Berpacu dengan Waktu di Lorong Stadion
Cerita fotografer "Kompas" pontang-panting mengejar dua pertandingan Piala Dunia 2022 yang digelar dalam waktu berdekatan.
Piala Dunia 2022 di Qatar adalah penyelenggaraan Piala Dunia yang paling ringkas. Semua pertandingan diselenggarakan dalam beberapa kawasan di Qatar yang dapat dijangkau dalam hitungan jam. Kondisi ini memungkinkan bagi jurnalis untuk meliput dua pertandingan dalam sehari pada laga fase grup.
FIFA memberikan peluang bagi jurnalis yang terakreditasi di Piala Dunia 2022 untuk memilih maksimal dua dari empat pertandingan yang digelar di setiap hari. Jadwal pertandingan di fase grup adalah pukul 13.00 waktu Qatar, pukul 16.00, pukul 19.00, dan terakhir pukul 22.00. Dalam laman pemesanan tiket pertandingan di situs media FIFA, jurnalis bisa memilih pertandingan pertama yang dipadukan dengan pertandingan ketiga atau keempat. Jika pilihan dijatuhkan pada pertandingan kedua, maka jurnalis hanya bisa menambahkan pilihan pertandingan keempat. Jeda satu atau dua pertandingan yang terjadwal di hari itu memungkinkan jurnalis untuk bergeser dari pertandingan pertama yang diliput menuju ke pertandingan berikutnya.
Peluang meliput dua pertandingan dalam sehari didukung oleh pola transportasi yang tersedia di Qatar. Para jurnalis bisa melanjutkan ke stadion lain setelah meliput pertandingan pertama dengan menggunakan bus pengumpan di stadion-stadion yang disediakan untuk media. Bus pengumpan hanya disediakan dari stadion yang menggelar pertandingan pertama hari tersebut menuju stadion yang menggelar pertandingan ketiga. Jika jurnalis akan meliput pertandingan keempat seusai meliput pertandingan pertama, maka mereka hanya bisa memanfaatkan moda transportasi umum, seperti metro atau bus yang tersedia dekat dengan stadion.
Baca juga : Ketika Menjaga Keamanan Tanpa Senjata Api
Pertandingan pertama (pukul 13.00) dan pertandingan kedua (16.00) adalah pertandingan yang waktunya masuk dalam tenggat cetak Kompas. Pertandingan pertama berakhir sekitar pukul 15.00 (pukul 19.00 WIB) dan pertandingan kedua berakhir pukul 18.00 (22.00 WIB), memberikan kesempatan untuk mengirim berita dan foto untuk penerbitan koran yang naik cetak pukul 24.00 WIB.
Selama babak fase grup di laga pertama dan kedua tiap tim, saya mendaftarkan untuk pertandingan pertama dan pertandingan keempat, kecuali saat big match dua tim besar di satu grup yang dimainkan di laga kedua atau ketiga. Jika ada jadwal tersebut, maka pola liputannya berubah, mengikuti ketentuan peliputan dari FIFA. Pola liputan dua pertandingan per hari ini lancar saya lakukan. Dari liputan pertama, saya memanfaatkan bus pengumpan menuju stadion lain. Meski demikian, jika rentang waktu peliputan berikutnya panjang (liputan pertandingan pertama ke pertandingan keempat), saya biasanya naik metro untuk mencari foto-foto suasana suporter di luar stadion.
Bus pengumpan hanya akan berangkat sekali pada pukul 20.20. Itu artinya, seusai pertandingan pertama yang diliput, jurnalis harus segera menuju ke bus penghubung di luar stadion untuk bisa menuju ke stadion berikutnya.
