widiade, Hasani Abdulgani, Hasnuryadi Sulaiman, Juni Rachman, Maya Damayanti, Ratu Tisha Destria, Sadikin Aksa, Yesayas Oktovianus, Yunus Nusi, dan Zainudin Amali.
Nama-nama tersebut akan dipilih oleh 87 pemilik suaraKLB PSSI. Para pemilik suara itu terdiri dari 34 asprov, 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, Federasi Futsal Indonesia, Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia, dan Asosiasi Pelatih Sepak Bola Indonesia. Mereka akan memilih satu nama ketua umum, dua wakil ketua umum, dan 12 anggota komite eksekutif yang salah satunya wanita.
Profil calon ketua
La Nyalla pernah menjadi Ketua Umum PSSI periode 2015-2019, tetapi masa jabatannya hanya berlangsung setahun karena Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak mengakui kepengurusannya. PSSI lantas dibekukan FIFA. Dalam pemilihan kali ini, Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI ini mengklaim didukung setidaknya dua pemilik suara, yaitu Asprov PSSI Jawa Timur dan Persela Lamongan.
Sementara Erick Thohir, yang kini menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), telah memenuhi syarat lima tahun pernah mengelola sepak bola, antara lain menjadi presiden klub Serie A Inter Milan, pemilik klub Liga Satu Inggris, Oxford United, pemilik DC United di Amerika Serikat, hingga memegang saham klub nasional, seperti Persib Bandung dan Persis Solo.
Kandidat selanjutnya, yaitu Doni Setiabudi, adalah CEO Bandung Premier League yang merupakan kompetisi sepak bola amatir di Jawa Barat. Selain itu, dia juga pernah menjadi manajer klub AHHA PS Pati pada 2019-2021.
Adapun Fary Djemy Francis tercatat sebagai anggota DPR RI dari Partai Gerindra periode 2009-2014 dan 2014-2019. Sementara Arif Putra Wicaksono aktif sebagai CEO Nine Sport. Dia pernah juga mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-2023.