Mencintai tim sepak bola tidak selalu berasal dari pengetahuan akan gaya permainan atau kemampuan individual pemain idola. Sebab, justru peran orangtua sangat menentukan tim mana yang akan dicintai.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain karena kedekatan histori antara Belanda dan Indonesia pada masa penjajahan, faktor kecintaan yang diturunkan ke generasi berikutnya juga membuat banyak orang Indonesia mendukung tim nasional sepak bola Belanda. Federasi sepak bola Belanda atau KNVB mencatat, sedikitnya 12 juta orang Indonesia yang mendukung Belanda.
Antarez salah satunya. Dia membawa anaknya yang masih berusia tujuh tahun menonton bareng pertandingan antara Belanda dan Ekuador di Oranje Indonesia Festival di Lapangan Panahan, kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (25/11/2022). Meski bermain pukul 23.00, anaknya tetap antusias mendukung Virgil van Dijk dan kawan-kawan. Laga kedua tim berakhir imbang dengan skor 1-1.
Mereka berdua kompak mengenakan jersi oranye Belanda. Bagi sang ayah, ini adalah tradisi turun-temurun mengenalkan sepak bola kepada anaknya. Antarez pun mengenal Belanda dari kakeknya, dan terus menurun hingga generasi keempat sekarang.
”Keluarga dari dulu sudah dukung Belanda, sejak 1988 waktu juara Piala Eropa, waktu itu saya masih kecil sampai sekarang. Dari dulu atmosfernya keluarga dukung Belanda semua jadi anakku mau tidak mau juga ikut dukung,” kata Antarez.
Penggemar trio Belanda; Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard, ini pun selalu mengenalkan anaknya soal sepak bola. Jersi pertama untuk anaknya adalah jersi Belanda yang digunakan anaknya bermain sepak bola di sekolah.
Semoga juaralah tahun ini, walau dikenal juara tanpa mahkota dan kata orang Belanda tahun ini mainnya jelek, tetap menjanjikan karena belum terkalahkan dalam 10 pertandingan terakhir.
Dia menilai permainan Belanda dulu yang aktraktif dan terus menyerang atau dikenal dengan istilah total football oleh legenda Belanda, Johan Cruyff, itu sangat melekat bagi suporter. Cruyff pula yang membawa Antarez mendukung klub sepak bola Barcelona.
”Semoga juaralah tahun ini, walau dikenal juara tanpa mahkota dan kata orang Belanda tahun ini mainnya jelek, tetap menjanjikan karena belum terkalahkan dalam 10 pertandingan terakhir. Realistisnya bisa sampai semifinal,” tuturnya.
Sama dengan Antarez, Andri Tias juga mulai menularkan kecintaannya kepada Belanda turun ke anaknya yang masih berusia delapan tahun. Penggemar Ruud van Nistelrooy ini berharap anaknya yang hobi sepak bola bisa terinspirasi dengan melihat permainan tim ”Oranye” di Piala Dunia Qatar 2022.
”Anak saya hobi nonton bola, mumpung main tidak terlalu malam saya ajak ke sini. Ini mulai saya 'racuni' Belanda. Tadi cari jersi Belanda buat anak saya di sini, sayangnya tidak ada ukuran anak-anak,” kata Andri.
Pengalaman menonton bola bagi anak Andri dan Antarez mengingatkan Afrizal Fajar Sodiq, penggemar Belanda lainnya yang datang dari Yogyakarta ke Jakarta untuk nonton bareng Belanda di Oranje Indonesia Festival. Dia teringat dulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar sering diajak ayahnya untuk menonton bareng Belanda pada Piala Dunia Perancis 1998.
”Dulu masih kecil itu almarhum bapak yang suka Belanda, sering diajak nonton bareng Piala Dunia di rumah, kadang juga ke kafe. Mengalir saja turun-temurun,” kata Afrizal dengan muka yang diwarnai bendera merah putih biru Belanda.
Totalitasnya dalam mendukung Belanda-lah yang membawanya menjadi salah satu orang yang diajak oleh KNVB dan Oranje Indonesia untuk pergi ke ”Negeri Kincir Angin” menyaksikan langsung Belanda melawan Polandia pada ajang UEFA Nations League di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, akhir Juli lalu.
Afrizal menyebut, tradisi mendukung Belanda di keluarganya akan terus diturunkan kepada anaknya yang masih berusia enam tahun. ”Harus itu, dari kakek, bapak, sekarang ke anaknya. Ini Piala Dunia pertama buatnya, dulu Piala Dunia Rusia 2018 masih kecil belum mengerti,” ucap Afrizal.
Animo pendukung Belanda di Indonesia ini dilirik langsung oleh KNVB dengan menyatukan mereka dalam organisasi Oranje Indonesia. Staf pemasaran internasional KNVB, Ilja Dijkstra, mengatakan, sedikitnya ada sekitar 12 juta warga Indonesia yang menjadikan Belanda sebagai tim nasional kedua yang paling banyak didukung di Tanah Air, setelah timnas Indonesia.
Oleh sebab itu, KNVB bersama Oranje Indonesia menggelar Oranje Indonesia Festival dengan acara puncak nonton bareng laga kedua Grup A antara Belanda dan Ekuador di Senayan. Lebih dari 3.000 pendukung Belanda menghadiri acara ini.
Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) Maaike Ira Puspita menilai, festival ini merupakan awal dari kerja sama KNVB dan PSSI. Ira menyebut kedua pihak masih menyusun bentuk program kerja sama yang terbaik, misalnya pelatihan pelatih, pencarian bakat, pertukaran pemain, hingga pengembangan sepak bola putri.
”KNVB sudah punya program untuk pelatih yang sudah berlangsung 10 tahun, mungkin kita bisa mulai dari situ. Sepak bola putri Belanda juga akan main di Piala Dunia Putri di Australia, mungkin kita bisa kolaborasi mengembangkan sepak bola putri kita,” ucap Ira.
Adapun pertandingan antara Belanda dan Ekuador berakhir imbang 1-1. Gol Belanda dicetak oleh penyerang Cody Gakpo menit ke-6 dan dibalas striker Ekuador, Enner Valencia (49). Seluruh penonton yang nonton bareng Oranje Indonesia Festival tampak kecewa, tetapi mereka tetap yakin Belanda akan lolos dari Grup A mengingat lawan selanjutnya, Qatar, di atas kertas terbilang cukup mudah.
Selain nonton bareng, Oranje Indonesia Festival juga dimeriahkan oleh kedatangan pemain legenda Belanda, Ron Vlaar, serta penampilan DJ Tiara Eve, Jason Ranti, Danilla, hingga Mario Lawalata. Festival ini turut menampilkan sejumlah budaya Belanda dan Indonesia. Ada pula jersi khusus Oranje Indonesia yang menggambarkan paduan antara lambang garuda dan lambang singa Belanda.