Indonesia harus bisa mengatasi kebuntuan ketika menghadapi lawan yang memakai taktik bertahan. Kemenangan tipis Indonesia atas Kamboja. 2-1, pada laga pertama jadi pelajaran penting.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
KUALA LUMPUR, MINGGU – Indonesia tidak sekadar dituntut meraih tiga poin tetapi juga menambah pundi-pundi gol saat menghadapi Brunei Darussalam dalam lanjutan penyisihan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/12/2022). Dalam laga sebelumnya, ketajaman penyerang skuad Garuda mengecewakan sehingga hanya menang 2-1 atas Kamboja. Hal itu sangat disayangkan karena selisih dan produktivitas gol menentukan peluang lolos ke semifinal.
Untuk laga nanti, kemungkinan besar ada rotasi pemain. Tetapi, kita tidak bisa langsung menilai kualitas penyerang yang tidak bisa mencetak gol kemarin, Spaso (Ilija Spasojevic) maupun Rafli (Muhammad Rafli). Sebab, kita baru bermain satu kali.
”Untuk laga nanti, kemungkinan besar ada rotasi pemain. Tetapi, kita tidak bisa langsung menilai kualitas penyerang yang tidak bisa mencetak gol kemarin, Spaso (Ilija Spasojevic) maupun Rafli (Muhammad Rafli). Sebab, kita baru bermain satu kali. Kami akan terus melihat perkembangan dalam laga-laga berikutnya. Kami yakin, jika ada peluang, para penyerang yang ada pasti bisa mencetak gol,” ujar pelatih Indonesia asal Korea Selatan Shin Tae-yong dalam konferensi pers yang disiarkan akun Instagram Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI), Minggu (25/12).
Ketika menjamu Kamboja di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (23/12), ujung tombak Indonesia tidak mampu menciptakan peluang emas untuk mencetak gol. Pada babak pertama, Rafli yang menjadi pemain mula jarang sekali mendapatkan bola dan mengancam pertahanan lawan.
Spasojevic yang menggantikan Rafli pada babak kedua pun tidak lebih baik. Penyerang naturalisasi asal Montenegro itu gagal mengimbangi pergerakan cepat para gelandang dan pemain sayap. Akhirnya, pemain berusia 35 tahun itu justru lebih banyak turun ke belakang untuk menjemput bola.
Kemenangan tipis 2-1 atas Kamboja membuat Indonesia bertengger di urutan ketiga dari lima tim Grup A. Jumlah poin tim Merah-Putih sama dengan Thailand di puncak klasemen dan Filipina di peringkat kedua. Hanya saja, Indonesia kalah selisih memasukkan dan kemasukan gol dari Thailand yang menang 5-0 atas Brunei dalam laga tandang, Selasa (20/12), serta Filipina yang kalah 2-3 dari Kamboja pada laga tandang, Selasa, dan menang 5-1 atas Brunei pada laga kandang, Jumat. Indonesia cuma lebih baik dari Kamboja di tempat keempat.
Dalam Piala AFF 2022, hanya tim urutan pertama dan kedua grup yang berhak melaju ke semifinal. Urutan klasemen grup ditentukan tiga kriteria utama, yakni jumlah poin terbanyak, selisih gol keseluruhan laga, dan tingkat produktivitas gol. Kalau ada dua atau lebih tim dengan catatan yang sama, peringkat klasemen ditentukan tiga kriteria lanjutan, yakni head to head antar tim bersangkutan, adu penalti antara tim yang bertemu pada laga terakhir grup, dan undian panitia.
Di atas kertas, kesempatan Indonesia menambah pundi-pundi gol hanya bersisa saat melawan Brunei. Sebab, dua laga berikutnya, skuad Garuda akan menghadapi tim yang jauh lebih kuat, yakni Thailand pada laga kandang, Kamis (29/12) dan Filipina dalam laga tandang, Senin (2/1/2023).
Shin juga menyadari Brunai adalah tim terlemah di Grup A. Selain karena faktor sejarah, tim berjuluk "Si Lebah" itu harus menjalani laga play-off untuk tampil di Piala AFF keduanya setelah terakhir 26 tahun silam pada edisi perdana ajang tersebut. Dalam play-off, mereka menang agregat 6-3 (6-2, 0-1) atas Timor Leste.
”Tetapi, kami tetap menghargai Brunei. Kami akan berusaha bermain dengan kekuatan terbaik. Kami tidak bisa sebutkan berapa jumlah target golnya, karena itu tidak menghargai lawan. Yang jelas, kami akan fokus bertanding sebaik mungkin,” terang Shin.
Batu sandungan
Brunei boleh jadi sulit untuk merebut poin atas Indonesia tetapi Negeri Petro Dollar itu sangat mungkin untuk menjadi batu sandungan tim Merah-Putih yang ingin mengejar produktivitas gol. Berkaca dari hasil kontra Thailand dan Filipina, Brunei menerapkan strategi 4-4-2 yang pragmatis.
Brunai tidak ada pilihan selain menumpuk pemain di belakang guna meminimalisir jumlah kebobolan. Namun, mereka tak kuasa dengan kreativitas Thailand yang membukukan gol dari umpan-umpan sayap dan tendangan luar kotak penalti, serta Filipina yang lugas mengoptimalkan kecepatan dan tembakan keras setiap ada celah.
Sementara itu, kreativitas menjadi kelemahan Indonesia ketika bersua Kamboja. Mereka kesulitan menembus pertahanan Kamboja yang melakukan parkir bus. Bola lebih banyak berputar dari tengah ke sayap dan sebaliknya. Situasi kian sulit karena pemain-pemain "Garuda" kurang berani melepaskan tendangan spekulasi dan penyelesaian akhir buruk tatkala mendapatkan peluang.
Di sisi lain, transisi menyerang ke bertahan dua bek sayap Indonesia cenderung lambat sehingga menjadi lubang yang menyebabkan Kamboja bisa mencuri gol. Bukan tak mungkin, Brunei pun bisa mengoptimalkan celah itu seperti yang mereka lakukan ke gawang Filipina.
”Untuk melawan Brunei, yang paling penting adalah tidak meremehkan mereka. Brunai pasti punya motivasi lebih (usai kalah beruntun). Kami mesti bertanding dengan baik, bekerja keras, dan menjalani semua instruksi yang sudah direncanakan pelatih,” ungkap gelandang Indonesia Rachmat Irianto.
Pelatih Brunei asal Spanyol Mario Rivera dilansir dari akun Facebook Federasi Sepak Bola Brunei (FABD), Minggu, menyadari Brunei belum mampu berbuat banyak pada Piala AFF kali ini. Sebab, Brunei telah 26 tahun absen dari turnamen sepak bola terbesar antar negara Asia Tenggara tersebut.
Brunei juga tidak memiliki liga nasional dalam tiga tahun terakhir. Secara fisik, para pemain mereka belum bisa bermain dengan intensitas tinggi selama 90 menit. Kondisi semakin berat karena empat pertandingan yang ada berlangsung 10 hari, dengan dua laga kandang di tempat netral dan dua laga tandang.
Rivera yang baru 3,5 bulan menukangi Brunei atau sejak 20 September lalu menilai, Brunei butuh 20-30 tahun lagi untuk bisa berbicara pada level Asia Tenggara. Untuk itu, target utama Brunei saat ini adalah bermain sebaik mungkin di setiap laga. ”Target kami adalah menjadi lebih baik setiap pertandingan menghadapi negara-negara dengan sepak bola yang sudah jauh lebih berkembang, memiliki liga profesional yang eksis bertahun-tahun, dan banyak pemain naturalisasi,” tutur Rivera.