Marc Marquez masih haus gelar juara MotoGP, tetapi musim ini dia tidak mamasang target tinggi untuk menghindari frustasi, karena RC213V belum sesuai harapan. Jika performa motor membaik, gelar juara akan masuk radarnya.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MADRID, JUMAT – Marc Marquez sudah pulih sepenuhnya dari cedera retak "humerus" kanan, dan kekuatan ototnya sudah siap untuk memacu motor MotoGP sesuai gaya membalapnya. Juara enam kali MotoGP itu terus memersiapkan fisiknya dengan latihan beban, mengasah feeling dengan memacu motor super sport jalan raya, serta melatih refleks di atas motor motokros. Ini persiapan paling ideal Marquez sejak empat tahun terakhir, tetapi masih ada satu ganjalan dalam benaknya, yaitu performa motor Honda RC213V 2023.
Marquez menyadari, motor yang sejak 2013 telah membuahkan enam gelar juara bagi dirinya itu, kini tertinggal dari pabrikan lain. Bahkan, di tengah musim lalu, dia menilai Honda tertinggal hingga dua langkah dari Ducati. Pengembangan yang dilakukan oleh Honda Racing Corporation (HRC) di sepanjang musim lalu, pun belum menunjukan peningkatan performa pada prototipe RC213V 2023.
Bahkan, setelah tes akhir musim 2022 di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, pada November lalu, pebalap berjuluk "Bayi Alien" itu merasa motor belum bisa diandalkan untuk bersaing meraih gelar juara MotoGP 2023.
Perasaan Marquez seusai tes itu diungkapkan oleh adiknya, Alex Marquez, yang satu mobil dalam perjalanan pulang. Bahkan, pebalap tim Gresini Racing itu menilai, ada potensi kakaknya meninggalkan Honda jika tidak mendapat motor yang kompetitif untuk meraih gelar juara.
"Kami bersama di dalam mobil dan kami tidak berbincang. Marc marah. Saya bertanya kepada dia apakah dia mencoba komponen-komponen baru, dia mengatakan ya, tetapi tidak ada yang berfungsi, dan hanya itu," ungkap Alex Marquez kepada La Gazetta dello Sport dikutip Crash.
Marquez yang seperti memiliki kekuatan Alien, karena sejak 2013 selalu mampu menjinakan RC213V yang sangat liar, kini mengalami kesulitan besar. Motor 2022 terlalu sulit dibaca batas pengendaliannya. Bahkan, Marquez bisa kecelakaan tanpa alasan jelas, karena dirinya tidak sedang memacu motor habis-habisan.
Padahal, selama ini, kecelakaan saat latihan, merupakan salah satu metode Marquez untuk mengetahui limit pengendalikan motor. Metode itu tidak mujarab lagi untuk RC213V generasi terbaru. Musim lalu, Marquez mengalami 18 kecelakaan dalam 12 balapan yang dia ikuti. Dia pun memiliki rata-rata kecelakaan tertinggi 1,50. Pengendalian yang sulit juga dialami oleh pebalap Honda lainnya, di mana Pol Espargaro dan Alex Marquez, sama-sama 21 kali kecelakaan dalam 20 balapan musim lalu.
Karakter RC213V diakui oleh para pebalap Honda sulit dikendalikan karena feeling pada front end atau bagian depan motor sangat labil. Padahal, kunci untuk bisa melesat kencang dengan motor MotoGP adalah pebalap memiliki feeling yang solid pada front end. Kondisi itulah yang membuat Marquez bersiap untuk menghadapi potensi tumbuhnya rasa frustasi pada musim 2023. Dia pun berpikir realistis, tanpa memasang target atau harapan terlalu muluk, terutama di awal musim ini.
Ini pertama kali setelah bertahun-tahun, kami tidak mengawali sebagai favorit. Bahkan, kami tidak berada di antara tiga atau empat favorit peraih gelar juara.
Dia akan fokus mencari secercah harapan dalam dua tes pramusim MotoGP 2023 yang akan berlangsung di Sepang, Malaysia (10-12 Februari) dan Portimao, Portugal (11-12 Maret). Dua tes itu akan mengonfirmasi seberapa tinggi target yang bisa dipasang pada musim ini.
Marquez, dalam wawancara khusus dengan majalah GQ, mengakui bahwa motor Honda yang dia tes di Valencia belum bisa diharapkan untuk bisa bersaing meraih juara.
"Ini pertama kali setelah bertahun-tahun, kami tidak mengawali sebagai favorit. Bahkan, kami tidak berada di antara tiga atau empat favorit peraih gelar juara, baik karena kondisi saya atau karena situasi Honda, di mana tidak sedang dalam momen terbaiknya," ungkap Marquez.
"Anda harus realistis, paling tidak dalam balapan-balapan awal, karena jika tidak, akan muncul frustasi demi frustasi," tegas Marquez.
Mengelola rasa kecewa karena performa tidak maksimal merupakan santapan rutin Marquez sejak kembali balapan pada 2021. Dia mengalami tekanan psikis yang berat karena kondisi cedera yang tak kunjung pulih, serta karakter motor konsep baru yang dia akui tidak dia kenal lagi. Di awal musim ini, dia pun bersiap menghadapi siklus frustasi itu, dengan pola pikir bukan sebagai unggulan.
Namun, pendekatan Marquez untuk mendapatkan feeling pengendalikan tidak akan berubah. Dia akan tetap seperti dirinya yang dulu, mengambil risiko besar demi mengetahui limit pengendalian. Tanpa pendekatan itu, potensi RC213V tidak akan pernah terbaca, atau kelemahan yang perlu diperbaiki tidak akan muncul.
"Salah satu latihan mental yang saya lakukan ketika saya berlatih adalah mengukur risiko. Orang-orang yang mendampingi saya selalu harus mengatakan kepada saya 'Marc, hati-hati di sini', atau 'Marc, hati-hati di sana', itu sesuatu yang sangat saya latih dalam beberapa tahun terakhir ini, karena sangat sulit bagi saya untuk melihat risiko, dan kadang itu menjadi kekuatan dan di sisi lain, titik lemah," ungkap Marquez kepada GQ.
Performa Marquez musim ini masih menjadi tanda tanya. Jawaban baru akan terlihat dalam beberapa balapan awal musim ini yang akan bergulir pada 24-26 Maret di Portimao. Namun, para pebalap lain tetap menilai Marquez menjadi kandidat pesaing juara, apapun kondisi motornya, karena dia mampu melakukan perbedaan saat kondisi fisiknya sudah bugar. Jika Marquez meraih momen kebangkitan, persaingan juara MotoGP 2023 akan lebih memompa adrenalin.