Gregoria Mariska Tunjung dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti mengawali penampilan dengan baik pada turnamen Final BWF World Tour. Gregoria bahkan mengalahkan unggulan teratas, Chen Yufei (China).
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BANGKOK, RABU — Kemenangan pada laga pertama membuka jalan bagi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Gregoria Mariska Tunjung untuk meloloskan diri dari penyisihan grup turnamen bulu tangkis Final BWF World Tour melalui ”jalur neraka”. Namun, untuk benar-benar lolos dari kepungan pemain top lain, mereka harus siap menghadapi tantangan yang lebih berat.
Dalam debut mereka sebagai pasangan di Final BWF, Apriyani/Fadia menang atas pasangan Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan, 23-21, 21-19, di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, Rabu (7/12/2022). Adapun Gregoria menang atas peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Chen Yufei (China), 21-9, 14-21, 21-16. Hasil tersebut menjadi langkah awal yang baik Apriyani/Fadia dan Gregoria,yang masing-masing bersaing pada Grup B ganda dan Grup A tunggal putri.
Final BWF adalah turnamen yang diikuti delapan wakil terbaik dari setiap nomor berdasarkan prestasi pada tahun berjalan. Pada tahun penyelenggaraan Olimpiade, salah satu wakil dari setiap nomor adalah peraih medali emas. Adapun pada tahun lainnya, tiket otomotis ke Final BWF didapat para juara dunia.
Persaingan dimulai dengan fase penyisihan yang dibagi dalam dua grup dengan format round robin. Mereka memperebutkan dua peringkat teratas setiap grup untuk lolos ke semifinal.
Berdasarkan format inilah, setiap gim, bahkan, setiap poin yang dimenangi akan sangat berarti. Seperti dikatakan Apriyani dalam wawancara dengan BWF di mixed zone, mereka memang berusaha keras untuk bisa menang dalam dua gim dari Tan/Muralitharan. Apalagi, ganda Indonesia berperingkat ke-14 dunia itu berada dalam ”grup neraka”.
Persaingan tak kalah sulit dijalani Gregoria. Dia menjadi satu-satunya debutan di antara para juara ajang besar pada Grup B. Selain Chen, yang menjuarai Final BWF 2019 dan menjadi unggulan teratas pada turnamen ini, ada juara bertahan An Se-young (Korea Selatan) dan Akane Yamaguchi (Jepang) yang menjadi juara Final BWF 2017 serta juara dunia 2021 dan 2022.
Gregoria lolos ke Final BWF setelah pemain India, Pusarla V Sindhu, batal ikut serta karena cedera. Dia bisa turut bersaing meski hanya menempati peringkat ke-13 pada daftar Final BWF. Ini karena ada aturan bahwa setiap negara hanya bisa mengirimkan maksimal dua wakil pada setiap nomor. Dengan peraturan tersebut, China dan Thailand yang memiliki lebih dari dua pemain pada posisi di atas Gregoria tak bisa mengirim lebih dari dua pemain.
Kemenangan Gregoria pun menjadi kejutan besar pada hari pertama turnamen. ”Tentu saya sangat senang bisa memenangi pertandingan pertama di sini. Saya hanya mencoba melakukan apa yang harus saya lakukan, bermain sebaik mungkin tanpa memikirkan hasil,” ujar Gregoria dalam wawancara dengan BWF di mixed zone.
Kemenangan pada gim pertama, ketika Chen kesulitan mengontrol kok, membuat Gregoria lebih percaya diri. Chen juga mengakui bahwa Gregoria tampil sangat baik hingga dia kesulitan mengontrol permainan.
Namun, rasa percaya diri itu tak tiba-tiba muncul di lapangan. Sikapnya, yang sering kali rendah diri saat berhadapan dengan pemain top dunia berubah sejak jauh hari sebelum tiba di Bangkok, yaitu ketika dia mendapat dukungan dari keluarga, pelatih, dan teman di pelatnas, serta penggemar di saat terpuruk.
