Pemilihan atlet untuk pelatnas taekwondo tidak lagi berdasarkan kemampuan dan pengalaman. PBTI menetapkan kriteria usia, tinggi badan, psikologi, hingga pengecekan status gizi untuk menjaring atlet.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Atlet asal Nusa Tenggara Barat, Lalu Indrawan (helm biru), berlaga melawan atlet Sulawesi Tenggara, Ronaldyanto (helm merah), dalam kelas 63 kilogram Kejuaraan Nasional Taekwondo Yunior di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta, Minggu (16/12/2018). Lalu Indrawan menang dengan skor 25-21.
JAKARTA, KOMPAS – Pengurus Besar Taekwondo Indonesia atau PBTI mengevaluasi proses penyaringan atlet untuk pemusatan latihan nasional. Langkah ini dilakukan setelah kegagalan mereka mencapai target dua emas pada gelaran SEA Games 2021 di Vietnam. Para atlet kini harus memenuhi sejumlah kriteria untuk mampu bersaing masuk dalam pelatnas.
Kepala Bidang Pendidikan, Latihan, dan Pengembangan PBTI Fahmy Fachrezzy mengatakan, seusai SEA Games 2021, mereka langsung melakukan evaluasi total. Menurut dia, kemampuan dan pengalaman tidak lagi menjadi indikator utama pemilihan pemain untuk masuk dalam skuad pelatnas.
“Selain kemampuan, kami memilih pemain dengan mempertimbangkan usia, tinggi badan, psikologi, hingga pengecekan status gizi dalam para atlet. Meskipun punya pengalaman dan prestasi, namun jika indikator lain tidak terpenuhi, maka mereka kami kesampingkan,” kata Fahmy saat dihubungi, Jumat (18/11/2022).
Dia melanjutkan, selain memantau calon atlet lewat Pekan Olahraga Nasional, Pekan Olahraga Provinsi, dan kejuaraan daerah/wilayah, PBTI juga melakukan seleksi terbuka. Seleksi lewat audisi tersebut dilakukan pada 18-21 Juli 2022 untuk menjaring 69 atlet muda potensial dari 13 provinsi.
Tim NLions mendemonstrasikan ketrampilan taekwondo pada Kejuaraan Nasional Taekwondo 2017 di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta, Kamis (22/11). Pengurus Besar Taekwondo Indonesia menggunakan ajang itu untuk mencari bibit atlet yang akan direkrut ke pemusatan latihan nasional.
“Nantinya, para atlet hasil audisi ini akan menjalani berbagai program di pelatnas tahap awal. Setelah itu, mereka akan melewati proses seleknas (seleksi nasional), bersaing dengan atlet pelatnas senior untuk masuk ke pelatnas tahap akhir,” ujar Fahmy yang merupakan pengajar di Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta.
Seleknas diagendakan pada 19-22 Desember 2022. Setelah seleksi tersebut, para atlet terpilih masuk pada pelatnas untuk SEA Games 2023. Pelatnas tahap akhir ini dimulai Januari 2023.
Menurut Fahmy, saat ini PBTI tengah fokus pada nomor kryorugi (pertarungan). Tiga atlet pelatnas sedang mengikuti Kejuaraan Dunia di Meksiko (10-22 November 2022). Ketiga atlet tersebut yakni, Silvana Lamanda (19), Basam Raihan (21), dan Heni Prikasih (21). Setelah itu, ketiga atlet itu, ditambah Megawati Maheswari (24) dan Osanando Naufal (22), diagendakan kembali mengikuti Kejuaraan Dunia di Perancis, 22-28 November 2022.
"Sesuai target dari Kemenpora, apalagi taekwondo masuk dalam 14 cabor DBON (Desain Besar Olahraga Nasional), kami ditargetkan meraih dua emas pada SEA Games 2023 nanti," kata Fahmy.
Manajer Tim Nasional Taekwondo Indonesia Laras Fitriana Novianty optimistis bisa memenuhi target dua emas dari Kemenpora. Saat ini, dirinya tengah intens mempersiapkan Megawati dan Osananda untuk kejuaraan di Perancis.
"Setelah tampil pada dua Kejuaraan Dunia di Meksiko dan Perancis, lima pemain termasuk Megawati dan Osananda, akan melanjutkan pemusatan latihan di Australia," ujar Laras.
Menteri Pemuda dan Olaharga Zainudin Amali ketika menghadiri peresmian Taekwondo Indonesia Integrated System (TIIS) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada Rabu (6/7/2022).
Pada Juli 2022 lalu juga, meluncurkan platform pusat data taekwondo yang dinamai Taekwondo Indonesia Integrated System (TIIS) untuk menyeleksi taekwondoin masuk pelatnas serta memacu semangat atlet muda dan daerah.
TIIS akan menampung data dari sekitar 300.000 atlet taekwondo di seluruh Indonesia, mulai dari prakadet, yunior, hingga senior. Mereka akan diurutkan berdasarkan poin yang didapatkan lewat kejuaraan. Semakin sering mengikuti kejuaraan dan menang, peringkat atlet akan semakin tinggi.
”Setiap ikut kejuaraan akan ada poin, tergantung tingkatan dan sebesar apa ajang itu. Sebelumnya kan tidak terdata. Tentunya, ini bisa memacu atlet, terutama di daerah, untuk lebih sering ikut kejuaraan. Itu karena ada poin dan terpantau,” ucap Thamrin. (Kompas, 6/7/2022).