Waspada Format ”Round Robin” yang ”Tricky”
Format "round robin" adalah format yang cukup rumit untuk dijalani. Para pebulu tangkis yang tampil dalam Final BWF World Tour pun harus tetap waspada meski menang di laga awal.
Bertanding dalam fase penyisihan dengan format round robin tak sesederhana bersaing dengan sistem gugur. Format ini bisa dikatakan tricky (rumit) karena apa pun hasil pada laga pertama tak bisa dijadikan jaminan untuk lolos ke tahap berikutnya. Setiap poin, bahkan, bisa menentukan nasib seseorang.
Itulah yang akan dijalani para pebulu tangkis peserta turnamen Final BWF World Tour di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, 7-11 Desember. Ini adalah ajang yang diikuti delapan pebulu tangkis terbaik dari setiap nomor berdasarkan prestasi mereka sepanjang tahun. Di antara peserta, terdapat juara dunia 2022 dari setiap sektor.
Baca Juga: Tidak Ada Lawan Ringan dalam Final BWF World Tour
Peserta akan mengawali persaingan pada babak penyisihan dalam dua grup di setiap nomor. Menggunakan format round robin, atlet akan berhadapan dengan semua pemain di grup masing-masing. Dengan demikian, setiap wakil akan bertanding tiga kali untuk memperebutkan dua peringkat teratas sebagai syarat lolos ke semifinal.
Atlet yang pernah tampil dalam ajang individu Final BWF dan Olimpiade pernah merasakan atmosfer bertanding dalam format tersebut. Mereka merasakan atmosfer berbeda dengan turnamen yang menggunakan sistem gugur. Format gugur lebih sederhana, yaitu atlet langsung tersingkir saat kalah dan melaju ke babak berikutnya ketika menang.
Dalam round robin, pemain belum tentu tersingkir meski kalah pada laga pertama. Dengan empat wakil dalam grup, seperti pada Final BWF, mereka memiliki dua kesempatan lain untuk menang, guna membuka kesempatan menempati peringkat dua besar. Sebaliknya, hasil menang, bahkan, kemenangan pada dua laga awal tak menjadi jaminan bisa lolos ke tahap berikutnya.
Kedua momen berkebalikan itu pernah dialami pemain Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Anthony menjadi juara Grup B pada Final BWF 2019 di Guangzhou, China, meski kalah pada laga pertama saat melawan Chou Tien Chen (Taiwan). Tahun ini, Chou juga akan berada satu grup bersama Anthony, Jonatan Christie, dan Loh Kean Yew (Singapura) pada Grup B.
Setelah kalah dari Chou, Anthony menang atas Chen Long (China) dan Viktor Axelsen (Denmark). Kebetulan, kemenangan kedua terbantu oleh cederanya Axelsen hingga tak bisa menyelesaikan pertandingan.
Baca Juga: “Merah Putih” Menuju Hasil Terbaik Akhir Tahun
Bermain dengan round robin, atmosfernya memang terasa beda karena menang atau kalah pada laga pertama belum menentukan lolos ke babak berikutnya. Apa pun bisa terjadi, tapi fokusnya tetap sama seperti saat bermain dalam sistem gugur.
”Bermain dengan round robin, atmosfernya memang terasa beda karena menang atau kalah pada laga pertama belum menentukan lolos ke babak berikutnya. Apa pun bisa terjadi, tapi fokusnya tetap sama seperti saat bermain dalam sistem gugur. Untuk bisa mengamankan peluang ke semifinal sejak awal, tentu harus menang di setiap pertandingan,” tutur Anthony yang akhirnya melaju hingga laga final sebelum kalah dari Kento Momota (Jepang) pada 2019.
Meski demikian, juara Singapura dan Hylo Terbuka ini menegaskan, fokusnya akan selalu diarahkan pada persiapan dan cara bermain untuk pertandingan terdekat. ”Jangan memikirkan hasil sebelum dan saat bertanding,” kata Anthony yang akan berhadapan dengan Jonatan, rekan latihannya di pelatnas, pada laga pertama, Rabu (7/12/2022).
Berkebalikan dengan Anthony, Apriyani mendapat pengalaman berbeda ketika bermain bersama Greysia pada Final BWF 2020 di Nonthaburi, Thailand. Mereka berada satu grup dengan Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan), Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean (Malaysia), dan Vivian Hoo/Yap Cheng Wen (Malaysia).
Baca Juga: Menanti Gelar dari Nomor Lain untuk ”Merah Putih”
Greysia/Apriyani memenangi dua laga pertama dengan total gim menang-kalah 4-1, hingga menempati posisi teratas klasemen Grup A sebelum menjalani laga terakhir. Berada di bawah mereka secara berurutan adalah Lee/Shin dan Chow/Lee, yang masing-masing sekali menang dan sekali kalah, serta Hoo/Yap (dua kali kalah).
