Novak Djokovic punya berbagai alasan untuk tampil maksimal di Final ATP. Dia ingin mengakhiri musim buruk 2022 dengan gelar keenam dari ajang itu. Djokovic pun antusias karena mendapat kabar akan menerima visa Australia
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TURIN, RABU Ada beberapa faktor yang membakar semangat Novak Djokovic saat tampil dalam turnamen Final ATP di Turin, Italia. Di lapangan, dua kemenangan straight sets tak akan membuatnya rileks untuk satu laga lagi pada penyisihan grup, meski telah dipastikan lolos ke semifinal.
Kemenangan kedua, yang membuat Djokovic memimpin klasemen sementara Grup Merah, didapat atas Andrey Rublev. Pada laga di Pala Alpitour, Turin, Rabu (16/11/2022), petenis Serbia itu menang 6-4, 6-1. Hasil tersebut menyusul kemenangan 6-4, 7-6 (7/4) atas Stefanos Tsitsipas, dua hari sebelumnya.
Petenis berusia 35 tahun itu pun menjadi wakil pertama Grup Merah yang tampil pada semifinal. Satu tiket lainnya diperebutkan melalui laga Rublev lawan Tsitsipas, Jumat.
Posisi Djokovic pada dua peringkat teratas grup tak akan tergeser meski ada satu laga lagi yang harus dijalani, yaitu melawan Daniil Medvedev. Dia memastikan akan mempertahankan level permainan tinggi seperti yang diperlihatkan ketika mengalahkan Rublev. Djokovic menyebut, penampilannya saat melawan petenis Rusia itu menjadi salah satu yang terbaik pada tahun ini.
”Saya tidak akan rileks. Kepastian lolos ke semifinal justru membuat saya sangat fokus pada setiap laga,” katanya.
Semifinal dalam turnamen yang diikuti delapan petenis terbaik pada musim 2022 ini akan berlangsung Sabtu. Juara grup akan bertemu peringkat kedua dari grup berbeda.
Pada Grup Hijau, yang laga terakhir penyisihannya berlangsung Kamis, Casper Ruud menjadi yang pertama lolos ke semifinal. Tiket lain diperebutkan dalam duel debutan turnamen, yaitu Felix Auger-Aliassime dan Taylor Fritz. Adapun langkah Rafael Nadal hanya sebatas fase penyisihan karena dua kali kalah, apapun hasil melawan Ruud, pada Kamis.
Salah satu faktor yang menjadi motivasi Djokovic bersaing di Turin adalah menyamai rekor Roger Federer sebagai petenis dengan gelar juara terbanyak dari Final ATP, yaitu enam gelar. Djokovic telah merebut lima gelar, yang terakhir pada 2015.
Jika targetnya tercapai, Djokovic bisa menutup musim 2022 dengan pencapaian tertinggi setelah perjalanan kariernya tak begitu mulus. Sikap tak ingin menerima vaksin Covid-19 membuatnya tak bisa memasuki beberapa negara, seperti Australia dan Amerika Serikat. Akibatnya, dia absen pada dua Grand Slam, yaitu Australia dan AS Terbuka.
Djokovic juga tak bisa tampil dalam turnamen level ATP Masters 1000 di Indian Wells dan Miami. Sepanjang 2022, petenis yang saat ini berperingkat kedelapan dunia itu hanya tampil dalam 11 turnamen.
Visa Australia
Selain itu, ada faktor lain yang membuat suasana hatinya nyaman, yaitu kabar yang datang sejauh 14.300 kilometer dari Italia. Pada Kamis, Pemerintah Australia memastikan bahwa Djokovic akan mendapat visa agar bisa tampil dalam Grand Slam Australia Terbuka, 16-29 Januari 2023.
Saya tidak akan rileks. Kepastian lolos ke semifinal justru membuat saya sangat fokus pada setiap laga.
Menteri Imigrasi Australia Andrew Giles telah menyetujui permintaan Djokovic agar larangan datang ke Australia selama tiga tahun dicabut. ”Djokovic telah dipastikan akan mendapat visa sementara untuk memasuki Australia,” kata Giles.
Djokovic mendapat kabar tersebut dari Pemerintah Australia, Selasa. Dia pun mengungkapkan kelegaannya. ”Saya sangat senang menerima kabar itu, apalagi setelah saya dan orang-orang terdekat melalui berbagai momen sulit tahun ini. Saya mendapat hasil paling sukses di Australia Terbuka dan sangat ingin kembali ke sana, bermain dengan kemampuan terbaik saya,” tuturnya.
Keputusan Canberra tersebut juga disambut baik Tennis Australia (TA) sebagai penyelenggara Australia Terbuka. ”Kami selalu berjuang mendatangkan pemain-pemain terbaik dunia ke Melbourne pada Januari. Kami pun selalu berupaya membuat turnamen terbaik bagi petenis dan penggemar tenis,” pernyataan resmi TA.
Awal tahun ini, Djokovic dideportasi dari Australia. Dia tiba di Melbourne, untuk mengikuti Australia Terbuka pada 17-30 Januari, tanpa bukti vaksin Covid-19 yang menjadi syarat kedatangan internasional.
Djokovic masuk ke Australia dengan menggunakan surat pengecualian dari instansi kesehatan di Serbia yang disetujui panel independen dan TA. Surat itu dibuat karena dia baru terinfeksi Covid-19, hingga tak dapat menerima vaksin. Namun, keluarnya surat pengecualian tersebut menjadi kontroversi karena pada saat terinfeksi, Djokovic justru menghadiri berbagai acara, termasuk di luar Serbia.
Ketika tiba di Melbourne, visanya ditolak oleh petugas perbatasan hingga ayah dari dua anak itu ditahan. Dia mengajukan banding dan menang, lalu berlatih di Melbourne Park. Drama berlanjut ketika Menteri Imigrasi saat itu, Alex Hawke, menggunakan hak prerogratif untuk membatalkan visa Djokovic. Hal ini diiringi ketentuan larangan ke Australia selama tiga tahun.
Hawke mengatakan, pemerintah Australia harus melindungi masyarakatnya. Djokovic pun meninggalkan Australia sehari sebelum turnamen dimulai. (AP/AFP)