Ketika masuk ke pertandingan terakhir fase grup, jadwal berubah. Empat tim dalam satu grup bertanding di waktu bersamaan untuk menghindari tim yang bertanding mengatur hasil akhir. Dalam sehari hanya diselenggarakan dua pertandingan, yaitu pada pukul 18.00 dan pukul 22.00. Jurnalis masih bisa mendaftar untuk meliput dua jadwal pertandingan tersebut. FIFA telah mengingatkan bahwa dengan rentang waktu yang pendek itu, jurnalis harus memperhatikan perpindahan dari satu stadion ke stadion berikutnya. Bus pengumpan hanya akan berangkat sekali pada pukul 20.20. Itu artinya, seusai pertandingan pertama yang diliput, jurnalis harus segera menuju ke bus penghubung di luar stadion untuk bisa menuju ke stadion berikutnya.
Saya mendapatkan tiket pertandingan Belgia melawan Kroasia pada Kamis (1/12/2022) pukul 18.00 dan dilanjutkan Jepang melawan Spanyol pukul 22.00. Waktu tersebut sangat mepet untuk perjalanan dengan menggunakan metro sehingga pilihan satu-satunya adalah mengejar bus penghubung yang hanya berjarak 20 menit dari waktu pertandingan Belgia melawan Kroasia berakhir. Pertandingan yang diselenggarakan di Stadion Ahmad Bin Ali, Al Rayyan, Qatar, ini ternyata tantangan paling berat selama peliputan saya di Piala Dunia 2022.
Baca juga : Selalu Bersiap dengan Perubahan Peraturan
Dalam pertandingan Belgia melawan Kroasia, saya mendapatkan tiket untuk memotret dari sisi lapangan (photo pitch). Ini pertama kali saya berada di sisi lapangan Stadion Ahmad Bin Ali setelah beberapa pertandingan sebelumnya saya memotret dari sisi tribune (photo tribune) di stadion tersebut. Ternyata, rute akses ke lokasi photo pitch dari tempat mangkal bus pengumpan lumayan jauh. Saya berhitung waktu agar bisa mengejar bus pengumpan menuju Stadion Khalifa, lokasi pertandingan Jepang melawan Spanyol.
Pertandingan Belgia melawan Kroasia berakhir 0-0 dan Kroasia lolos ke babak 16 besar. Saya mengirim foto dari pinggir lapangan untuk mengejar tenggat cetak Kompas (saat itu menjelang pukul 24.00 WIB). Foto telah terkirim dan saya melihat jam. Saya hanya mempunyai waktu 10 menit menuju ke bus penghubung. Tidak ada pilihan lain, saya harus berjalan cepat untuk bisa mengejar bus tersebut. Saya memacu langkah secepat mungkin melewati lorong stadion dengan jalan menanjak. Untuk berlari tidak mungkin karena saya memanggul kamera dengan lensa tele 600 mm serta menarik tas troli berisi peralatan fotografi serta laptop. Beberapa fotografer lain terlihat berlari untuk mengejar bus penghubung.
Lokasi bus penghubung masih cukup jauh dan saya sudah merasa tidak akan bisa mengejar keberangkatan saat sebuah kendaraan minigolf tiba-tiba berhenti di depan saya dan beberapa fotografer lainnya. Supir menawarkan untuk mengantarkan ke dekat lokasi bus penghubung. Saya dan dua fotografer lain dengan cepat naik ke kendaraan tersebut. Kami berterima kasih kepada supir minigolf tersebut. ”Anda menyelamatkan kami,” ujar salah seorang fotografer.
Baca juga : Ketika Lebih Memilih Qatar Dibandingkan Indonesia
Kami menjadi penumpang terakhir yang masuk ke bus penghubung sebelum bus tersebut berangkat ke Stadion Khalifa. Jantung saya masih berdetak kencang dan napas terengah-engah. Petualangan mengejar bus penghubung menjadi salah satu momen yang mengesankan di hari tersebut, selain kemenangan Jepang atas Spanyol yang membuat lolos ke babak 16 besar. Saya tidak akan bisa mengabadikan kesuksesan tim Jepang tersebut tanpa bantuan pengemudi kendaraan minigolf di Stadion Ahmad Bin Ali.