Solidaritas Asia, Indonesia Larut Mendukung Jepang
Sejumlah masyarakat Indonesia yang hadir acara nobar memilih mendukung Jepang ketimbang Jerman karena solidaritas sesama negara Asia.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Solidaritas dukungan sesama negara Asia tergambar dalam suasana “nonton bareng” terbuka yang diadakan Adidas Indonesia di Triboon Hub, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Meskipun Jepang bukan negara sepak bola dengan basis pendukung besar di Indonesia, namun mayoritas pengunjung "nobar" tersebut lebih banyak bersorak-sorai untuk tim “Samurai Biru”.
Sorak-sorai penonton nobar menggema setiap kali pemain Jepang menggiring bola ke wilayah permainan Jerman. Suasana pecah ketika skuad asuhan Hajime Moriyasu itu dua kali membobol gawang Jerman yang dikawal Manuel Neuer. Euforia kegembiraan pendukung Jepang ini nampak kontras dengan raut wajah segelintir pendukung Jerman dalam nobar tersebut.
Jepang kembali menjadi wakil negara Asia yang membuat kejutan di Piala Dunia Qatar 2022. Sehari sebelumnya, wakil Asia lainnya, Arab Saudi, juga menaklukkan tim raksasa, Argentina. Dengan proses kemenangan serupa, Jepang membalikkan keadaan, setelah tertinggal lebih dulu lewat sepakan penalti Ilkay Guendogan, pada menit ke-33.
Akan tetapi, pada babak kedua, Jepang berhasil membukukan dua gol, masing-masing melalui Riatsu Doan pada menit ke-75 dan Takuma Asano di menit ke-83. Dua gol tersebut membuat Jepang menumbangkan juara dunia 2014 tersebut, 2-1.
Putra Maulana, presenter olahraga yang turut hadir di nobar tersebut, mengatakan, dukungan kepada Jepang adalah bentuk solidaritas sesama negara Asia. Melihat semangat negara Asia yang mampu mengejutkan negara kuat Eropa dan Amerika Selatan, dia meyakini Jepang bisa melangkah jauh di Piala Dunia 2022. Menurut dia, Jepang dan negara Asia lainnya bisa melenggang lebih jauh, bermodal keuntungan adaptasi cuaca dan atmosfer sepak bola Timur Tengah.
“Sama seperti Arab Saudi (mengalahkan Argentina), ini menjadi bukti kekuatan sepak bola Asia tidak boleh diremehkan oleh negara mana pun,” kata Putra.
Kendati ia mendukung Spanyol, tim yanv berada dalam grup sama dengan Jepang, namun dia tetap berharap negara Asia, termasuk Jepang, bisa mendapatkan hasil terbaik. "Semoga nanti kalau lawan Spanyol minimal bisa imbang dan lolos bersama ke babak 16 besar," ujar Putra.
Sementara penonton lainnya, Gabriel Gusti (24), mengatakan, kemenangan Jepang atas Jerman merupakan pertandingan terbaik dari negara Asia yang pernah ditontonnya. Meskipun dirinya bukan pendukung fanatik Jepang, namun setiap gelaran Piala Dunia, Gabriel selalu mendukung tim Samurai Biru.
Dengan bisa mengalahkan kandidat kuat juara, sepertinya tidak ada salahnya kami bermimpi untuk melihat Jepang melangkah hingga ke babak semifinal atau bahkan final.
“Jepang di Piala Dunia pasti mainnya spartan. Misalnya di Piala Dunia 2018, mereka nyaris saja mengalahkan Belgia. Hanya kalah dengan skor tipis. Saya pikir, dengan modal bermain di Asia, tahun ini mereka bisa melangkah lebih jauh," kata Gabriel.
Dukungan kepada Jepang bukan saja karena faktor sesama negara Asia. Ada juga yang mendukung karena alasan historis. Sebagai contoh, penonton lainnya, Vintya (25), sejak kecil telah mendukung Jepang karena negara tersebut populer di telinganya.
“Jadi, pertama kali ikutan nonton bola, Piala Dunia 2010 lalu, saya dukung Belanda dan Jepang. Karena saat masih kecil, tahu dua negara tersebut karena pernah menjajah Indonesia. Akhirnya, dukung sampai saat ini,” ujar Vintya.
Dalam nobar yang dipenuhi kegembiraan pendukung Jepang itu, hadir pula segelintir warga Indonesia keturunan negeri "Matahari Terbit". Febrian (34), pria keturunan Jepang, merasa bangga dengan kemenangan atas negara kuat Eropa. Meskipun lahir dan besar di Indonesia, ia tetap terpanggil mendukung Takefusa Kubo dan kawan-kawan, para pemain negara asalnya.
Febrian juga merasa kagum melihat dukungan dari sesama orang Indonesia yang mendukung Jepang. Ia sempat mengira penonton yang hadir merupakan pendukung Jerman. Realitasnya justru sebaliknya. Suasana nobar justru didominasi sorak-sorai untuk Jepang.
"Dengan bisa mengalahkan kandidat kuat juara, sepertinya tidak ada salahnya kami bermimpi untuk melihat Jepang melangkah hingga ke babak semifinal atau bahkan final," kata Febrian.