Permainan Belum Meyakinkan, Suporter Tetap Yakin Indonesia Bisa Juara
Suporter menyoroti buruknya penyelesaian akhir dan belum meyakinkannya penampilan Indonesia di Piala AFF 2022. Namun, mereka berharap dan yakin tim "Garuda" bisa juara.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Suporter tim nasional Indonesia optimistis skuad "Garuda" bisa memberikan gelar juara Piala AFF 2022. Meski permainan Indonesia belum meyakinkan, mereka tetap percaya terhadap pelatih Shin Tae-yong bisa membangun timnas yang kuat untuk jangka panjang.
Mereka tanpa henti bernyanyi memberikan dukungan saat nonton bareng di suatu kafe di Pasar Rebo, Jakarta, saat Fakhrudin dan kawan-kawan bermain jauh melawan Filipina di Stadion Memorial Rizal, Manila, Senin (2/1/2023).
Spanduk La Grande Indonesia dan Curva North 45 dibentangkan menghadap ke layar proyektor. Di balik spanduk itu, puluhan suporter berbaju serba hitam berdiri sepanjang laga seraya bernyanyi dengan diiringi dentuman bass drum.
Selama 90 menit pertandingan, mereka bernyanyi berbagai macam chant dukungan untuk Garuda seraya dipandu satu orang dirigen dengan pengeras suara.
"Kami dari 2011 berdiri selalu ingin Indonesia juara. Sudah enam kali final, masa tahun ini tidak juara lagi. Jadi, wajib juara tahun ini," kata Fatur, salah satu anggota La Grande Indonesia.
Namun, dia tak menyangkal bahwa kekuatan Indonesia masih belum sempurna pada Piala AFF edisi ke-14 ini. Minimnya penyerang lokal yang moncer di BRI Liga 1 juga belum bisa melahirkan kembali sosok seperti Boaz Solossa, Bambang Pamungkas, atau Kurniawan Dwi Yulianto baru, pada skuad Garuda saat ini.
Artinya, beban target juara ini bukan hanya untuk coach STY, tetapi juga bagi federasi dalam pengelolaan liga dan regulasi pembinaan pemain muda kita.
Hal itu pula yang membuat Shin Tae-yong masih mengandalkan pemain naturalisasi, Ilija Spasojevic, yang sudah tak muda lagi sebagai ujung tombak. Dua penyerang lain, Dendy Sulistyawan dan Muhammad Rafli, juga belum menunjukkan performa yang menjanjikan di lini depan.
"Menurut saya sih butuh tiga sampai lima tahun lagi untuk solid lini depan Indonesia, apalagi liga sempat terhenti akibat Tragedi Kanjuruhan. Jadi, cukup sulit mencari materi pemain, khususnya pemain lokal," tuturnya.
Meski Indonesia menang 2-1 atas Filipina, para suporter tetap kecewa melihat lini depan Indonesia yang banyak membuang peluang. Salah satu momen yang membuat suporter mengumpat adalah saat Ricky Kambuaya dalam kondisi dua lawan satu memilih menggiring bola daripada memberikan bola kepada Spasojevic yang berdiri bebas, tanpa terkawal pemain lawan.
Presiden La Grande Indonesia Unggul Indra menambahkan, minimnya materi penyerang lokal yang berkualitas ini disebabkan oleh tata kelola liga yang kurang baik. Sebab, hampir semua klub Liga 1 mengandalkan penyerang asing atau naturalisasi.
"Artinya, beban target juara ini bukan hanya untuk coach STY, tetapi juga bagi federasi dalam pengelolaan liga dan regulasi pembinaan pemain muda kita," kata Unggul.
Penyelesaian akhir lini depan skuad Garuda menjadi sorotan sepanjang babak penyisihan grup, termasuk bagi pelatih Shin Tae-yong. Suporter berharap, masalah lini depan Indonesia ini bisa diperbaiki saat semifinal hingga melaju ke final dan menjadi juara.
Usut tuntas
Di sisi lain, kembalinya riuh suporter ke tribune stadion dalam dua laga kandang Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno bukan menandakan mereka sudah melupakan Tragedi Kanjuruhan. Mereka tetap berduka dan terus mendesak pemerintah untuk cepat mengusut tuntas peristiwa yang menelan korban 135 jiwa tersebut.
"Tragedi Kanjuruhan masih menjadi isu yang La Grande Indonesia perjuangkan proses hukumnya. Kami akan selalu memberikan pesan di tribune ketika di pertandingan timnas," ucap Unggul.
Saat di tribune, mereka juga terus menyanyikan lagu "Salam Satu Jiwa" sebagai bentuk solidaritas untuk Aremania yang masih berduka sampai hari ini. Bagi mereka, saat mendukung timnas, tidak boleh ada satupun yang membawa atribut klub. Hanya "Merah Putih" yang diperbolehkan.
"Dari awal, sudah kami wanti-wanti, kalau dukung timnas ya Merah Putih. Tidak ada itu bawa-bawa klub," ucapnya.
Peristiwa anarkis suporter yang menyerang bus timnas Thailand pada laga kandang kedua di SUGBK, Kamis (29/12/2022) juga cukup membuat geram masyarakat di tengah upaya desakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan. LGI juga menyayangkan kejadi tersebut. Namun, menurut mereka, mengatur banyak orang saat merayakan sepak bola memang sulit. Sehingga, perlu kedewasaan pribadi untuk menjadi suporter sebelum berangkat ke stadion.
LGI berharap Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) tidak memberikan sanksi yang berat kepada Indonesia, apalagi jika diberikan sanksi pertandingan tanpa penonton. Sebab, laga semifinal dan final akan digelar dengan format kandang dan tandang. Dukungan langsung dari pemain ke-12 sangat dibutuhkan oleh skuad Garuda saat ini.
"Semoga hukumannya hanya berupa denda uang, bukan berupa larangan pertandingan tanpa penonton," tuturnya.
Dalam laga Indonesia melawan Filipina, skuad ”Garuda” harus puas menang tipis 2-1 sehingga lolos ke semifinal sebagai runner-up grup dan bersiap menghadapi juara Grup B. Gol Indonesia dicetak oleh Dendy Sulistyawan (21') dan Marselino Ferdinan (43').
Setelah gol kedua, berkali-kali, pemain depan tim ”Merah-Putih” menyia-nyiakan kesempatan secara individu maupun tim. Stamina pemain Indonesia pun terkuras saat memasuki menit ke-80. Sebaliknya, Filipina justru lebih segar selepas masuk sejumlah pemain baru berhasil mencetak gol pada menit ke-83 melalui penyerang pengganti Filipina, Sebastian Rasmussen.
Di semifinal, Indonesia akan berjumpa juara Grup B antara Vietnam, Singapura, atau Malaysia. Indonesia bakal bertindak sebagai tuan rumah laga semifinal pertama di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (6/1/2023) dan menjalani laga tandang, Senin (9/1/2023).