Mengatur banyak orang yang memiliki berbagai cara merayakan sepak bola memang sulit sehingga perlu kesadaran pribadi untuk menjadi suporter dewasa sebelum berangkat ke stadion.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Dukungan penonton saat tuan rumah timnas Indonesia menjamu Thailand dalam pertandingan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (29/12/2022). Pertandingan berakhir seri, 1-1.
JAKARTA, KOMPAS – Kedewasaan setiap pribadi suporter Indonesia sangat dituntut demi menciptakan kembali pertandingan sepak bola yang aman dan nyaman bagi semua. Sebanyak 135 jiwa yang meninggal saat Tragedi Kanjuruhan seharusnya menjadi pembelajaran besar bagi semua pihak yang mengaku cinta sepak bola Tanah Air.
Sebelum pertandingan timnas Indonesia melawan Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (29/12/2022), bus yang ditumpangi skuad ”Gajah Perang” dicegat oleh puluhan suporter Indonesia yang kebanyakan berkaus hitam.
Mereka memukul bus dengan tangan kosong, mengacungkan jari tengah, dan mengumpat ke arah bus. Ironisnya, mereka melakukan hal itu sembari menyanyikan lagu ”Indonesia Pusaka”.
Salah satu kaca bagian samping kiri bus sampai retak diduga terkena lemparan dari suporter Indonesia. Tidak ada pengawalan ketat terhadap bus tersebut oleh petugas pengamanan saat peristiwa itu. Mereka terpaksa berjalan pelan menuju stadion karena terhalang suporter.
Saat pertandingan, suporter di dalam stadion juga terus mengintimidasi beberapa suporter Thailand yang hadir dengan teriakan dan acungan jari tengah. Salah satu suporter Indonesia sampai mencopot bendera Thailand di tribune.
Tak hanya mengintimidasi tim dan suporter lawan, suporter Indonesia juga sangat sulit mengikuti aturan walau pertandingan digelar di stadion nomor satu di Indonesia. Mereka masih memanjat dinding, berpindah tribune, menginjak kursi, bahkan naik ke atas pengeras suara di tribune. Yel-yel penuh makian yang tidak ramah anak juga masih terdengar lantang dari mulut mereka.
STEPHANUS ARANDITIO
Tangkapan layar akun Twitter @luisviegasfoot milik asisten pelatih timnas Thailand, Luis Viegas, yang mengabarkan bahwa bus timnas Thailand diserang oleh suporter Indonesia sebelum pertandingan Piala AFF di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (29/12/2022).
Presiden kelompok suporter La Grande Indonesia, Unggul Indra, mengakui bahwa memang sulit mengatur banyak orang ketika pertandingan sepak bola. Kelompok yang biasa mendukung dari tribune utara ini mengaku sudah sering saling mengingatkan agar menjaga perilaku saat mendukung Indonesia, tetapi tetap saja ada satu dua orang yang berbuat ulah. Namun, dia memastikan pelaku pelempar bus tim Thailand bukan dari kelompok La Grande Indonesia.
”Memang tidak mudah mengatur massa cair seperti itu. Kalau kami sudah sering mengingatkan saling jaga satu sama lain. Jadi, kembali lagi ke pribadi orang masing-masing. Mereka punya cara masing-masing untuk mendukung sepak bola, ada yang berlebihan, ada yang tertib,” tutur Unggul.
Pelatih Thailand Alexandre Polking menyebutkan, pihaknya akan mempertimbangkan untuk membuat laporan atas kejadian ini ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) agar Indonesia dikenai sanksi. Menurut pelatih asal Jerman itu, pemangku kepentingan sepak bola Indonesia seharusnya bisa mengantisipasi suporter yang sulit diatur.
Pemerintah Indonesia atau siapa pun kalian harus mengorganisasi ini dengan lebih baik. Saya jamin, kalian akan dijamu dengan baik ketika datang ke Thailand.
”Pemerintah Indonesia atau siapa pun kalian harus mengorganisasi ini dengan lebih baik. Saya jamin, kalian akan dijamu dengan baik ketika datang ke Thailand,” kata Polking setelah pertandingan.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Penonton membentangkan spanduk yang mengkritisi penanganan kasus Kanjuruhan saat timnas Indonesia menjamu Kamboja dalam pertandingan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (23/12/2022). Indonesia unggul 2-1 melalui gol yang dicetak Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman.
