Pemain andalan Indonesia bertumbangan di babak perempat final Indonesia Masters sehingga peluang meraih gelar juara hanya tersisa di nomor tunggal putra dan ganda putra.
Oleh
AGUNG SETYAHADI, STEPHANUS ARANDITO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peluang Indonesia meraih gelar juara di ajang Daihatsu Indonesia Masters terus menipis seiring dengan kekalahan para pemain andalan di babak perempat final, Jumat (27/1/2023). Saat ini, perebutan tiket ke final hanya menyisakan Jonatan Christie dan Chico Aura Dwi Wardoyo di tunggal putra serta ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Jonatan dan Chico berpeluang menciptakan final sesama Indonesia jika mampu tampil brilian dalam babak semifinal di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (28/1/2023). Jonatan Christie menjadi wakil pertama Indonesia yang lolos ke semifinal setelah mengalahkan tunggal putra India Lakshya Sen 15-21, 21-10, 21-13. Jojo, sapaan Jonatan, akan melawan wakil China, Shi Yuqi, yang sedang menanjak performanya, di babak empat besar.
Shi Yuqi menjadi lawan sesungguhnya bagi Jojo karena dia melewati laga sulit sejak 32 besar. Dia melewati ujian melawan Kento Momota, Anthony Sinisuka Ginting, serta sesama China, Lu Guangzu. Meskipun peringkat dunianya sedang menurun, performa Shi Yuqi menunjukkan perbaikan di awal 2023.
Jojo pernah bertemu sembilan kali dengan Shi Yuqi dan unggul dalam catatan menang kalah, 5-4. Namun, rekor pertemuan bukan jaminan hasi akhir, apalagi saat ini Shi Yuqi dalam motivasi tinggi.
”Shi salah satu pemain terbaik juga. Karena pada beberapa kejuaraan dia tidak ikut, jadi peringkatnya turun cukup jauh. Namun, secara kualitas tidak bisa dibohongi, saya rasa besok akan main lebih keras,” ujar Jojo.
Jika Jojo mampu menunjukkan permainan terbaiknya, dengan kombinasi reli, memanfaatkan lebar lapangan, serta smes menyilang saat melawan Shi Yuqi, tiket final akan lebih mudah diraih. Laga ini juga akan menjadi ujian stamina karena Shi Yuqi dalam tiga pertandingan sebelumnya memaksa lawan bermain dalam tempo cepat untuk meraih kemenangan, seluruhnya dalam dalam dua gim.
Jika Jojo mampu melewati Shi Yuqi, peluang tercipta final tunggal putra sesama Indonesia pun terbuka. Syaratnya, Chico mempertahankan performanya saat melawan Angus Ng Ka Long. Tunggal putra Hong Kong ini menunjukkan kelasnya dengan mengalahkan wakil Jepang, Kenta Tsuneyama, melalui pertarungan sengit, 21-19, 21-19.
Chico melaju ke semifinal setelah mengalahkan pemain Kanada, Brian Yang, 21-16, 21-16. Kemenangan ini diraih karena dia mampu bermain tenang untuk memaksakan ritme permainan. Chico mengakui, dia bisa bermain tenang karena sebelum main selalu menelepon orangtuanya dan ada dukungan suporter yang memadati Istora Senayan.
Terkait dengan pertandingan di semifinal, Chico berusaha tetap fokus tanpa memikirkan peluang mencapai final. ”Saya hanya ingin fokus dan enjoy menikmati babak per babak. Apalagi dengan penonton yang sangat mendukung, jadi ingin terus menunjukkan yang terbaik,” ungkapnya.
”Pasti semuanya 50:50,” pungkas Chico terkait peluang ke final.
Peluang untuk meraih gelar juga masih terbuka di nomor ganda putra, dengan lolosnya Leo/Daniel ke semifinal setelah mengalahkan Keiichiro Matsui/Yoshinori Takeuchi 21-13, 21-11. Pasangan muda itu sebenarnya tidak ditargetkan mencapai final, tetapi mereka justru bisa bermain apik. Mereka mengalahkan pasangan Korea Selatan, Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol, di babak pertama kemudian menyingkirkan senior mereka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, di babak kedua.
