Timnas putri Indonesia mempersiapkan diri secara maksimal demi tampil membanggakan di Piala Asia India 2022. Mereka tidak gentar menghadapi tiga tim di Grup B yang memiliki kualitas lebih baik.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Meskipun baru mengakhiri penantian selama 33 tahun untuk kembali tampil di Piala Asia, tim nasional putri Indonesia optimistis bisa bersaing pada turnamen level Asia itu yang akan berlangsung di India, 20 Januari hingga 6 Februari 2022. Tim “Garuda Pertiwi” bergabung di Grup B untuk menghadapi Australia, Thailand, dan Filipina.
Indonesia terakhir tampil di Piala Asia Putri 1989. Dalam 20 kali penyelenggaraan ajang itu, Indonesia tampil lima kali. Prestasi terbaik disematkan "Garuda Pertiwi" ketika lolos ke babak semifinal pada edisi 1977 dan 1986.
Pelatih Indonesia Rudy Eka Priyambada menjelaskan, pemusatan latihan yang berlangsung selama empat pekan telah membantu pemain timnas putri berada di level terbaik secara fisik. Oleh karena itu, tambahnya, tim pelatih fokus untuk melatih formasi permainan dan penyelesaian akhir pemain pada satu pekan terakhir pemusatan latihan di Jakarta sebelum bertolak ke Kota Mumbai, India, Minggu (16/1/2022).
“Dengan persiapan yang telah kami lakukan, saya yakin kami bisa memberikan perlawanan di Grup B meski tiga tim lain adalah lawan yang kuat. Terpenting kami tampil kokoh agar tidak kebobolan, kemudian berusaha memaksimalkan peluang yang ada di setiap pertandingan,” ujar Rudy seusai latihan itu di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Jumat (7/1/2022) sore.
Ia mengungkapkan, dirinya bersama tim pelatih timnas putri serta anggota skuad “Garuda Pertiwi” telah mempelajari taktik dan filosofi permainan Australia, lawan perdana Indonesia. Indonesia akan menjamu Australia di Mumbai Football Arena, 21 Januari mendatang.
Pada tiga penyelenggaraan Piala Asia Putri terakhir, Australia selalu menembus partai puncak. Mereka menjadi juara pada edisi 2010, lalu hanya menduduki posisi kedua pada edisi 2014 dan 2018.
Tak hanya itu, Australia adalah wakil terbaik Asia di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Sam Kerr dan kawan-kawan menembus babak semifinal. Prestasi itu membuat "The Matildas" menjadi salah satu favorit juara di India 2022.
“Kami sudah fokus untuk mempersiapkan diri menghadapi Australia. Saya optimistis kami berpeluang memberikan kejutan di laga pertama,” kata Rudy.
Lawan kelas dunia
Untuk persiapan jelang Piala Asia 2022, Australia juga telah melakukan lima laga uji coba internasional dalam periode September hingga November lalu. The Matildas menghadapi lawan-lawan kelas dunia, seperti Brasil dan Amerika Serikat.
Hal itu kontras dengan persiapan Indonesia yang hanya melakukan pertandingan uji coba di dalam negeri. Laga internasional yang dijalani Indonesia hanya dua pertandingan Kualifikasi Piala Asia 2022 menghadapi Singapura, September lalu. Pada dua laga itu, Indonesia unggul dengan skor identik 1-0.
Dengan persiapan yang telah kami lakukan, saya yakin kami bisa memberikan perlawanan di Grup B meski tiga tim lain adalah lawan yang kuat. (Rudy Eka Priyambada)
Rani Mulyasari, gelandang tim “Garuda Pertiwi”, sependapat dengan sang pelatih. Ia tidak gentar menghadapi tiga lawan di Grup B yang memiliki peringkat FIFA dan pengalaman laga internasional lebih baik.
“Mereka adalah tim-tim yang bagus banget. Tetapi, kami tidak akan menyerah dan berambisi menampilkan permainan terbaik untuk Indonesia,” ucap pemain Persiba Balikpapan itu.
Adapun dua lawan lain di Grup B yang sama-sama berasal dari Asia Tenggara juga memiliki kualitas di atas Indonesia. Filipina, misalnya, tampil di Piala Asia 2018.
Indonesia gagal menang pada dua duel menghadapi Filipina dalam satu dekade terakhir. Kemenangan terahir kali diraih "Garuda Pertiwi" atas Filipina terjadi pada dekade 1980-an.
Sementara itu, Thailand adalah ratu sepak bola Asia Tenggara. Tim berjuluk “Chaba Kaew” itu telah merasakan empat trofi Piala AFF dan lima medali emas SEA Games.
Dalam 10 kali duel, Indonesia selalu menderita kekalahan dari Thailand. Mereka juga tampil dalam dua edisi terakhir Piala Dunia Putri, yaitu Kanada 2015 dan Perancis 2019.
Operan pendek
Dalam latihan, Jumat kemarin, Rudy menerapkan latihan intens sekitar 30 menit untuk melatih permainan bola-bola pendek dan pressing ketat. Ia ingin para pemain timnas putri bisa bermain dalam tempo cepat dan tidak kewalahan ketika menghadapi permainan menekan tiga lawan di Grup B.
Pada sesi latihan itu, satu tim berjumlah delapan orang mengenakan rompi jingga merupakan tim penguasa bola yang bertugas mengalirkan bola dengan operan pendek. Kemudian, mereka dibayangi oleh tiga pemain yang mengenakan seragam putih yang bertugas melakukan tekanan kepada tim yang memegang bola.
“Main satu-dua sentuhan, cukup satu sentuhan dan oper cepat ke kawan kalian. Pemain yang tidak pegang bola jangan diam, press terus, lihat bola,” teriak Rudy.
Setelah itu, Rudy menerapkan latihan tembakan jarak jauh dari tiga sisi berbeda. Para pemain berposisi bek, gelandang, dan penyerang silih berganti melakuken tembakan dari luar kotak penalti. Beberapa pemain , seperti Zahra Muzdalifah menunjukkan kualitas akurasi tembakannya sehingga bisa tiga kali menaklukan kiper.
Di sisi lain, pelatih kiper, Kurnia Sandy, juga tidak berhenti memberikan instruksi kepada empat kiper timnas putri. Mereka ialah Fani, Indri Yulianto, Yolanda Krismonica, dan Riska Aprilia.
“Perhatikan posisi kalian, jangan terlalu melebar. Jangan ragu juga untuk menangkap bola!” kata mantan kiper timnas Indonesia periode 1995-1998 itu.
Di luar latihan teknik itu, Rudy juga menyelenggarakan gim internal. Dalam sesi itu, skuad “Garuda Pertiwi” dibagi kedalam dua tim.
Mereka memainkan formasi yang serupa ditampilkan ketika menghadapi Singapura, September lalu, yaitu 5-4-1 ketika bertahan, kemudian tampil dengan 3-4-2-1 saat menguasai bola dan menyerang. Dalam proses transisi bertahan ke menyerang, Rani dan kawan-kawan memusatkan serangan dari kedua sisi sayap.