Pelatih Massimiliano Allegri mungkin bisa tenang karena dukungan presiden klub. Namun, para pemain yang mulai frustrasi akan semakin mendesaknya ke pintu keluar.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
TURIN, JUMAT – Para pemain Juventus mulai merasakan alergi terhadap kepemimpinan pelatih Massimiliano Allegri setelah rentetan hasil buruk dan masalah komunikasi. Meskipun didukung penuh presiden klub Andrea Agnelli, posisi Allegri bisa saja menjadi tumbal karena penolakan pemain semakin nyata.
Suasana ruang ganti Juve semakin tidak kondusif jelang ”Derbi della Mole” lawan Torino di Stadion Olimpiade Turin pada Sabtu (15/10/2022). Menurut La Gazetta Dello Sports, banyak pemain tidak senang dengan keputusan Allergi yang membatalkan latihan satu hari usai kekalahan dari Maccabi Haifa di Liga Champions Eropa.
Mayoritas pemain ”Si Nyonya Besar” menilai, pembatalan latihan itu tidak akan menyelesaikan krisis yang sedang dihadapi. Mereka juga berharap pelatih lebih banyak berkomunikasi terhadap pemain, terutama jika ada keputusan mendadak seperti itu.
Ekspresi para pemain itu adalah akumulasi dari berbagai masalah pada musim ini. Selain hasil buruk, mereka juga khawatir dengan metode latihan Allegri yang intensitasnya cenderung rendah. Intensitas rendah itu tecermin dalam pertandingan. Mereka juga bingung dengan pemilihan pemain yang dilakukan pelatih.
Mantan Presiden Juve Giovanni Cobolli Gigli mengatakan, ketidakpuasan para pemain adalah sebuah pertanda buruk untuk Allegri. Skuad Juve sudah tampak tidak mau berjuang lagi demi sang pelatih. Hal itu tecermin di lapangan dari tren buruk pekan ke pekan.
”Perasaan saya tidak enak dengan dalam grup ini. Allegri kemungkinan akan diusir (oleh pemain). Para pemain memperlihatkan itu dengan tidak adanya kohesi saat bermain,” ujar Gigli, seperti dikutip Tribal Football.
Hingga saat ini Juve menempati peringkat ke-8 di Liga Italia dengan hanya meraih 3 kali menang dari 9 laga. Mereka berpotensi besar tidak lolos dari babak Grup Liga Champions. Juve baru mengoleksi 3 poin dari 4 laga, saat Benfica dan Paris Saint Germain sudah memiliki 8 poin.
Krisis itu mencapai titik puncak dalam dua laga terakhir akibat kekalahan dari AC Milan dan Maccabi Haifa. Masalahnya bukan hanya sama-sama kalah dengan skor 0-2, mereka juga tidak tampil menjanjikan dalam laga tersebut.
Tim asuhan Allegri selalu dominan dalam penguasaan bola, tetapi tidak bisa mengubah jadi gol. Gaya main dengan formasi 4-4-2 yang sering disebut ”Allegri Ball” itu semakin terbukti tidak efektif. Mereka lebih banyak bermain di separuh lapangan sendiri.
Menurut bek sayap Juve, Danilo, kekalahan lawan Maccabi Haifa, tim kecil dari Israel, sangatlah memalukan. Hasil itu menunjukkan kondisi mental skuad mereka saat ini. ”Sulit dipikirkan kami sangat mudah grogi. Ketika ada kesulitan, kami bersembunyi. Sikap seperti ini tidak tepat sama sekali,” ucapnya.
Kualitas skuad Si Nyonya Besar memang tidak semewah ketika era pertama rezim Allegri (2014-2019). Namun, itu bukan alasan utama. Juve masih memiliki bintang dalam tim. Hanya saja, Allegri tidak mampu memaksimalkannya.
Perasaan saya tidak enak dengan dalam grup ini. Allegri kemungkinan akan diusir.
Contohnya adalah penyerang Dusan Vlahovic. Dia sangat inkonsisten musim ini dengan catatan 6 gol dari 12 laga di seluruh kompetisi. Performa itu tidak seperti musim lalu ketika ia masih di Fiorentina. Dia bermain konsisten setiap pekan dan menghasilkan 17 gol dari 21 laga.
Vlahovic sebagai target man tidak hanya berperan mencetak gol. Dengan keunggulan fisik, dia juga bertugas membuka ruang dan menjadi pemantul bola untuk rekan-rekannya. Pelatih tim nasional Serbia, Dragan Stojkovic, menilai, peran lengkap anak asuhnya itu tidak terlihat di Juve.
Derbi Kota Turin akan mencerminkan seberapa besarnya masalah Si Nyonya Besar. Para pemain biasanya selalu punya motivasi ketika melawan rival sekota. Mereka seharusnya bisa bermain lebih baik. Apalagi, tim lawan juga tidak pernah menang dalam empat laga terakhir.
Salah satu yang membuat Allegri masih bertahan hanyalah Agnelli. Presiden Juventus ini tidak mau menjadikan Allegri sebagai kambing hitam performa buruk tim. Dia percaya, butuh proses untuk mengembalikan Si Nyonya Besar ke masa jaya.
”Ini adalah salah satu periode tersulit. Saya di sini untuk bertanggung jawab. Tentu saya merasa malu dan marah. Tetapi, sepak bola dimainkan oleh 11 orang. Ini bukan tentang satu orang, tetapi satu grup. Allegri tetap akan bertahan di sini sebagai pelatih,” ujar Agnelli.
Setelah kekalahan tengah pekan lalu, Allegri sebenarnya sudah mengidentifikasi masalah Juve. Menurut dia, problem utamanya adalah mereka tidak bermain sebagai sebuah tim, terlalu mengandalkan individu. Namun, tampaknya sang pelatih belum sadar faktor terbesar apa yang memicu problem itu. (AFP/REUTERS)