"Rookie" unggulan musim ini tidak tenggelam dalam ekspektasi. Bahkan, Paolo Banchero menjalani debut dengan menyamai catatan bersejarah milik LeBron James.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
DETROIT, KAMIS – Barisan para rookie unggulan NBA langsung bersinar dalam debut mereka. Meskipun baru musim pertama, mereka seakan sudah siap merebut panggung tertinggi liga. NBA memberikan contoh bagaimana seharusnya kualitas pemain rookie untuk berdampak terhadap tim mereka.
Perang rookie terjadi di laga Detroit Pistons lawan Orlando Magic di Arena Little Caesars, Detroit, pada Kamis (20/10/2022) WUB. Pistons menang 113-109 lewat kontribusi besar dua rookie sekaligus, guard Jaden Ivey (19 poin, 4 asis, 3 steal) dan center Jalen Duren (14 poin, 10 rebound, 3 blok).
Meskipun kalah, Magic bisa tersenyum melihat prospek besar rookie mereka, yaitu forward 19 tahun Paolo Banchero. Pilihan pertama Draft NBA 2022 itu tidak tenggelam dalam ekspektasi. Banchero memimpin tim lewat sumbangan 27 poin, 9 rebound, dan 5 asis dalam 35 menit bermain.
Malam itu bersejarah untuk Banchero. Dia menjadi rookie pertama yang bisa mencatat minimal 25 poin, 5 rebound, dan 5 asis sejak terakhir kali diciptakan LeBron James pada 2003. Dia juga memecahkan rekor klub sebagai pencetak poin terbanyak di laga debut, melewati legenda hidup seperti Shaquille O’Neal.
(Angka) itu gila, sangat berarti. Pastinya saya ingin menang, tetapi yang utama saya mau bermain sekeras mungkin, bertarung untuk tim. Saya berhasil melakukan itu. Tetapi, masih banyak yang harus diperbaiki.
“(Angka) itu gila, sangat berarti. Pastinya saya ingin menang, tetapi yang utama saya mau bermain sekeras mungkin, bertarung untuk tim. Saya berhasil melakukan itu. Tetapi, masih banyak yang harus diperbaiki,” kata Banchero yang berasal dari Universitas Duke tersebut.
Menariknya lagi, seluruh poin yang diciptakan Banchero berasal dari area dalam. Akurasi lemparannya sangat tinggi, hingga 61,1 persen. Dengan tubuh atletis setinggi 2,08 meter, dia sangat mudah mendominasi di dekat keranjang. Mayoritas poin berasal dari dunk.
Bagi Magic, tim juru kunci wilayah timur musim lalu, mendapat Banchero terasa seperti menang lotre. Sebab, mereka nyaris saja memilih rookie prospek teratas dalam draft tahun ini, Chet Holmgren. Adapun Holmgren harus absen semusim akibat cedera tidak lama setelah draft.
Pelatih Pistons Dwayne Casey memuji sang rookie lawan. Menurut dia, banyak debutan yang bisa berpengaruh di laga pertama. Namun, tidak banyak yang bisa memimpin tim di dua sisi lapangan sekaligus, seperti Banchero. “Dia akan menjadi masalah di liga ini untuk waktu yang lama,” kata Casey.
Di sisi lain, manajemen Pistons juga bisa tidur tenang. Dua rookie mereka menunjukkan potensi besar pada masa depan. Ivey, urutan ke-5 draft, bermain eksplosif mirip bintang Memphis Grizzlies Ja Morant. Dengan tinggi hanya 1,93 meter, dia tidak takut menerobos ke area keranjang dan mampu melempar jauh.
Ivey langsung dipercaya sebagai starter dan tampil 32 menit. Pemain 20 tahun itu berduet dengan bintang muda Pistons, Cade Cunningham (21). Duo guard tersebut memberikan asa kepada tim asuhan Casey yang sedang dalam fase pembangunan ulang skuad dengan pemain muda.
Duren tidak kalah menjanjikan. Tubuhnya yang setinggi 2,11 meter sangat atletis untuk pemain berusia 18 tahun. Duren mampu bersaing dengan pemain lebih veteran di area dalam. Dia menghasilkan 10 rebound hanya dalam 22 menit, terbanyak untuk pemain Pistons.
Duren akan menjadi pelapis solid untuk center Pistons, Isaiah Stewart. Adapun Duren dipilih di urutan ke-13 draft oleh Charlotte Hornets, sebelum kemudian ditukar ke Pistons.
“Dia sudah siap (di NBA). Dia akan semakin berkembang lebih cepat dengan menit bermain yang didapatkan. Saya berlatih dengannya setiap hari. Dan saya merasakan dia punya tubuh seperti pemain NBA kebanyakan pada usia semuda itu,” ujar Stewart.
Kesiapan para rookie NBA itu tidak lepas dari kompetisi terstruktur dan pemantauan bakat yang tepat. Mayoritas pemain berasal dari kompetisi universitas, NCAA, yang sudah dibentuk sejak 1939. NCAA menjadi kolam bakat terbesar. NBA tinggal mengambil talenta terbaik dari kolam itu.
Banchero adalah salah satu pemain yang berkembang pesat dari NCAA. Dia bermain semusim untuk salah satu tim kampus terbaik, Universitas Duke. Dia juga ditangani langsung oleh mantan pelatih yang pernah meraih emas Olimpiade bersama tim Amerika Serikat, yaitu Mike Krzyzewski atau “Coach K”.
“Coach K” yang sudah melatih Duke sejak 1980, menilai Banchero akan menjadi pemain serba bisa. Karena itu, dia mengarahkan bakat sang pemain untuk mencapai potensi tersebut. Pelatih universitas yang hebat sangat berperan dalam kesiapan pemain sebelum terjun ke profesional.
Seperti kata Banchero, dia mendapat begitu banyak pelajaran dari “Coach K”. “Dia mengajarkan saya bagaimana menjadi seorang pria. Entah itu mengkritik atau memuji saya, dia selalu berada di sana. Dia adalah pelatih terbaik yang pernah saya miliki,” ucapnya.
Dengan bakat terbaik itu, sistem draft NBA pun tidak percuma. Adapun sistem draft mereka dibuat demi menyamaratakan persaingan liga. Tim dengan peringkat lebih rendah pada klasemen musim reguler sebelumnya berhak memilih lebih dulu. (AP)