Karena pada beberapa kejuaraan dia tidak ikut, jadi peringkatnya turun cukup jauh. Namun, secara kualitas tidak bisa dibohongi.
Pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, menilai, peluang Leo/Daniel meraih juara akan besar jika mampu mengalahkan unggulan kedua asal Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, di semifinal. Ini menjadi ujian bagi Leo/Daniel melawan pasangan yang solid dan kini berada di peringkat keempat dunia.
”Saya sebenarnya berharap pasangan-pasangan muda yang lebih bisa menonjol, bisa mendukung pemain-pemain utama, tetapi baru Leo/Daniel yang bisa mencapai semifinal. Sejauh ini penampilan mereka cukup baik, khususnya Leo/Daniel, tetapi untuk yang lain masih banyak PR, harus banyak latihan, harus berlatih lebih keras lagi,” tegas Herry.
Cukup baik
”Target semifinal sudah cukup baik, tetapi saya mau lebih baik lagi, sampai final. Jadi, mungkin, menurut saya, kuncinya besok di semifinal. Kalau Leo/Daniel bisa mengatasi Hoki/Kobayashi, mungkin harapan bisa meraih gelar lebih ada, sekitar 52 persenlah,” canda Herry terkait peluang juara Leo/Daniel.
Ganda putra tidak bisa mengandalkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto karena juara Malaysia Terbuka 2023 itu kalah 21-11, 13-21, 23-25 dari ganda China, Liu Yuchen/Ou Xuanyi.
”Hasilnya belum yang terbaik, tetapi kami sudah coba semaksimal mungkin. Kami coba sampai poin-poin akhir, tetapi belum rezeki. Masih banyak poin yang harus kami perbaiki untuk menghadapi pertandingan berikutnya,” ungkap Rian.
Fajar/Rian mengakui lawannya bermain lebih baik, sedangkan mereka kurang tenang. Mereka juga tidak menjadikan faktor kelelahan fisik sebagai alasan.
”Pasti lelah, pasti ada. Namun, semua pemain juga merasakan karena mengikuti tiga turnamen. Itu tidak bisa dijadikan alasan. Yang pasti, hari ini mereka pada poin-poin terakhir bermain bagus, apalagi di poin-poin terakhir defense tidak bisa dimatikan, tetapi kami di poin-poin terakhir kurang sabar,” ujar Rian.
Kekalahan ini menjadi bahan evaluasi penting bagi Fajar/Rian untuk memperbaiki performa, yang akan sangat penting saat mulai penghitungan poin ke Olimpiade Tokyo 2024, mulai Mei. Motivasi menjadi lebih baik juga diungkapkan oleh ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang dikalahkan ganda Thailand Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai 16-21, 21-17, 21-18. Kekalahan dinilai oleh Apriyani menguak kekurangan baru yang perlu mereka perbaiki untuk menjadi lebih baik. ”Kita jadi tahu lagi di mana letak kekurangan kami. Kekalahan ini menjadi bahan evaluasi lain lagi,” ujarnya.
Mereka bertekad menjadi lebih baik lagi karena target utama adalah lolos ke Olimpiade Paris 2024. Turnamen yang mereka ikuti hingga Mei mendatang menjadi pembelajaran sebelum memburu poin menuju Olimpiade. Apriyani merupakan peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 yang berpasangan dengan Greysia Polii.
”Pasti kita tujuan ke situ (Olimpiade), maka hari ini di Indonesia Masters, sebelum ke kualifikasi Olimpiade, kami ada pembelajaran dengan lawan pasangan tertentu,” ungkap Apriyani.
”Kami terus belajar memperbaiki diri dan di sini kita juga harus memiliki mental seorang juara. Jadi bukan hanya saat kami juara, tetapi juga pada saat kami mengalami kekalahan bagaimana kami menerima itu. Terima kasih atas dukungan masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong datang mendukung kami, dari pagi sampai malam terus mendukung kami,” tegas Apriyani.