MU kehilangan poin akibat masalah mendasar di lini tengah. Mereka begitu merindukan sosok Casemiro.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
MANCHESTER, KAMIS – Gol penyerang Marcus Rashford dan Jadon Sancho pada setengah jam terakhir laga tidak cukup mengantar Manchester United berjaya atas Leeds United. Untuk kesekian kali, “Setan Merah” kehilangan poin di Liga Inggris saat bermain tanpa sang jenderal lapangan tengah, yaitu Casemiro.
MU cukup beruntung bisa menyudahi “Derbi Mawar” dengan hasil imbang 2-2 sekaligus mengamankan satu poin di Old Trafford, pada Kamis (9/2/2023). Kekalahan sempat begitu dekat dengan tim tuan rumah setelah tertinggal 0-2 lebih dulu akibat gol kilat Leeds pada awal paruh pertama dan kedua.
Skuad Leeds datang tanpa beban setelah pemecatan manajer Jesse Marsch. Manajer sementara Michael Skubala melanjutkan ide dasar Marsch untuk bermain sangat agresif. Mereka bertahan dengan jarak pemain sangat rapat, lalu menjebak para pemain MU saat bola mulai bergerak ke lini tengah.
“Kami memang menekankan untuk tampil seagresif mungkin. Tidak menjadi tim yang pasif. Kami melakukan itu dengan sangat baik. Saya bangga dengan penampilan anak-anak. Mereka berjuang hebat di tempat yang sangat sulit untuk didatangi ini,” kata Skubala.
Tim tamu pun hanya butuh 55 detik untuk unggul lewat penyerang sayap Wilfried Gnonto. Menurut Opta, gol itu merupakan yang kedua tercepat di Stadion Old Trafford dalam sejarah Liga Primer setelah Edin Dzeko (Manchester City) pada Maret 2014.
Gol pembuka berawal dari sergapan pasukan Leeds ke separuh lapangan MU. Mereka memaksa gelandang Bruno Fernandes kehilangan bola. Skema serupa terjadi pada gol kedua, menit ke-48. Pemain MU kehilangan kontrol bola di lini tengah saat membangun serangan. Transisi pun berujung gol bunuh diri bek Raphael Varane.
Sepasang gol Leeds memperlihatkan jelas ketidaksiapan lini tengah MU. Mereka terlalu sering membuat kesalahan saat ditekan lawan. Sementara itu, antisipasi terhadap transisi lawan juga kurang sigap. Tidak ada sosok pelindung sebelum serangan lawan menembus garis akhir pertahanan.
Bukan tanpa alasan. Masalah itu terjadi karena “Setan Merah” harus tampil tanpa Casemiro untuk pertama kali, dari hukuman larangan bermain tiga laga, setelah kartu merah versus Crystal Palace. Adapun Casemiro merupakan roh terpenting dalam skema permainan ten Hag.
Saya bangga dengan penampilan anak-anak. Mereka berjuang hebat di tempat yang sangat sulit untuk didatangi ini.
Gelandang tim nasional Brasil itu bisa menjadi tukang jaga saat bertahan dan mesin pembagi bola dalam membangun serangan. Peran krusialnya terlihat dalam catatan pertandingan MU. Tanpa Casemiro sejak menit awal, MU kalah 4 kali dari 5 pertandingan di Liga Inggris.
MU, menurut Opta, menghasilkan rerata 2,3 poin dan hanya kemasukan 0,7 gol saat Casemiro bermain sebagai starter. Ketika tidak tampil sejak awal, MU hanya mencatat rerata 1,4 poin dan juga kemasukan tiga kali lipat lebih banyak.
Perannya terpaksa digantikan gelandang baru Marcel Sabitzer yang menjalani debut sebagai pemain mula. Sabitzer baru sepekan lebih mengenal sistem ten Hag. Dia berduet dengan Fred, gelandang yang kurang bagus dalam membangun serangan. Adapun Fred berkali-kali kehilangan bola pada paruh kedua.
Duet itu sangat mentah dibandingkan pasangan andalan MU di lini tengah, yaitu Casemiro dan Christian Eriksen. Belum lagi, keduanya harus menghadapi duet gelandang energik Leeds yang merupakan pasangan di timnas Amerika Serikat, Tyler Adams dan Weston McKennie.
Lini tengah Leeds pun tampak lebih hidup pada satu jam awal pertandingan. Mereka lebih unggul dalam duel. MU beruntung punya bek Lisandro Martinez yang sangat agresif sepanjang laga. Dia menghasilkan 2 tekel, 3 sapuan, dan 2 intersepsi untuk menghindari gol ketiga ke gawang David De Gea.
“Kami tahu bagaimana mereka akan datang dengan sikap seperti apa. Jika Anda bermain di laga derbi, Anda perlu sikap berbeda. Anda harus selalu siap dan bertanggung jawab untuk memenangi setiap duel, juga lebih tampil saat memegang bola. Jika kami melakukan itu, kami akan menang,” ujar ten Hag.
Pergantian krusial
MU bisa terhindar dari kekalahan berkat pergantian pemain brilian oleh ten Hag. Dia menarik striker Wout Weghorst dan penyerang sayap Alejandro Garnacho pada menit ke-59. Sebagai gantinya, dua penyerang sayap Jadon Sancho dan Facuno Pellistri dimasukkan.
Pergantian itu mengubah struktur lini depan MU. Rashsford memainkan posisi lebih sentral, menjadi penyerang tengah, setelah sempat berada di sayap kiri dan kanan. Dengan kemampuan lari dan dribel, dia lebih mengancam garis pertahanan tinggi lawan ketimbang Weghorst yang bertipe target man.
Sancho dan Pellistri merupakan bagian dari rencana ten Hag untuk mengeksploitasi sisi sayap Leeds. Adapun Leeds bermain sangat rapat. Jika bola di kiri, pemain Leeds akan condong bergerak ke kiri. Hal itu menyebabkan ruang kosong di sisi lainnya.
MU pun menaikkan tempo permainan dan sering mengubah jalur serangan, dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Hasilnya sangat efektif. Dua serangan dari sisi sayap itu berbuah sepasang gol Rashford dan Sancho dalam rentang delapan menit, menit ke-62 dan ke-70.
“Saya ingin dinamika yang berbeda. Pada momen itu, kami tidak memiliknya. Beruntung setelah itu kami bisa mencetak dua gol langsung. Sangat senang dengan penampilannya (Sancho). Dia pemain hebat yang bisa memberi pengaruh besar,” jelas ten Hag.
Meskipun mendominasi total pada 20 menit terakhir, MU tidak mampu menciptakan gol ketiga. Mereka menguasai laga dengan unggul penguasaan bola, 65,8 persen, dan jumlah tembakan 24 kali, yang delapan kalinya tepat ke arah gawang. Adapun Leeds tetap mencoba bermain terbuka saat kedudukan 2-2. Mereka tidak ingin pulang dengan hasil seri. Hanya saja tim tamu sudah kekelahan karena permainan agresif mereka.
Episode kedua “Derbi Mawar” akan berlanjut di markas Leeds, Stadion Elland Road, pada Minggu malam WIB. Kedua laga Leeds versus MU berdekatan karena salah satunya merupakan pertandingan yang sempat tertunda ketika Ratu Elizabeth meninggal, September lalu. (AP/REUTERS)