Indonesia memulai kiprahnya di Piala AFF 2022 dengan membekap Kamboja, 2-1. Taktik bunglon ala Shin Tae-yong tampak efektif kendati masih ada kekurangan yang harus dibenahi tim ”Garuda”.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia mengatasi perlawanan Kamboja dengan kemenangan 2-1 pada laga penyisihan Grup A Piala AFF 2022 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (23/12/2022). Kemenangan itu adalah buah taktik ”bunglon” pelatih Shin Tae-yong yang seakan meniru kekuatan Kamboja. Ia mengeksploitasi sisi sayap yang menjadi keunggulan Kamboja.
Berkat taktik itu, Indonesia unggul lebih dulu pada menit ke-7 lewat penyerang Egy Maulana Vikri. Striker klub Zlate Moravce itu mencetak gol seusai menerima umpan Pratama Arhan dari sektor sayap.
”Kami senang bisa menang. Laga pertama selalu sulit. Laga berikutnya, melawan Brunei (Darussalam), saya hanya ingin fokus membangun tim ini menjadi lebih baik lagi,” ujar Shin.
Strategi yang digunakan Shin itu mirip dengan yang dilakukan Kamboja saat menang 3-2 atas Filipina, Selasa lalu. Ketika itu, tim ”Kesatria Angkor” menunjukkan kepiawaiannya dalam memanfaatkan lebar lapangan lewat umpan-umpan silang yang akurat.
Yeu Muslim dan Seut Baraing menjadi otak dari serangan sisi sayap Kamboja. Kedua pemain itu saling bergantian menusuk dari sektor sayap dan melepaskan umpan terukur. Seperti dugaan Shin, Pelatih Kamboja Ryu Hirose kembali menerapkan strategi serupa. Ryu memainkan pola 3-4-3, tetapi tidak menurunkan Muslim sejak menit awal, kemarin. Ia lebih memilih memainkan Sareth Krya.
Pilihan itu terbukti manjur lantaran Krya, lewat sundulannya, mampu mencetak gol penyeimbang pada menit ke-15. Gol itu juga didesain dari sektor sayap dan umpan silang yang menjadi keunggulan Kamboja.
Untuk meredam serangan Kamboja yang cenderung dibangun dari sektor sayap, Shin mengerahkan empat bek dalam formasi 4-1-2-3. Dua bek sayap, Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan, bertugas mengimbangi kecepatan para penyerang sayap Kamboja. Dengan menempatkan Asnawi dan Arhan, Shin juga ingin memenangkan pertarungan jumlah pemain di sisi sayap.
Kami merasa kesal juga karena banyak peluang yang sia-sia. Hal itu menjadi koreksi dan evaluasi bagi pemain agar kami bisa lebih baik lagi ke depan. (Egy M Vikri)
Namun, pilihan taktik ini sempat gagal saat Krya bisa mendobrak pertahanan Indonesia. Gol Krya tercipta karena keterlambatan Arhan menutup ruang di sisi kiri pertahanan Indonesia. Pada babak kedua, Shin melakukan perubahan.
Pelatih asal Korea Selatan itu mengganti Arhan dan Asnawi dengan Edo Febriansyah dan Yakob Sayuri di babak kedua. Sayuri, yang lincah, bisa menutup ruang dan mengantisipasi kecepatan pemain sayap Kamboja. Pemain PSM Makassar itu juga beberapa kali menggagalkan sentuhan satu-dua pemain Kamboja di sisi sayap dan secepat kilat membangun serangan balik dari sana.
Indonesia lantas unggul kembali berkat gol Witan Sulaeman pada menit ke-35. Gol tersebut juga lahir dari sisi sayap yang dimulai dengan manuver gelandang energik, Marselino Ferdinan. Setelah mampu melewati adangan pemain lawan, Marselino mengirim umpan silang yang disontek Witan.
Gol Witan seakan menegaskan Indonesia jauh lebih unggul dari Kamboja dalam permainan melebar. Dengan dibela pemain-pemain berkecepatan tinggi, Indonesia bisa mencuri dua gol. Kamboja pada akhirnya dipaksa menelan kekalahan melalui strategi yang mereka andalkan.
Kurangnya efektivitas
Meskipun menang, tim ”Garuda” masih memiliki kelemahan, yaitu kurangnya efisiensi di depan gawang. Statistik menunjukkan, Indonesia membuat delapan tendangan tepat sasaran, tetapi hanya dua di antaranya yang berbuah gol. Shin pun mengakui, timnya membuang banyak peluang gol.
Indonesia setidaknya punya dua peluang emas menambah gol, yaitu dari Egy pada babak pertama dan Witan pada awal babak kedua. Egi, yang tinggal berhadapan dengan kiper Kamboja, justru kehilangan bola saat berlari. Dalam situasi yang mirip, bola tembakan Witan melenceng tipis dari sasaran.
Dendy Sulistyawan, yang masuk pada menit ke-81, juga sempat mendapatkan kans emas saat menerima umpan terobosan. Namun, sepakannya lemah. Bola mengarah tepat ke kiper, sehingga mudah diantisipasi.
Kelemahan seperti itu pantang muncul di laga-laga berikutnya, apalagi saat menjamu Thailand di Jakarta, Kamis (29/12). Sang juara bertahan kini memuncaki Grup A dengan koleksi poin yang sama dengan Indonesia, yaitu tiga angka. Namun, Thailand unggul produktivitas gol berkat kemenangan telak, 5-0, atas Brunei.
”Kami merasa kesal juga karena banyak peluang yang sia-sia. Hal itu menjadi koreksi dan evaluasi bagi pemain agar kami bisa lebih baik lagi ke depan,” kata Egy seusai laga.
Indonesia patut memperbaiki diri karena persaingan di Piala AFF kian sengit. Kekuatan tim-tim di Asia Tenggara kini semakin merata. Kamboja adalah salah satu contohnya. Kualitas mereka terus meningkat.
Pada era 2000-an, Kamboja merupakan salah satu tim lemah yang kerap menjadi sasaran gol lawan, termasuk Indonesia. Kini, Kamboja tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Mereka mulai mampu menjadi pesaing, dibuktikan dengan kemenangan atas Filipina.
Pada Piala AFF 2020 yang digelar di Singapura pada tahun lalu, Indonesia juga bertemu Kamboja di penyisihan grup. Saat itu, Indonesia menang, 4-2. Kali ini, tim Garuda kesulitan untuk mengalahkan lawan yang sama dan hanya mampu menang tipis, 2-1.