Dengan posisi tersebut, Greysia/Apriyani memiliki peluang paling besar untuk tampil pada semifinal. Mereka tinggal membutuhkan kemenangan satu gim dari Chow/Lee pada laga terakhir grup. Namun, kemenangan pada dua laga sebelumnya menjadi tak berarti ketika Greysia/Apriyani justru kalah dalam dua gim 13-21, 17-21. Mereka terlempar ke posisi ketiga karena dilampaui Chow/Lee (peringkat kedua) dan Lee/Shin yang akhirnya menjadi juara grup.
Greysia/Apriyani dan Chow/Lee sebenarnya memiliki gim menang-kalah yang sama, yaitu 4-3, tetapi satu-satunya wakil Indonesia di ganda putri itu berada pada posisi lebih rendah karena kalah dari Chow/Lee. Peraturan menyebut, ketika ada dua wakil memiliki nilai dan selisih gim menang-kalah yang sama, penentuan posisi klasemen ditentukan oleh hasil pertemuan keduanya. Selisih poin, bahkan, bisa menjadi penentu terakhir ketika banyak indikator statistik menunjukkan angka sama di antara dua wakil atau lebih.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Apriyani mengingatkan Fadia bahwa kemenangan pada laga-laga awal tak boleh membuat terlena. ”Saya tidak memberi terlalu banyak wejangan pada Fadia, biar dia merasakan dulu bagaimana atmosfer pertandingan nanti. Yang pasti, kami harus tetap semangat, jangan mau kalah di lapangan karena momen 2020 jadi peringatan juga buat saya,” tutur Apriyani.
Baca Juga: Apriyani/Fadia Menatap Final BWF
Tantangan bagi ganda putri yang baru berpasangan sejak pertengahan tahun itu bertambah berat pada tahun ini. Mereka berada di Grup B yang merupakan “grup neraka” bersama dua wakil China, Zhang Shu Xian/Zheng Yu dan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (juara dunia), serta pasangan Malaysia yang tahun ini naik daun, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan.
Lebih siap mental
Wakil lain Tim “Merah Putih”, yaitu Gregoria Mariska Tunjung, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, juga, akan menjalani debut pada turnamen yang digelar BWF setiap akhir tahun sejak 2008 ini. Di antara mereka, Gregoria pernah merasakan persaingan round robin pada ajang berbeda, yaitu Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar pada 2021.
Meski demikian, tunggal putri pertama Indonesia yang lolos ke Final BWF ini tak ingin menjadikan pengalaman di Tokyo sebagai patokan. ”Saat itu, saya menjadi unggulan karena prestasi dua lawan di grup memang berada di bawah saya. Kali ini, lawan yang akan dihadapi adalah pemain top, jadi, suasananya pasti berbeda,” kata Gregoria saat menjalani persiapan di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta.
Dengan lawan berat di Bangkok—Gregoria berada satu grup dengan Chen Yu Fei (China), An Se-young (Korea Selatan), Akane Yamaguchi (Jepang)—pemain berperingkat ke-18 dunia itu menyatakan bahwa mental bertandingnya harus lebih tangguh. “Pada sistem gugur, pemain langsung tersingkir saat kalah, sementara dalam round robin harus tetap main setelah kalah di laga-laga awal. Main lagi setelah kalah dengan target menang, tentu tidak akan mudah, tetapi saya akan berusaha tampil sebaik mungkin dan tanpa beban,” tutur finalis Australia Terbuka itu.
Baca Juga: Potensi Gregoria Masih Bisa Ditingkatkan
Fajar/Rian belum pernah merasakan bersaing dalam sistem gugur dalam turnamen individu, tetapi mereka sudah membayangkan apa yang harus dilakukan. “Saat kalah pada laga awal memang masih ada kesempatan lain, tetapi kami harus berusaha untuk memenangi semua pertandingan. Jangan sampai nasib kami ditentukan oleh pemain lain, tetapi ditentukan oleh kemenangan sendiri,” kata Rian.
Meski Final BWF 2022 ini akan menjadi pengalaman pertama, Fajar/Rian menjadi unggulan teratas berkat penampilan konsisten mereka pada 2022. Mereka berada pada posisi teratas daftar peringkat Final BWF, di antaranya berkat empat gelar juara.
Pada fase penyisihan, mereka akan berebut dua posisi teratas Grup A bersama Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia), juara bertahan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), dan Choi Sol-gyu/Kim Won-ho (Korea Selatan). Sementara juara Final BWF 2013, 2015, dan 2019, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, akan bersaing dengan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China), Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia), Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark) pada Grup B.