Tiga wakil Asia, terakhir Korea Selatan, meraup poin penting pada putaran pembuka penyisihan grup Piala Dunia 2022. Berkat penampilan kelas tinggi saat menahan Uruguay, Kamis, Korsel membuka asa lolos ke fase gugur.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, YUNIADHI AGUNG dari Doha, Qatar
·6 menit baca
DOHA, KOMPAS — Kemampuan Korea Selatan menahan imbang 0-0 juara dunia dua kali, Uruguay, Kamis (24/11/2022), di Stadion Education City, Doha, melengkapi raihan poin duta Asia pada tiga hari terakhir penyisihan grup Piala Dunia Qatar 2022. Meskipun belum mampu menang, Korsel sudah menunjukkan peningkatan level permainan dibandingkan pada empat tahun lalu di Rusia 2018.
Setelah Arab Saudi dan Jepang mengalahkan dua tim yang berpengalaman mengangkat trofi Piala Dunia, yaitu Argentina dan Jerman, Korsel pun tak mau ketinggalan. Pada laga pembuka tampil di Grup H Piala Dunia Qatar 2022, tim berjuluk ”Pasukan Taegeuk” itu lebih berinisiatif menguasai permainan dan tampil agresif.
Dukungan ribuan pendukung dengan atribut berwarna merah di tribune selatan Stadion Education City membuat para pemain Korsel bersemangat menekan Uruguay. Penampilan dua gelandang bertahan, Hwang In-beom dan Jung Woo-young, menjadi kunci bagi Pelatih Korsel Paulo Bento untuk memenangi duel di jantung permainan.
Dua pemain itu dengan baik mengatur tempo dan mengalirkan bola yang mayoritas mengarah ke kedua sisi sayap tim Korsel. Ketika kehilangan bola, Hwang dan Jung tidak segan untuk melakukan tekel dan pantang menyerah mengejar pemain Uruguay.
Korsel pun sempat mengungguli penguasaan bola dengan koleksi 52 persen di babak pertama. Persentase penguasaan bola mereka menurun di babak kedua, yaitu menjadi 44 persen. Namun, angka itu sudah lebih baik dibandingkan rerata 37,3 persen penguasaan bola mereka di tiga laga fase grup Piala Dunia 2018. Ketika itu, mereka diasuh Shin Tae-yong, pelatih tim Indonesia saat ini.
Penguasaan bola itu menjadi cara Bento untuk meredam kualitas Uruguay yang punya kualitas dan nilai pasar skuad lebih baik dari Korsel. Tak ketinggalan, semangat juang Pasukan Taegeuk juga menjadi penyebab mereka bisa kembali meraih poin di laga pembuka Piala Dunia setelah terakhir kali melakukannya pada edisi Afrika Selatan 2010.
”Di laga ini, terutama di babak pertama, kami menunjukkan peningkatan level permainan dibandingkan yang pernah ditampilkan tim ini sebelumnya. Kami harus yakin bisa terus menjaga performa ini dan konsisten dengan gaya permainan kami, siapa pun lawannya,” ujar Pelatih Korsel Paulo Bento dalam konferensi pers seusai laga tersebut.
Secara umum, performa enam wakil Asia di Piala Dunia 2022 tidak terlalu buruk. Tiga tim yang paling banyak tampil di Piala Dunia, yaitu Korsel (11 penampilan), Jepang (7), dan Arab Saudi (6), memulai turnamen tersebut dengan raihan poin. Adapun Iran, Australia, dan tuan rumah Qatar menderita kekalahan.
Jepang dan Arab Saudi tinggal butuh satu kemenangan untuk mengunci tiket ke babak 16 besar. Adapun Korsel masih berpeluang bersaing dengan Ghana dan Portugal, dua lawan mereka selanjutnya.
Namun, untuk bisa memenuhi target lolos ke fase gugur atau setidaknya menyamai capaian mereka menembus babak 16 besar di Afrika Selatan, Bento menegaskan, timnya wajib membenahi efektivitas serangan, terutama akurasi tembakan. Pada laga melawan Uruguay, Pasukan Taegeuk menghasilkan enam tembakan, tetapi tidak satu pun yang tepat sasaran.
Kami menjadikan hasil mereka (tim-tim Asia lainnya) sebagai motivasi ekstra untuk memperbaiki diri. Semoga kami bisa mendapatkan hasil positif besok (Jumat).
Bento menambahkan, dirinya akan melakukan penilaian dan evaluasi untuk dua laga selanjutnya. Ia memastikan Korsel akan bermain dengan kecepatan, agresivitas, dan keberanian yang sama di dua laga penyisihan grup berikutnya.
”Kami telah menyiapkan tim ini dalam empat tahun. Dengan level yang sudah kami capai saat ini, kami harus jaga level itu. Level yang sangat tinggi bisa membantu kami bersaing dengan lawan-lawan,” ucapnya.
Sementara Pelatih Uruguay Diego Alonso menilai Korsel bermain lebih baik dibandingkan timnya pada babak pertama, khususnya dalam hal organisasi permainan dan penguasaan bola. Setelah jeda, tambahnya, Uruguay mencoba melakukan perubahan. Hasilnya, Uruguay bisa lebih menyerang.
