Jalan Keluar Krisis ”Si Merah”
Performa buruk di Liga Inggris memaksa Liverpool perlu mengalihkan fokus mengejar trofi di kompetisi domestik lain. Piala FA bisa menjadi pelipur bagi krisis terburuk ”Si Merah” di era Juergen Klopp.
LIVERPOOL, JUMAT — Liverpool memasuki masa krisis terburuk dalam tujuh tahun kepemimpinan Manajer Juergen Klopp. Laga putaran ketiga Piala FA melawan Wolverhampton Wanderers, Minggu (8/1/2023) pukul 03.00 WIB, bisa menentukan sejauh mana ”Si Merah” tenggelam dalam periode kelam itu.
Tidak ada hal yang patut dibanggakan dari penampilan Liverpool musim ini. Mereka memang masih berada di peringkat keenam, yang tetap bisa bersaing untuk memperebutkan jatah Liga Champions musim depan. Namun, sejumlah catatan statistik buruk, baik tim maupun individu, tercipta hingga pertengahan musim 2022-2023.
Liverpool telah menelan lima kekalahan di kompetisi domestik ketika baru menjalani 17 laga. Musim lalu, mereka hanya dua kali gagal meraup poin dari 38 duel Liga Inggris.
Baca juga: Petaka Pertahanan Rapuh Liverpool
Jumlah kekalahan itu tidak lepas dari memburuknya performa lini belakang. Kehadiran Virgil van Dijk tidak lagi menjadi momok yang menakutkan lawan ”Si Merah”. Alhasil, Liverpool mencatatkan rerata 1,29 kebobolan per laga. Jumlah itu adalah angka kemasukan tertinggi sejak Klopp menjalani musim penuh perdananya memimpin di Stadion Anfield pada musim 2016-2017.
Pemain belakang Liverpool juga seakan tidak berdaya meredam serangan lawan. Mereka rerata menghadapi 4,6 tembakan yang mengarah ke gawang sendiri tiap laga. Angka itu melonjak drastis dibandingkan 2,92 tembakan tepat sasaran per laga yang dihadapi Alisson Becker musim lalu.
”Banyak kekacauan yang kami ciptakan dalam situasi bertahan di musim ini. Kami perlu membenahi itu, terutama untuk menghadapi bola mati dan serangan melalui operan langsung lawan,” ujar Klopp dilansir laman klub, Jumat (6/1/2023).
Tak hanya lini belakang, penampilan lini depan juga menurun signifikan. Penyerang Liverpool terbukti yang paling mubazir menyia-nyiakan peluang di Liga Inggris. Mereka hanya bisa mencetak rata-rata 0,94 peluang besar (big chances) per laga. Nilai itu juga angka terburuk di era Klopp.
Baca juga: Bakat dan Beban Mental Nunez Saling Berpacu
Dua penyerang Liverpool, Darwin Nunez dan Mohamed Salah, adalah duo pemain yang paling banyak menyia-nyiakan peluang di Liga Inggris. Nunez melewatkan 15 peluang, sedangkan Salah gagal menaklukan kiper lawan dalam 12 peluang.
Di tengah kondisi itu, Klopp memiliki harapan baru untuk memperbaiki ketajaman skuad di laga melawan Wolverhampton. Hal itu disandarkan pada kehadiran penyerang baru, Cody Gakpo, yang telah merampungkan keperluan administrasi sehingga sudah bisa membela Liverpool di laga resmi.
Gakpo, yang datang ke Inggris dengan bekal 55 gol dan 50 asis untuk PSV Eindhoven, bisa menjadi alternatif bagi kelahiran gol Liverpool di paruh kedua musim ini. Peran Gakpo akan krusial seiring badai cedera yang menimpa tiga pemain depan, yakni Luis Diaz, Diogo Jota, dan Roberto Firmino.
”Gegenpressing” pudar
Secara umum, penampilan gegenpressing ala Klopp juga telah memudar musim ini. Permainan cemerlang Liverpool untuk menekan lawan di sepertiga akhir zona pertahanan lawan tidak lagi terlihat. Hal itu terbukti karena Liverpool rerata hanya 4,53 kali mendapatkan kembali penguasaan bola di zona akhir pertahanan lawan pada setiap laga. Musim lalu, ”Si Merah” memenangi 7,55 kali penguasaan bola di zona akhir pertahanan lawan.
Banyak kekacauan yang kami ciptakan dalam situasi bertahan di musim ini. Kami perlu membenahi itu.
Peningkatan justru dicatat Liverpool pada statistik mendapatkan penguasaan bola ketika pemain lawan mendekati kotak penalti mereka, yakni 28,18 kali di sepertiga akhir zona pertahanan sendiri.
Hal itu tak lepas dari permainan menekan Liverpool yang lebih mundur dibandingkan musim sebelumnya.
Menurut data Sky Sports, tekanan mereka rata-rata baru dimulai pada 42,3 meter dari gawang sendiri. Angka itu mundur lebih dari tiga meter dibandingkan rata-rata garis pertahanan tinggi yang dilakukan 45,47 meter dari gawang pada musim lalu.
Klopp mengakui banyak hal perlu dibenahi timnya. Ia ingin skuadnya memberikan respons positif melawan Wolves pada laga perdana mereka di Piala FA 2022-2023, setelah tumbang dari Brentford, Selasa (3/1/2023).
Baca juga: Fleksibilitas Gakpo Memperkaya Kamuflase Liverpool
”Kami kehilangan banyak pemain penting saat ini sehingga terpaksa melakukan sejumlah perubahan dan penyesuaian. Tetapi, saya tekankan kepada anak-anak, apa yang mereka tunjukkan selama ini belum cukup baik untuk konsisten menang,” ucap juru taktik asal Jerman itu.
Kondisi berbeda dialami Wolves setelah kedatangan manajer baru, Julen Lopetegui. Meski masih berada di peringkat ke-19 Liga Inggris, Lopetegui memberikan perubahan positif bagi ”Si Serigala”.
Sejak jeda Piala Dunia 2022, Wolves telah memastikan tempat di babak delapan besar Piala Liga Inggris, serta mengemas empat poin dari tiga laga Liga Inggris. Lopetegui mengakhiri rentetan lima kekalahan beruntun Wolves dalam debut di Liga Inggris berkat menumbangkan Everton, 2-1, pada laga boxing day.
Matheus Nunes, gelandang Wolves, menuturkan, Lopetegui secara perlahan telah menyuntikkan rasa percaya diri kepada semua pemain ”Si Serigala”. Hal itu penting untuk mengeluarkan kualitas yang sesungguhnya dari skuad Wolves.
”Selama ini kami gagal menunjukkan kualitas yang sejatinya kami miliki secara individu dan tim. Saya pikir segalanya akan membaik di paruh kedua musim ini,” ujar Nunes seperti dikutip laman klub.
Baca juga: Waspada Gertakan Si Serigala
Ia pun bertekad membantu Wolves untuk membawa pulang hasil positif dari Anfield. Selain berambisi keluar dari zona merah, Wolves juga ingin melangkah sejauh mungkin di Piala FA dan Piala Liga Inggris. (AFP)