Seleknas Usai, PBTI Belum Putuskan Skuad SEA Games 2023
Kendati sudah merampungkan seleksi nsional, PBTI belum memastikan kandidat yang bakal mewakili Indonesia di SEA Games 2023. Apalagi Indonesia hanya membawa masing-masing satu atlet dari 12 kuota kelas yang diberikan.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Meski seleksi nasional telah usai, skuad Taekwondo Indonesia untuk pelatnas SEA Games 2023 belum ditentukan. Hal ini disebabkan tim pelatih ingin mengevaluasi hasil seleknas yang berlangsung di Gedung Olahraga Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-22 Desember 2022 itu.
Tim pelatih ingin memastikan, atlet yang dikirim benar siap-siap menghadapi lawan di SEA Games Kamboja 2023. "Indonesia hanya membawa masing-masing satu atlet pada 12 kelas sesuai kuota yang diberikan. Atlet yang menang belum otomatis berlaga di SEA Games, akan ada evaluasi melihat atlet yang siap secara mental dan fisik menghadapi lawan di SEA Games," kata Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Fahmy Fachrezzy, Jumat (23/12/2022).
Fahmy mengatakan, kegagalan Indonesia memenuhi target emas di SEA Games 2021 karena pengaruh mental dan daya tahan fisik yang kurang baik. Setelah melakukan evaluasi setelah SEA Games Vietnam tersebut, pelatnas kemudian diisi atlet pelatnas lama dan atlet hasil audisi dari berbagai daerah yang bergabung ke pelatnas, Oktober lalu. Dengan sistem audisi, PBTI berharap persaingan di dalam pelatnas semakin kompetitif.
Seleknas taekwondo 2022 diikuti oleh atlet-atlet muda. Sebanyak 24 nama atlet yang lolos ke hari terakhir merupakan kelahiran tahun 1998-2005. Pada hari final tersebut, 12 atlet pelatnas di tiap nomor berhadapan dengan 12 atlet daerah hasil pantauan dari kejuaraan nasional dan daerah.
Hasilnya, dari 12 partai yang tersaji, sembilan kemenangan diraih atlet pelatnas, termasuk atlet audisi, sedangkan tiga sisanya diamankan atlet daerah. Fahmy mengungkapkan atlet pelatnas yang mengalami kekalahan merupakan atlet muda hasil audisi.
"Ini akan menjadi evaluasi bagi kami. Atlet pelatnas yang kalah melawan atlet daerah merupakan atlet hasil audisi yang masih berusia di bawah 18 tahun. Akan tetapi, perlu diingat mereka masih muda dan target kami bagi mereka bukan saja tampil di SEA Games, tetapi ajang yang lebih besar seperti Asian Games dan menembus Olimpiade," kata Fahmy.
Bagus Aditya Pratama merupakan atlet hasil audisi asal Aceh yang berhadapan dengan Khaeruddin, atlet pantauan dari Pekan Olahraga Provinsi Jawa Barat. Pertarungan berlangsung cukup alot. Pada awal ronde pertama, Bagus sempat memimpin poin, namun ia tampak kurang fokus. Sering kali setelah melepaskan serangan lewat pukulan dan tendangan, Bagus menoleh ke arah layar penampil poin.
“Saya merasa tegang dan kurang fokus. Meskipun sudah berada dua bulan di pelatnas, ini adalah penampilan pertama di level senior,” ujar Bagus.
Sementara itu, Khaerullah yang berusia 23 tahun ini cukup jeli memanfaatkan kelemahan dari Bagus. Dia melancarkan serangan kepada Bagus untuk merebut poin demi poin. Terbukti, sempat tertinggal 4-7, dia berhasil menutup ronde pertama dengan berbalik unggul 16-9. Sementara ronde kedua berjalan tidak jauh berbeda, Khaerullah yang bemain lebih tenang kembali mengungguli Bagus dengan margin poin tipis, 12-10.
"Bagus punya potensi yang luar biasa, Dengan postur tinggi dan usia yang masih muda, dia punya teknik yang bisa dipoles. Jika tahun ini belum rezekinya, mungkin SEA Games atau Asian Games selanjutnya dia sudah lebih matang," kata Fahmy.
Atlet pelatnas yang kalah melawan atlet daerah merupakan atlet hasil audisi yang masih berusia di bawah 18 tahun. Akan tetapi, perlu diingat mereka masih muda dan target kami bagi mereka bukan saja tampil di SEA Games, tetapi ajang yang lebih besar seperti Asian Games dan menembus Olimpiade.
Begitu pun atlet pelatnas hasil audisi lainnya, Andini Dea Paramita asal Kalimantan Timur dikalahkan Permata Cinta Nadya asal DKI Jakarta. Atlet berusia 17 tahun tersebut harus mengakui keunggulan atlet hasil pantauan kejuaraan nasional yang terpaut enam tahun itu dalam dua ronde, 6-12 dan 8-15.
Kendati demikian, atlet hasil audisi juga turut menyumbang kemenangan untuk tim pelatnas. Silvana Lamanada yang berusia 19 tahun asal Gorontalo berhasil mengalahkan lawannya yang berusia empat tahun lebih senior dengan porolehan poin, 8-5 dan 11-4.
"Beberapa atlet hasil audisi menunjukkan perkembangan yang signifikan selama dua bulan bergabung di pelatnas, mungkin hasilnya akan terlihat 2-3 tahun lagi," ujar Fahmy.
Fahmy menyebutkan, atlet yang berada pelatnas yang mengalami kekalahan saat di seleknas akan dievaluasi. Namun dia menyerahkan kepada pelatih untuk memilih skuad yang tepat SEA Games. Sementara dia mendorong atlet yang tidak terpilih di seleknas, baik audisi maupun atlet pantauan daerah, tetap dibina di daerah masing-masing lewat program dari PBTI.
Pelatih taekwondo asal Korea Selatan, Kim Seung-ill senang melihat perkembangan atlet muda. Dia telah menyiapkan program meskipun atlet tidak akan dibawa ke SEA Games dengan berbagai pertimbangan. “Tetapi untuk bisa bermain di SEA Games, dengan waktu yang cenderung mepet kami punya kriteria tertentu. Bersama tim pelatih kami akan berdiskusi untuk menentukan skuad akhir, paling lambat akhir Desember 2022,” kata Kim.
Kim berharap, persiapan akan semakin matang saat melakukan pemusatan latihan yang rencananya akan dilakukan di Korea Selatan. Selain itu, untuk menambah jam terbang atlet, tim pelatih telah menyiapkan program uji tanding ke beberapa negara Eropa, seperti Turki dan Spanyol.