Hanya saja, kata Alonso, timnya tidak beruntung di laga yang disaksikan 41.663 pasang mata itu. ”Kami punya dua peluang (gol) yang (bola) terkena mistar di masing-masing. Babak penyisihan masih ada dua laga dan penentuan langkah kami di turnamen ini akan terlihat di partai ketiga,” ucap Alonso yang menjalani laga debutnya sebagai pelatih di Piala Dunia.
Bebas tekanan
Menjelang laga hidup mati menghadapi Senegal, Jumat (25/11) pukul 20.00 WIB, di Stadion Al-Thumama, Doha, Pelatih Qatar Felix Sanchez mengatakan, timnya terbebas tekanan dari hasil buruk di laga perdana menghadapi Ekuador, Minggu lalu. Ia yakin anak asuhannya bisa memainkan pertandingan yang lebih baik.
”Saya berharap kami bisa menampilkan performa kelas 'A', terlepas dari apa hasil akhir yang kami dapatkan. Senegal adalah tim yang luar biasa. Jadi, kami wajib meningkatkan level permainan kami,” kata Sanchez dalam konferensi pers.
Ismaeel Mohammed, bek Qatar, mengatakan, dirinya dan semua pemain Qatar tidak terpengaruh dengan berbagai kritik yang hadir akibat performa buruk mereka di laga pertama. Terkait hasil positif tiga tim Asia lain, Mohammed mengakui, itu membuat timnya lebih termotivasi untuk tampil lebih baik di laga melawan Senegal.
”Kami menjadikan hasil mereka (tim-tim Asia lainnya) sebagai motivasi ekstra untuk memperbaiki diri. Semoga kami bisa mendapatkan hasil positif besok (Jumat),” katanya.
Jika kalah dari Senegal, Qatar berpeluang menjadi tim pertama yang tersisih di Piala Dunia 2022. Pada laga lainnya, di Grup G, Swiss meraih kemenangan berharga, 1-0, atas Kamerun pada laga di Stadion Al-Janoub, Al-Wakrah. Gol semata wayang Swiss dicetak sosok yang unik, Breel Embolo.
Striker klub Perancis, AS Monaco, itu sebetulnya merupakan pemain asal Kamerun, tim yang menjadi lawannya. Ia lahir di Yaounde, ibu kota Kamerun, 26 tahun lalu. Saat berusia 5 tahun, orangtuanya berpisah. Ibunya lantas membawa Embolo bermigrasi ke Perancis.
Di sana, ibunya menikahi pesepak bola asal Swiss. Mereka kemudian pindah dan menetap di Swiss, negara yang menjadi pijakan kariernya. Embolo lalu mendapatkan kewarganegaraan Swiss.
Campur aduk
Tak pelak, perasaan Embolo bercampur aduk meskipun gol yang dicetaknya itu adalah yang pertama di Piala Dunia. Seperti kacang yang tidak lupa kulitnya, ia tidak merayakan golnya itu. Tak ada euforia kegembiraan meskipun ia mengukir catatan terbaik, yaitu selalu mengukir gol di tiga laga terakhirnya pada berbagai ajang untuk Swiss.
”Gol itu spesial karena hubungannya dengan Kamerun. Saya sangat senang dia bermain untuk kami (Swiss). Karena dia, kami bisa menang hari ini,” ujar Yann Sommer, kiper Swiss, memuji Embolo.
Kemenangan itu penting bagi Swiss. Mereka setidaknya ingin diperhitungkan sebagai wakil Eropa yang konsisten. Pada dua edisi terakhir, yaitu Rusia 2018 dan Brasil 2014, Swiss selalu lolos ke babak gugur. Namun, langkah mereka saat itu selalu berakhir di babak 16 besar.
Menariknya, kubu Kamerun turut bangga meskipun kalah di laga itu. Mereka dapat berbesar hati dikalahkan oleh gol sesama orang Kamerun. Perbedaan pilihan tim atau negara tidak serta-merta menghapus ikatan darah atau asal-usul pemain.
”Kami mengenal satu sama lain, bahkan sering berbincang melalui telepon. Saya mengucapkan selamat untuknya. Dia (Embolo) adalah adik saya. Jangan karena berada di tim yang berbeda, kami lantas tidak lagi bersaudara,” ujar Pelatih Kamerun Rigobert Song.
Kekalahan itu mempertegas rekor buruk Kamerun di Piala Dunia, satu dekade terahir. Mereka selalu kalah di delapan laga terakhir di Piala Dunia. Hanya Meksiko satu-satunya tim yang lebih buruk dari mereka dalam hal rekor kekalahan beruntun di Piala Dunia, yaitu sembilan kali pada kurun 1930-1958.
Meskipun demikian, Song tidak mau ambil pusing soal catatan rekor itu. Ia berkata, timnya ambisius dan masih punya harapan lolos dari Grup G yang dihuni dua tim lainnya, Brasil dan Serbia. ”Masih ada (dua) laga. Segala hal bisa terjadi di sepak bola,” ujar Song. (BRO)