Taklukkan Idolanya, Auger-Aliassime Buka Peluang Ke Semifinal
Felix Auger-Aliassime membuat keinginan Rafael Nadal untuk menjuarai turnamen Final ATP buyar. Petenis Kanada itu membuat Nadal kalah dua kali, secara "straight sets", dalam penyisihan grup.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TURIN, SELASA-Felix Auger-Aliassime mendapat kemenangan besar dalam kariernya ketika mengalahkan idolanya sejak masa kecil, Rafael Nadal. Kemenangan itu membuka kesempatan petenis Kanada tersebut lolos ke semifinal dalam debutnya pada turnamen Final ATP.
Dalam turnamen yang diikuti delapan petenis terbaik berdasarkan performa sepanjang 2022 ini, Auger-Aliassime sebenarnya hanyalah “anak bawang”. Dia lolos ke Turin pada “menit-menit akhir” kala bersaing di ATP Masters 1000 Paris, turnamen Masters terakhir sebelum Final ATP.
Berhadapan dengan Nadal dalam penyisihan Grup Hijau, Auger-Aliassime tak pernah menang dalam dua pertemuan sebelumnya, yaitu pada babak kedua Madrid Masters 2019 dan babak keempat Grand Slam Perancis Terbuka 2022. Namun, dia bisa memberi perlawanan ketat di Roland Garros dengan memaksa Nadal bermain lima set.
Di Turin, pada Selasa (15/11/2022), kemenangan itu akhirnya tiba. Auger-Aliassime menang dengan skor 6-3, 6-4. Petenis berusia 22 tahun itu melakukannya di hadapan keluarga Nadal di tribune, termasuk istrinya, Maria, yang baru melahirkan pada Oktober. Dia juga tampil di hadapan Toni Nadal, paman sekaligus mantan pelatih Nadal selama 28 tahun.
Yang berbeda, Paman Toni berada di tribun tim Auger-Aliassime karena dia adalah pelatihnya sejak April 2021. Sejak menjadi pelatih Auger-Aliassime, baru kali ini Paman Toni menyaksikan persaingan anak didik dengan keponakannya. Dia memilih tak menonton ketika mereka bertemu di Perancis Terbuka.
Dalam pertandingan di Turin, Auger-Aliassime tampil solid dengan tingginya akurasi pada servis pertama. Sebaliknya, Nadal mengalami kesulitan untuk menyeberangkan bola pada pukulan pembuka itu. Pada satu momen di set pertama, dia bahkan melakukan dua double fault secara beruntun.
Dari 61 kali servis pertama, hanya 36 kali (59 persen) dia bisa menyeberangkan bola dan masuk, adapun Auger-Aliassime memiliki persentase servis pertama 71 persen (48/68). Kesulitan servis dialami Nadal karena dia belum benar-benar pulih dari cedera otot perut yang mulai dirasakan saat Wimbledon, pada Juli.
Auger-Aliassime juga tampil baik dalam keadaan tertekan. Dia lima kali menghadapi break point Nadal, tetapi bisa menggagalkannya. Total, Auger-Aliassime membuat 32 winner, sedangkan Nadal dengan 13 winner.
Tampil di sini, rasanya seperti mimpi. Dulu, saya tak yakin bisa bersaing di sini, apalagi bisa mengalahkan Rafa, idola saya. Perbedaan usia kami cukup jauh dan itu membuktikan bahwa dia adalah seorang juara.
“Tampil di sini, rasanya seperti mimpi. Dulu, saya tak yakin bisa bersaing di sini, apalagi bisa mengalahkan Rafa, idola saya. Perbedaan usia kami cukup jauh dan itu membuktikan bahwa dia adalah seorang juara. Dalam usia 36 tahun, dia masih lolos ke turnamen ini untuk melawan petenis berusia 20 tahunan,” tutur petenis Kanada itu.
Meski kalah, Nadal sebenarnya memiliki peluang menempati dua peringkat teratas sebagai syarat lolos ke semifinal. Namun, ini bergantung pada laga di grup yang sama yang berlangsung Rabu dini hari waktu Indonesia, Casper Ruud melawan Taylor Fritz. Ini adalah laga yang mempertemukan sesama pemenang pada laga pertama, Minggu.
Namun, harapan Nadal untuk menjuarai Final ATP, yang belum pernah dilakukannya, pupus saat Ruud memenangi set pertama. Itu sudah cukup untuk menyingkirkan Nadal dari turnamen ini meski dia masih memiliki satu laga lagi, melawan Ruud. Ruud akhirnya memastikan diri lolos ke semifinal dengan mengalahkan Fritz, 6-3, 4-6, 7-6 (6).
Dengan hasil tersebut, Auger-Aliassime dan Fritz akan bersaing memperebutkan satu tiket tersisa dari Grup Hijau untuk lolos dari penyisihan grup. Diikuti empat petenis dalam setiap grup, mereka bersaing untuk menempati dua peringkat teratas agar bisa tampil pada semifinal.
“Saya sekali menang dan sekali kalah. Masih ada satu pertandingan lagi dan semoga saya bisa memenanginya. Melawan Taylor tidak akan mudah karena dia tampil sangat baik pada tahun ini. Namun, saya akan belajar dari pengalaman Toni dalam situasi seperti ini. Dia telah memberi pengaruh besar pada saya,” tutur Auger-Aliassime dalam laman resmi turnamen.
Bagi Nadal, kekalahan straight sets dalam dua pertandingan begitu mengecewakan. Sebelum kalah dari Auger-Aliassime, dia dikalahkan Fritz 6-7 (3), 1-6. Itu membuatnya tak juga bisa melengkapi 22 gelar juara Grand Slam dan medali emas Olimpiade dengan gelar Final ATP. Hasil terbaiknya dari 11 penampilan adalah final 2010 dan 2013.
“Saya tak tahu, apakah bisa mencapai permainan level tinggi lagi atau tidak. Tetapi, tak diragukan bahwa saya sangat menginginkannya. Saya hanya perlu mengembalikan perasaan positif dan mental yang kuat,” katanya.
Alcaraz nomor satu akhir tahun
Tersingkirnya Nadal dari fase penyisihan Final ATP memastikan bahwa rekan mudanya sesama petenis Spanyol, Carlos Alcaraz, tetap berada di posisinya sebagai petenis nomor satu dunia sampai akhir 2022. Petenis berusia 19 tahun itu menjadi tunggal putra termuda dengan ranking pertama dunia pada akhir tahun sejak sistem peringkat dunia terkomputerisasi dipakai pada 1973.
Sebelum persaingan di Turin berlangsung, Nadal dan Stefanos Tsitsipas memiliki kesempatan menggeser posisi Alcaraz yang tak jadi tampil. Dia sebenarnya berhak bersaing di Final ATP tetapi batal karena cedera otot perut.
Nadal memiliki syarat juara untuk bisa naik satu tingkat ke puncak dunia. Tsitsipas, yang berperingkat ketiga, memiliki syarat sama, tetapi dengan catatan lain, yaitu tak terkalahkan pada penyisihan grup. Harapan ini langsung buyar ketika dia kalah dari Novak Djokovic pada penampilan pertama mereka di Grup Merah, Senin. (AP/AFP)