Euforia AFF Jangan Sampai Lupakan Tragedi Kanjuruhan
Pengusutan kasus Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang itu dinilai berjalan mundur setelah Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita dibebaskan dari tahanan.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Ketua Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro mendorong masyarakat untuk tidak terlalu larut dalam euforia Piala Dunia dan Piala AFF 2022. Sebab, pengusutan kasus Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang itu dinilai berjalan mundur setelah Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita dibebaskan dari tahanan.
Akhmad dibebaskan karena masa tahanannya telah habis, sementara berkas perkaranya dikembalikan ke penyidik karena tidak terpenuhi unsur pasal yang disangkakan sehingga belum layak dilimpahkan ke tahap penuntutan. Indro menilai, hal ini sangat mengecewakan penggemar sepak bola tanah air.
"Tragedi Kanjuruhan harus tetap diingat, jangan terlena Piala Dunia dan Piala AFF. Ini momentum perbaikan sepak bola Indonesia, 135 nyawa ini tidak boleh dilupakan. Keadilan secara hukum harus diungkap dan keluarga korban harus diperhatikan, PSSI harus tanggung jawab," kata Indro.
Akhmad menjadi satu-satunya tersangka yang bebas karena berkas belum lengkap, sementara kelima berkas perkara yang sudah dinyatakan lengkap adalah berkas untuk tersangka Panitia Pelaksana Pertandingan (Panpel) Arema FC Abdul Haris dan Security Officer Arema FC Suko Sutrisno.
Kemudian, Kepala Bagian Operasional Polres Malang Komisaris Wahyu Setyo Pranoto, Kepala Satuan Samapta Polres Malang Ajun Komisaris Bambang Sidik Ahmad, dan Komandan Kompi 3 Satuan Brimob Polda Jatim Ajun Komisaris Hasdarman.
Tersangka Abdul Haris dan Suko Sutrisno disangkakan dengan Pasal 359 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan atau Pasal 360 KUHP dan atau Pasal 103 Ayat (1) juncto Pasal 52 UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Sementara tiga tersangka lain dikenai Pasal 359 KUHP dan atau Pasal 360 KUHP tentang kealpaan yang mengakibatkan orang lain terluka atau meninggal.
PSTI berharap Presiden Joko Widodo turun tangan lagi seperti saat membuat Tim Gabungan Independen Pencari Fakta, setelah proses hukum yang berjalan mundur tersebut. Menurut dia, tanggal 1 Oktober patut diperingati sebagai hari tragedi sepak bola di Indonesia.
Kemarin teman-teman ultras sudah membentangkan banyak spanduk soal Kanjuruhan, semoga terbaca oleh Presiden Jokowi.
"Kemarin teman-teman ultras sudah membentangkan banyak spanduk soal Kanjuruhan, semoga terbaca oleh Presiden Jokowi," ucapnya.
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Akmal Marhali menambahkan, polisi seharusnya membentuk tim khusus untuk mempercepat pengusutan kasus Tragedi Kanjuruhan. Bebasnya Akhmad, lanjut Akmal, adalah bukti ketidakseriusan Polri untuk mengusut tragedi sepak bola terbesar kedua di dunia ini.
"Kasus ini berjalan lamban, pemerintah perlu membentuk tim penyidik independen khusus agar segera bisa terselesaikan. Karena kalau tidak pakai tim khusus, sekarang mereka itu kesulitan penyidik menyidik temannya sendiri," kata Akmal.
Akmal menyebut, Presiden Jokowi seharusnya bisa memerintahkan Kapolri untuk membentuk tim khusus tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau Perppu. Sebab, sejak dua bulan pasca Tragedi Kanjuruhan, pengusutan kasus berjalan lamban atau bahkan mengalami kemunduran.
"Seharusnya cukup itu 60 hari itu untuk melengkapi berkas, 60 hari Pak Hadian Lukita itu ditahan sebagai tersangka tapi berkas tidak lengkap kan artinya tidak profesional penyidik ini bekerja," tuturnya.
Di sisi lain, Koordinator Save Our Soccer ini menyebut perlu perubahan pula dari para suporter agar semakin dewasa mengikuti aturan menonton sepak bola di Stadion. Dia melihat masih banyak suporter yang meneriakkan yel-yel berisi kata-kata kasar pada laga Indonesia versus Kamboja di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (23/12/2022). Ada pula suporter yang memanjat pagar dan berusaha masuk ke tengah lapangan.
Pada pertandingan pertama dengan penonton kemarin, Ultras Garuda juga terus meneriakkan yel-yel tuntutan atas Tragedi Kanjuruhan. Mereka membentangkan spanduk hitam bertuliskan "Mereka Bukan Meninggal Tapi Dibunuh" dan ”Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan”.
Selain itu, PSTI juga menyoroti sekelompok suporter yang menyatakan dukungannya terhadap Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochammad Iriawan alias Iwan Bule dan menolak rencana Kongres Luar Biasa PSSI. Menurut Indro, hal ini adalah upaya dari Iwan Bule untuk memecah belah suporter dan lepas dari tanggung jawabnya atas Tragedi Kanjuruhan.
"Mereka mungkin saja digerakkan, lucu kalau mereka mengatasnamakan Ultras Garuda di Malaysia. Pak Iwan Bule kan lagi di sana, ini gaya lama untuk memobilisasi. Wajar saja kalau mereka akhirnya bisa diperalat oleh Pak Iwan dan kroninya untuk mengembalikan kepercayaan dirinya yang terpuruk akibat Tragedi Kanjuruhan," ucapnya.
Kongres Luar Biasa PSSI yang berisi agenda pemilihan eksekutif komite mulai dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan anggota Komite Eksekutif telah dijadwalkan pada 16 Februari 2023 sesuai dengan arahan dari Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).