Ekuador mengubah takdir tuan rumah piala dunia tidak kalah dalam laga perdana dengan menang 2-0 atas Qatar di laga pembuka Piala Dunia Qatar 2022.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
DOHA, KOMPAS – Ekuador mengubah takdir tuan rumah Piala Dunia tidak terkalahkan di laga perdana. Dua gol Enner Valencia mengempaskan Qatar dengan skor 2-0 di laga pembuka Grup A di Stadion Al-Bayt, Doha, Ibu Kota Qatar, Minggu (20/11/2022) malam.
Di babak pertama dengan sepak mula pukul 23.00 WIB itu sebenarnya tercipta tiga gol yang diborong oleh Valencia, bomber Fenerbache (Turki). Gol pertama terjadi menit ke-3 tetapi dianulir setelah analisa VAR (video asisten wasit) bahwa Valencia dinyatakan offside.
Namun, laga itu dikendalikan oleh tim tamu. Menit ke-15, kiper Saad Al Sheeb melanggar Valencia di kotak penalti sehingga hukuman kartu kuning dan tendangan dari titik putih untuk Ekuador tak terhindarkan. Valencia dengan baik mengeksekusi penalti menit ke-16 sekaligus menjadi gol perdana di turnamen termahal sepanjang sejarah berbiaya 220 miliar dollar AS atau setara Rp 3.344 triliun.
Valencia yang sebelumnya membela Tigres UANL (Meksiko) menggandakan keunggulan tim tamu dengan menanduk umpan untuk menggetarkan gawang Al Sheeb menit ke-31. Catatan FIFA, Valencia telah mencetak lima gol bagi Ekuador di Piala Dunia. Tiga gol sebelumnya terjadi di Brasil 2014. Adapun Ekuador absen di Rusia 2018.
Dua gol itu meruntuhkan prediksi sekaligus kenyataan bahwa tuan rumah tidak pernah kalah dalam laga perdana turnamen. Dari 22 edisi sejak 1930 (tanpa 1942 dan 1946 karena Perang Dunia 2), statistik laga pembuka tuan rumah ialah kemenangan 16 laga dan seri 5 laga.
Sejak Jerman 2006, FIFA menerapkan kebijakan bahwa tuan rumah tampil pada laga pembuka turnamen. Di Jerman 2006, tuan rumah menang 4-2 atas Kosta Rika. Di Afrika Selatan 2010, tuan rumah imbang 1-1 dengan Meksiko. Di Brasil 2014, tuan rumah menang 3-1 atas Kroasia. Di Rusia 2018, tuan rumah menang 5-0 atas Arab Saudi.
Dua gol atas Qatar itu menempatkan Valencia sebagai top scorer Ekuador di Piala Dunia dengan total lima gol. Valencia melampaui capaian Agustin Delgado (3 gol) yang dicetak di Korea-Jepang 2002 (1 gol) dan Jerman 2006 (2 gol). Tiga gol Valencia di Brasil 2014 terjadi saat Ekuador kalah 1-2 dari Swiss dan menang 2-1 atas Honduras. Selain itu, menguatkannya sebagai pencetak gol terbanyak Ekuador dengan 37 gol dari 75 laga atau rerata hampir satu gol dari dua laga.
Strategi
Qatar yang menurut pelatih Felix Sanchez Bas telah mempersiapkan diri selama tiga tahun sejak menjadi juara Asia 2019 turun dengan kekuatan penuh. "Si Marun", julukan Qatar, bermain dengan formasi 5-3-2, kesukaan Felix dari Spanyol itu. Dua penyerang Almoez Ali dan Akram Afif menjadi pemain mula atau starter.
Tim tamu turun dengan formasi tradisional 4-4-2. Valencia, sang kapten, diduetkan dengan Michael Estrada (Cruz Azul). Dari formasi ini, Ekuador mencoba memancing tuan rumah bermain terbuka dan berhasil.
Formasi Qatar yang cenderung bertahan dan mengandalkan serangan balik ternyata mampu dibongkar oleh gempuran Ekuador. Statistik di FIFA.com memperlihatkan bahwa Ekuador mampu melesakkan lima tembakan yang empat di antaranya terarah dan berbuah dua gol. Qatar membuat dua tembakan di dalam area penalti dan tiga tembakan dari luar kotak titik putih tetapi tiada yang tepat sasaran. Ekuador juga lebih mengendalikan laga dengan penguasaan bola 53 persen berbanding 47 persen.
Dalam perjalanan menembus putaran final Qatar 2022, "Triwarna", julukan Ekuador membuat 27 gol sepanjang kualifikasi Zona CONMEBOL atau Amerika Selatan (Latin). Jumlah gol itu tertinggi dalam sejarah kualifikasi Ekuador di piala dunia. Qatar 2022 merupakan partisipasi keempat dari 22 edisi piala dunia. Tiga edisi sebelumnya ialah Korea-Jepang 2002, Jerman 2006, dan Brasil 2014.
Kemenangan atas Qatar membawa kepercayaan diri Ekuador untuk menghadapi tim tradisional Eropa yakni Belanda di Stadion Khalifa, Jumat (25/11/2022) pukul 23.00 WIB. Selanjutnya, di arena yang sama, Ekuador akan menghadapi juara Afrika 2021 Senegal, Selasa (29/11/2022) pukul 22.00 WIB.
Dalam jumpa pers sebelum laga melawan tuan rumah, pelatih Ekuador Gustavo Alvaro dari Argentina mengatakan, tim asuhannya sebenarnya tidak lebih difavoritkan daripada Qatar, juara Asia 2019. Status tuan rumah dan kampiun Asia membuktikan kualitas tim tuan rumah.
Selain itu, di antara tim-tim Amerika Latin, lanjut Alvaro, Ekuador dianggap terlemah dan bahkan belum pernah mendapatkan prestasi mayor sebagai juara Copa America apalagi juara dunia. Tim-tim CONMEBOL lainnya ialah Brasil (5 piala dunia), Argentina (2 piala dunia), dan Uruguay (2 piala dunia). Namun, Ekuador merupakan kekuatan tersegar dengan barisan termuda di antara empat tim CONMEBOL dengan rerata usia tim 25 tahun dan 334 hari. (FIFA/AFP)