Pertengahan tahun, Gregoria mengutarakan isi hatinya melalui media sosial. Dia merasa tak bisa berkembang sejak menjadi juara dunia yunior 2017. Ketika respons positif dari penggemarnya bermunculan, Gregoria pun bangkit. Dia mencapai semifinal Malaysia Masters, perempat final Jepang Terbuka, semifinal Hylo Terbuka, lalu final Australia Terbuka sejak Juli hingga November.
Saya sangat senang bisa memenangi pertandingan pertama di sini. Saya hanya mencoba melakukan apa yang harus saya lakukan, bermain sebaik mungkin tanpa memikirkan hasil.
”Itu menjadi titik balik bagi saya. Ternyata, masih banyak yang mendukung saya. Saya pun bisa memunculkan sisi positif dari dalam diri dari yang tadinya sering tidak percaya diri menjadi lebih optimistis,” tutur Gregoria saat dijumpai di Pelatnas Cipayung, Jakarta, pada masa persiapan Final BWF.
Meski menang atas Chen, Gregoria seperti mengingatkan diri sendiri bahwa hasil itu barulah awal dari perjalanannya. ”Saya tidak mau menganggap hasil ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Masih ada pertandingan berat melawan An Se-young dan Yamaguchi,” katanya.
Dinanti pasangan China
Seperti Gregoria, Apriyani/Fadia juga akan melakoni laga berat pada dua hari berikutnya. Selain bersama Tan/Muralitharan, yang prestasinya menanjak pada tahun ini dengan menjuarai Perancis Terbuka, Apriyani/Fadia berada satu grup dengan Zhang Shuxiang/Zheng Yu dan Chen Qingchen/Jia Yifan. Chen/Jia memenangi laga sesama pasangan China itu dengan skor 21-18, 17-21, 21-14.
Zhang/Zheng membuat kejutan pada tahun ini dengan empat kali lolos ke final, termasuk menjadi finalis All England dan menjuarai Australia Terbuka. Mereka pun berada pada posisi kedua daftar peringkat Final BWF yang poinnya dihitung dari 14 hasil terbaik turnamen BWF World Tour 2022. Adapun Chen/Jia adalah salah satu ganda putri terkuat dunia yang menjadi juara dunia pada 2017, 2021, dan 2022, serta menjuarai Final BWF 2019.
Dengan statistik tersebut, kemenangan Apriyani/Fadia menjadi bekal yang berharga untuk menghadapi dua laga berikutnya. ”Kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang luar biasa ini. Untuk pertandingan hari ini, kami memang sangat fokus untuk bisa menang dua gim dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk pertandingan berikutnya,” ujar Apriyani.
Kemenangan juara Singapura dan Malaysia Terbuka itu didapat setelah mereka menggagalkan game point lawan, pada skor 19-20, di gim pertama. Game point bagi Tan/Muralitharan itu terjadi karena Fadia melakukan kesalahan pada pukulan net.
”Pada posisi itu, kami berusaha agar tidak kehilangan fokus. Menjalani pertandingan seperti ini tidak boleh kehilangan fokus pada satu poin pun,” ujar Fadia.
Sebelum bersaing di Bangkok, Apriyani/Fadia dan Tan/Muralitharan telah bertemu tiga kali. Apriyani/Fadia memenangi pertemuan pertama dalam debut mereka sebagai pasangan, yaitu di Indonesia Masters, pada Juni. Setelah itu, pasangan Malaysia menang pada perempat final Malaysia Masters dan babak pertama Perancis Terbuka.
Dengan Zhang/Zheng, yang akan menjadi lawan pada Kamis, Apriyani/Fadia selalu menang dalam tiga pertemuan, termasuk pada final Malaysia dan Singapura Terbuka. Akan tetapi, dua dari tiga laga tersebut berlangsung dalam tiga gim. Adapun dengan Che/Jia, ganda putri yang merupakan penerus jejak Greysia Polii/Apriyani itu tertinggal 1-2.
Apriyani/Fadia tampil dalam Final BWF dengan status menggantikan Nami Matsuyama/Chiharu Shida (Jepang) yang batal tampil karena cedera. Mereka berhak bersaing dalam turnamen dengan hadiah total Rp 23,412 miliar ini karena berada dalam posisi ke sembilan peringkat Final BWF, posisi terbaik setelah delapan pasangan teratas.