Menilik ke belakang, Vietnam pernah dijatuhi sanksi oleh AFC sebesar 38.000 dollar AS atau sekitar Rp 511 juta atas peristiwa yang sama pada ajang Piala AFF 2016. Saat itu, bus timnas Indonesia dilempar dengan batu oleh suporter Vietnam saat perjalanan pulang menuju hotel dari laga leg kedua semifinal di Stadion My Dinh, Hanoi.
Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro juga menyesalkan kejadian ini. Suporter dinilai tidak dewasa dalam menghadapi rivalitas sepak bola. Di sisi lain, PSTI menyebutkan, edukasi terhadap suporter hingga ke akar rumput dan proses transformasi sepak bola Indonesia belum berjalan.
”Padahal, kita telah memiliki undang-undang keolahragaan yang di dalamnya juga mengatur tentang suporter. Untuk itu, saya mendesak Menpora agar segera membuat aturan turunan, hingga bisa memaksa seluruh pemangku kepentingan melakukan edukasi,” tutur Indro.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Kelompok suporter Ultras Garuda yang turun ke lapangan seusai insiden dengan petugas keamanan di salah satu tribune belakang gawang Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, saat laga Piala AFF 2022 antara Indonesia dan Kamboja, Jumat (23/12/2022). Laga itu menjadi pertandingan pertama di Indonesia yang dihadiri penonton setelah Tragedi Kanjuruhan. Sempat terjadi insiden antara suporter Ultras Garuda dan petugas keamanan tak lama setelah babak kedua dimulai.
PSTI khawatir, jika transformasi sepak bola tidak segera dilakukan, hal-hal seperti ini akan terulang saat pelaksanaan turnamen yang lebih besar, seperti Piala Dunia U20 pada Juni mendatang.
Peneliti budaya suporter sepak bola Fajar Junaedi menjelaskan, tingkah suporter ini bukan termasuk dalam perang mental atau psywar, melainkan sudah anarkistik. Psywar dalam olahraga profesional seharusnya tidak boleh menyinggung sentimen etnis, ras, agama, jender, dan ranah personal, apalagi kekerasan.
”Menyerang bus tim tamu yang datang, termasuk dengan menggedor-gedor bus, adalah perilaku agresif yang seharusnya tidak terjadi. Suporter harusnya belajar banyak dan mendalam dari Tragedi Kanjuruhan,” ucap Fajar.
PSSI minta maaf
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) meminta maaf kepada timnas Thailand atas perilaku suporter timnas Indonesia yang menyerang bus mereka sehingga kaca retak. Menurut Ketua Divisi Pembinaan Suporter PSSI Budiman Dalimunthe, pihaknya telah berkoordinasi dengan petugas kepolisian sebelum pertandingan.
”Mohon maaf untuk keterbatasan dalam pelaksanaan pertandingan Piala AFF antara Indonesia versus Thailand. Utamanya dengan insiden pelemparan benda ke bus tim Thailand menjelang memasuki stadion sebelum pertandingan,” kata Budiman.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Dukungan penonton saat tuan rumah timnas Indonesia menjamu Thailand dalam pertandingan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (29/12/2022). Pertandingan berakhir seri, 1-1.
Namun, PSSI merasa pengamanan yang diberikan kepada timnas Thailand sudah maksimal, termasuk sudah mengedukasi suporter melalui beberapa tokoh-tokoh suporter. Budiman menyayangkan hal tersebut masih dilakukan suporter, padahal PSSI menjadikan Piala AFF ini sebagai awal perubahan untuk menciptakan pertandingan sepak bola yang nyaman dan enak ditonton bagi semua. Dia berharap suporter dewasa dan fokus mendukung timnas Indonesia saja daripada melakukan hal-hal yang melanggar aturan.
”Semoga teman-teman suporter, ketua suporter, dan pendamping suporter timnas semakin bijak dalam mendukung dan mencegah hal-hal yang tidak diperkenankan," ucapnya.