Indonesian Masters 2022, Panggung Para Jawara Golf
Indonesian Masters 2022 akan menjadi panggung bagi para pemenang ataupun pegolf dunia untuk unjuk kemampuan. Perhelatan yang terbuka untuk umum ini juga menjadi upaya untuk menanggalkan stereotipe golf yang eksklusif.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesian Masters 2022 yang dilaksanakan di Royale Jakarta Golf Club, Jakarta, 1-4 Desember, akan mempertemukan sederet pemenang turnamen dari periode sebelumnya untuk berlaga. Turnamen golf terbesar Indonesia ini diharapkan mampu merangkul lebih banyak kalangan.
Para pemenang Indonesian Masters yang digelar sejak 2011 ini akan berlaga di turnamen yang sama tahun ini. Jazz Janewattananond dengan peringkat ke-251 dunia, berdasarkan peringkat Official World Golf Rankings (OWGR) yang menjuarai turnamen internasional ini, pada 2019 berupaya untuk mempertahankan gelar juaranya.
Pemain asal Thailand ini tak gentar menghadapi turnamen Indonesian Masters 2022 meski akan berhadapan dengan senior-seniornya, seperti Anirban Lahiri (102 dunia), Bernd Wiesberger (125 dunia), dan Lee Westwood (140 dunia). Jazz juga akan berhadapan dengan rekan senegaranya, Poom Saksansin, yang bertengger di peringkat ke-793 dunia.
Sementara itu, Lee mengaku tak terlalu berekspektasi dalam Indonesian Masters 2022. ”Saya senang kembali ke Indonesia dan berusaha untuk menikmati permainan ini,” ujarnya di Royale Jakarta Golf Club, Jakarta, Selasa (29/11/2022).
Lee yang berasal dari Inggris ini merupakan peraih gelar Indonesian Masters terbanyak. Ia berhasil menjuarai turnamen tersebut sebanyak tiga kali dibandingkan para pesaingnya.
Indonesian Masters 2022 yang bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) dan Tunas Niaga Energi (TNE) ini makin menarik minat para pemain golf dunia. Alasannya, mereka akan memperebutkan hadiah senilai 1,5 juta dollar AS yang setara dengan Rp 23,6 miliar (kurs Rp 15.700 per dollar AS). Total hadiah tersebut dua kali lipat dibanding turnamen sebelumnya.
Acara ini akan diikuti jajaran pemain elite dunia, serta menyajikan level kompetisi yang semakin ketat.
”Acara ini akan diikuti jajaran pemain elite dunia, serta menyajikan level kompetisi yang semakin ketat,” ujar Direktur Proyek Indonesian Masters Merry Kwan secara tertulis.
Setidaknya 144 pemain golf profesional akan berlaga di turnamen Indonesian Masters 2022. Selain dari Indonesia, mereka berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Amerika Serikat, Inggris, India, Korea Selatan, dan Afrika Selatan.
Indonesian Masters 2022 terbuka bagi semua orang. Mereka dapat menonton turnamen tanpa dipungut biaya.
”Tujuannya untuk mengajak seluruh penggemar golf merasakan pengalaman menonton turnamen internasional, sekaligus memopulerkan lagi olahraga ini. Sebab, peminat golf di Indonesia meningkat setelah kasus Covid-19 terkendali,” kata Merry.
Indonesian Masters yang merupakan bagian tur Asia dan seri Internasional ini juga mewadahi para pegolf Indonesia untuk berlaga. Mereka dapat bertarung dalam kategori undangan dan tur Asosiasi Pegolf Profesional Amerika untuk Indonesia atau PGA Tour of Indonesia. Sejumlah pemain yang akan bertanding adalah Jonathan Wijono, Naraajie E Ramadhan Putra, Benita Kasiadi, dan Randy Abernata M Bintang.
Untuk semua kalangan
Golf kerap diasosiasikan olahraga kalangan kelas menengah atas yang dimainkan para orang tua. Alhasil, hanya segelintir masyarakat yang menekuninya.
Namun, tren peminat golf meningkat justru setelah pandemi Covid-19 melanda. Hal ini tak lepas dari upaya sejumlah pelaku industri lapangan golf untuk membumikan olahraga itu agar dapat dimainkan lebih banyak kalangan.
”Dulu, golf terkesan untuk orang tua berusia 50 tahun ke atas. Tetapi, sebagai contoh, sekarang terlihat banyak anak muda juga bermain di Pondok Indah Golf Course. Ini jadi tren baru karena pemain golf bisa beramai-ramai berkumpul di tempat berlatih memukul (driving range),” tutur pemerhati golf, Francisca Xaveriana.
Konten-konten golf juga mulai tersebar di berbagai laman media sosial, seperti yang dibagikan para pesohor. Anak-anak muda turut meramaikan tren ini sehingga menyentuh segmentasi pasar baru.
Menurut Cisca, golf dapat dimainkan semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua. Rentang usianya beragam, mulai usia 4 tahun untuk pengenalan golf hingga 90 tahun.
Para pelaku industri tampaknya berusaha memperluas pasar pelaku golf. Kini, perlengkapan golf dapat dijual dengan harga lebih murah serta syarat dan aturan bermain yang lebih fleksibel.
”Justru target pasarnya bukan pemain golf, jadi siapa pun boleh datang, bahkan dengan pakaian apa adanya. Mereka enggak harus memakai sepatu golf, bawa alat sendiri karena konsepnya datang untuk bermain, alat bisa disediakan di tempat golf,” lanjut Cisca yang malang melintang sebagai penulis golf sekaligus auditor skema lapangan golf.
Meski demikian, animo golf yang meningkat ini baru terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Daerah lain belum menunjukkan tren sesignifikan seperti di Ibu Kota.
Stereotipe golf yang eksklusif dapat tanggal perlahan atas kesadaran pengusaha lapangan golf untuk memudahkan akses masyarakat. Sebagai contoh, harga menggunakan fasilitas golf bisa dijangkau banyak kalangan serta menetapkan tarif dan program khusus untuk pemain baru. Sehingga mereka mendapatkan pengalaman bermain golf.
Cisca menambahkan, pemerintah turut berperan terhadap penerimaan golf bagi masyarakat luas. Sebab, selama ini pemerintah dianggap belum mendukung secara maksimal industri ini.
”Di balik golf yang dipandang mahal dan eksklusif, industri ini juga menyerap banyak tenaga kerja hingga ratusan orang di tiap usaha lapangan golf. Keberadaan lapangan golf menghidupi banyak orang, termasuk masyarakat di sekitar area lapangan golf,” tutur Cisca.