Ketika Penonton di Istora Dihibur Gregoria dan Putri
Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani tampil bersamaan pada babak kedua Indonesia Masters di Istora, Jakarta, Kamis ini. Penonton terhibur, meskipun hasil yang didapat kedua pemain itu ternyata berbeda.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Momen langka terjadi di Istora, Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (26/1/2023). Penonton turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Terbuka 2023 dihibur dan menaruh asa pada dua pemain tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani.
Kedua pemain itu tampil bersamaan pada babak kedua turnamen yang berlevel BWF World Tour Super 500 itu dengan hasil berbeda. Putri kalah dari unggulan kedua asal Korea Selatan, An Se-young, 21-18, 7-21, 10-21, sementara Gregoria menang atas He Bing Jiao (China/4), 21-19, 21-17.
Putri masuk lapangan terlebih dulu untuk bertanding di lapangan 2. Laga tersebut menjadi pertemuan keempat setelah pemain yang sama-sama berusia 20 tahun itu tiga kali bersaing pada 2016-2018 di era yunior. Dari tiga pertemuan tersebut, Putri selalu kalah dari An. Maka, tak heran jika dia penasaran untuk berjumpa lagi dengan teman seangkatan yang prestasinya melejit lebih cepat darinya.
An adalah tunggal putri peringkat kedua dunia yang telah meraih sepuluh gelar juara BWF World Tour, di antaranya dari Indonesia Terbuka Super 1000 dan Final BWF pada 2021. An, yang lima bulan lebih tua dari Putri, juga menjadi semifinalis Kejuaraan Dunia 2022.
Adapun perjalanan Putri, setelah naik level dari kategori yunior, ternyata lebih lambat. Hasil terbaiknya dari BWF World Tour adalah ketika menjuarai Spanyol Masters Super 300 pada 2021. Saat ini, Putri berada pada peringkat ke-44 dunia.
Meski memiliki rentang jauh dalam prestasi, Putri sempat memberi harapan pada penggemar bulu tangis Indonesia. Atlet yang baru lulus dari sekolah polisi wanita itu bisa bermain ketat melawan An pada gim pertama. Selisih skor terjauh adalah tiga angka. Putri unggul saat jeda gim pembuka itu, dengan skor 11-9, tetapi berbalik tertinggal menjadi 16-18.
Ketika jantung penonton dibuat dag-dig-dug oleh laga Putri melawan An, Gregoria memasuki lapangan tengah, yaitu Lapangan 1. Gregoria tertinggal 1-3 dari empat pertemuan lain, tetapi satu kemenangannya didapat dari pertemuan terakhir pada babak pertama Malaysia Terbuka di Kuala Lumpur, dua pekan lalu.
Menjadi motivasi
Selain kemenangan itu, Gregoria membawa bekal performa yang meningkat menjelang akhir 2022. Dia mencapai semifinal Hylo Terbuka Super 300 di Jerman dan final Australia Terbuka Super 300, serta lolos ke Final BWF. Performa seniornya itu menjadi motivasi bagi Putri untuk membangkitkan prestasi tunggal putri Indonesia yang tak lagi punya bintang dalam dua dekade terakhir. Nomor ini menjadi nomor yang sulit bangkit setelah Indonesia memiliki “ratu” bulu tangkis dunia, Susy Susanti, pada era 1990-an.
Saya akan menjalani perempat final pertama di Istora dengan lawan yang juga berat. Apalagi, pelatih Han sama seperti pelatih He. Jadi, dia pasti akan memberikan instruksi berdasarkan pertandingan tadi. Saya mohon dukungannya dari penonton. (Gregoria Tunjung)
Putri bisa mengimbangi An pada gim pertama. Dia bermain tanpa beban, bisa menyerang melalui smes, dan berani beradu pukulan net yang membuat kok bergulir tipis di jaring. Setelah tertinggal 16-18, Putri merebut lima poin beruntun untuk mememangi gim pertama, dua poin di antaranya dari smes.
Pada saat Putri mendapat arahan dari pelatih Herli Djaenuddin pada jeda antar gim, laga Gregoria melawan He juga mengalami jeda saat pemain Indonesia peringkat ke-14 dunia itu unggul 11-6. Gregoria mendapat arahan dari Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Maninaky. Istora pun riuh oleh tepuk tangan dan teriakan “Putri!” dan “Jorji!”, yang merupakan nama panggilan Gregoria. Perhatian penonton terbagi dua pada kedua pemain saat itu.
Perhatian itu berubah menjadi ke lapangan tengah, tempat Gregoria bersaing ketat dengan He pada gim pertama. Apalagi, performa Putri menurun pada gim kedua, seiring dengan berkembangnya penampilan An. Sejak unggul 7-2, An tak melakukan satu kesalahan pun dalam sepuluh perebutan angka secara beruntun. Skor berubah cepat menjadi 17-2.
Saat Putri kehilangan gim kedua dengan cepat, Gregoria masih berjuang keras untuk merebut gim pembuka. Dia gagal memanfaatkan game point pertama, pada skor 20-18, karena kok dari pukulan backhand-nya jatuh di luar garis lapangan bagian pinggir. Pemain berusia 23 tahun itu mendapat poin terakhir gim pembuka melalui adu drive.
Gim kedua Gregoria melawan He dan gim ketiga Putri melawan An dimulai pada waktu hampir bersamaan. Penonton bersorak lagi untuk Putri saat skor 3-0, sedangkan Gregoria tertinggal 0-5. Namun, ketika Putri tertinggal jauh, teriakan penyemangat lebih banyak diberikan pada Gregoria, apalagi ketika dia bisa berbalik unggul dari posisi tertinggal 12-16 menjadi 18-16. Kemenangan Gregoria akhirnya menjadi obat atas kekalahan Putri.
“Pada gim pertama, saya tidak berpikir menang atau kalah, yang penting bisa mengontrol permainan dia. Saya kejar bola ke mana pun. Pada dua gim berikutnya, saya kesulitan karena An sudah bisa mempelajari permainan saya. Saya kesulitan membalikkan permainan seperti gim pertama,” ujar Putri.
Pembelajaran
Bagi Putri, penampilan pada Indonesia Masters ini menjadi bagian dari pembelajaran bersaing pada turnamen BWF World Tour untuk melawan pemain-pemain top dunia. Pada babak pertama, pemain yang harus melewati fase kualifikasi tersebut mengalahkan Aya Ohori (Jepang), 21-17, 23-25, 23-21, dalam waktu satu jam 28 menit.
Dia menyadari, masih banyak faktor yang harus diperbaiki, terutama ketangguhan mental untuk bisa bersaing dengan pemain bintang. “Melawan mereka yang kualitas permainannya bagus, saya tidak boleh putus asa saat tertinggal. Selama ini, saya masih merasa tegang ketika tertinggal poin. Seharusnya bisa lebih tenang,” tuturnya.
Sementara Gregoria tidak terbebani kemenangan di Malaysia Terbuka ketika berhadapan kembali dengan He. Dia pun lega bisa memenangi pertandingan atas pemain kidal tersebut dan harus bersiap melawan pemain China lainnya, yaitu Han Yue, pada baba perempat final. Han mengalahkan Saina Nehwal (India), 21-15, 21-7, pada babak kedua.
“Saya akan menjalani perempat final pertama di Istora dengan lawan yang juga berat. Apalagi, pelatih Han sama seperti pelatih He. Jadi, dia pasti akan memberikan instruksi berdasarkan pertandingan tadi. Saya mohon dukungannya dari penonton,” tutur Gregoria.